SURAU.CO – “Kok kamu gitu sih sama orang tua?” tanya seorang ibu muda kepada anaknya yang baru saja membentak. Situasi ini, mungkin pernah kita alami atau saksikan sendiri di tengah masyarakat. Di tengah zaman yang serba cepat dan nyaris tak mengenal jeda, kesopanan sering kali tergerus oleh sikap spontan dan ego yang tumbuh tanpa arah. Namun, ternyata lebih dari setengah abad lalu, seorang ulama telah menuliskan peringatan lembut bagi anak-anak yang melupakan adab. Namanya Syekh Umar bin Ahmad Baraja, melalui kitab legendarisnya Akhlaq lil Banin.
Sekilas Tentang Kitab dan Penulisnya
Syekh Umar bin Ahmad Baraja adalah seorang ulama dari Hadramaut, Yaman, yang kemudian banyak berkiprah dalam dunia pendidikan di Indonesia. Hidup pada abad ke-20, beliau dikenal luas sebagai penulis Akhlaq lil Banin, sebuah kitab akhlak praktis yang diperuntukkan bagi anak-anak dan santri madrasah.
Kitab ini ditulis dengan bahasa yang sederhana, mudah dipahami, dan langsung menyentuh sisi kehidupan sehari-hari. Tujuannya sangat jelas membentuk karakter anak sejak dini agar menjadi pribadi yang beradab, sopan, dan menghormati sesama. Dalam dunia pesantren, kitab ini telah menjadi bacaan wajib selama puluhan tahun. Ia bukan hanya teks pelajaran, tetapi juga cermin perilaku yang harus diteladani.
1. Ciri-Ciri Anak yang Tidak Sopan
Di bagian awal juz pertama, Syekh Umar menegaskan:
إِذَا كَانَ ٱلطِّفْلُ يَضْرِبُ غَيْرَهُ، وَيَرْفَعُ صَوْتَهُ، وَيَجْلِسُ عَلَى وَجْهٍ غَيْرِ مُؤَدَّبٍ، فَهُوَ طِفْلٌ غَيْرُ مُؤَدَّبٍ
“Jika seorang anak suka memukul orang lain, mengangkat suaranya, dan duduk dengan cara yang tidak sopan, maka dia adalah anak yang tidak beradab.”
Perkataan ini sangat lugas. Ia bukan menyindir, tapi mengajarkan. Dalam dunia modern, banyak anak yang merasa bebas melakukan apa saja atas nama ekspresi diri. Namun, jika tidak diarahkan, kebebasan itu akan melahirkan pribadi yang tidak peduli pada orang lain.
Saya pernah menyaksikan seorang anak usia sekolah dasar berbicara dengan nada tinggi kepada pamannya, hanya karena permintaannya ditolak. Sang paman hanya tersenyum, tapi tampak jelas ada luka kecil di hatinya. Akhlaq lil Banin mengingatkan kita, kesopanan bukan pilihan tambahan, tetapi fondasi moral sejak kecil.
2. Bahaya Lisan yang Tidak Terjaga
Masih dalam kitab yang sama, penulis menyampaikan:
وَمَنْ كَانَ فَظًّا فِي كَلَامِهِ، سَيِّئَ اللِّسَانِ، فَهُوَ مَكْرُوهٌ فِي ٱلْمَجْلِسِ
“Barang siapa yang kasar dalam ucapannya dan buruk lisannya, maka ia akan dibenci dalam majelis.”
Ungkapan ini menohok. Dunia maya hari ini penuh dengan komentar tajam, kritik tanpa etika, bahkan ujaran kebencian. Sayangnya, banyak di antaranya berasal dari generasi muda. Mereka yang seharusnya menghidupkan nilai kasih sayang justru tercebur dalam budaya adu argumen dan debat kusir.
Betapa pentingnya mengajarkan anak-anak menjaga lisan sejak dini. Bukan hanya agar mereka disukai, tapi agar mereka tumbuh sebagai pribadi yang damai dan membawa kedamaian.
3. Tidak Menghormati yang Lebih Tua
Salah satu poin penting lainnya adalah ketika anak tak bisa membedakan posisi antara dirinya dan orang yang lebih tua:
وَمَنْ لَمْ يَحْتَرِمْ أَبَوَيْهِ وَمُعَلِّمِهِ وَكُلَّ كَبِيرٍ، فَهُوَ غَيْرُ صَالِحٍ
“Barang siapa tidak menghormati kedua orang tuanya, gurunya, dan setiap orang yang lebih tua, maka ia bukanlah anak yang baik.”
Kalimat ini sederhana, tapi maknanya dalam. Hormat adalah akar dari kebajikan. Ia bukan sekadar menundukkan kepala, tetapi juga tunduk dalam hati dan tindakan.
Di zaman yang mengagungkan kebebasan, konsep “menghormati” kadang dianggap usang. Tapi kitab ini menyadarkan kita, tanpa hormat, pendidikan akan kehilangan ruhnya. Apalah arti ilmu tanpa adab?
Menanam Sopan Santun, Memetik Generasi Emas
Kita tidak bisa berharap dunia menjadi lebih baik jika anak-anak kita tumbuh tanpa adab. Akhlaq lil Banin menawarkan peta jalan yang terang: mulai dari mengenali sikap tidak sopan, memperbaikinya, lalu menanamkan akhlak mulia.
Mari kita renungkan sejenak:
Apakah kita telah menjadi teladan adab bagi anak-anak kita?
Sudahkah kita mendahulukan akhlak sebelum prestasi?
Ya Allah, tuntun kami untuk mendidik anak-anak kami dengan akhlak yang indah, sebagaimana para ulama menuntun kami melalui kitab-kitab mereka. Jadikan kami orang tua dan guru yang tak hanya pandai berkata, tapi juga mampu meneladani. Amin.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
