Doa
Beranda » Berita » Doa Negeri yang Aman: Refleksi Atas Nabi Ibrahim dan Tanggung Jawab Kita Semua

Doa Negeri yang Aman: Refleksi Atas Nabi Ibrahim dan Tanggung Jawab Kita Semua

Doa Negeri yang Aman: Refleksi Atas Nabi Ibrahim dan Tanggung Jawab Kita Semua

Doa Negeri yang Aman: Refleksi Atas Nabi Ibrāhīm [14]:35 dan Tanggung Jawab Kita Semua.

 

“Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman…”
(QS. Ibrāhīm: 35). Doa ini diucapkan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam saat beliau meletakkan dasar-dasar peradaban tauhid di tanah Makkah. Sebuah doa yang ringkas namun sarat makna. Ia mengajarkan kita bahwa fondasi sebuah bangsa, sebelum kemajuan, kemakmuran, atau kejayaan, adalah keamanan.

Doa sebagai Dasar Perjuangan

Nabi Ibrahim tidak memulai pembangunan dengan senjata, perdagangan, atau teknologi—tapi dengan doa. Ia tahu, tiada satu upaya pun akan berhasil jika tidak dimulai dengan memohon pertolongan kepada Allah. Maka, beliau pun berdoa:

> “Rabbi’jal hāżal-balada āmīna”,
“Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman.”

Mimpi atau Realitas Siapa Saya di Masa Depan

Doa ini bukan hanya sekadar harapan, melainkan pernyataan tauhid yang kokoh. Ia adalah penyerahan mutlak kepada Allah, bahwa hanya Dia-lah Pemilik sejati keamanan dan penjaga peradaban.

Bagi kita yang hidup di zaman modern, seringkali kita tergesa-gesa membangun negeri ini dengan kebijakan dan proyek besar, tetapi melupakan langkah pertama yang diajarkan Nabi Ibrahim: berdoa dan bertauhid.

Keamanan: Nikmat yang Sering Dilupakan

Keamanan bukan sekadar tidak adanya perang. Ia lebih luas dari itu. Ia mencakup:

Keamanan jiwa: bebas dari ketakutan atas nyawa dan harta benda.
>Keamanan akidah: bebas dari pemaksaan untuk menyekutukan Allah.
>Keamanan sosial: tidak adanya kebencian, hasad, fitnah, dan provokasi.
>Keamanan ekonomi: tercukupinya kebutuhan dasar manusia.
>Keamanan politik: pemimpin yang adil, sistem yang berpihak pada rakyat.

Allah berfirman dalam QS. An-Nahl:112:

JENIS KATA YANG PAS UNTUK DOA: REFLEKSI DARI ILMU MA’ANI

> “Dan Allah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang aman dan tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah dari segala tempat; tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah. Karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang telah mereka perbuat.”

Ini menjadi peringatan. Ketika keamanan dijadikan mainan politik, ketika akidah digadaikan demi kekuasaan, maka Allah bisa mencabut nikmat tersebut dan menggantikannya dengan kelaparan dan ketakutan.

Mengapa Kita Harus Mendoakan Negeri Ini?

Sebagian orang mungkin bertanya, “Apa gunanya doa jika realitas negeri ini penuh kezaliman, korupsi, dan kekacauan?”

Jawabannya sederhana: Karena Nabi Ibrahim saja memulai dengan doa, dan doa bukan bentuk keputusasaan, melainkan bentuk keimanan. Kita berdoa bukan karena kita lemah, tetapi karena kita sadar bahwa kekuatan sejati berasal dari Allah.

Negeri kita, Indonesia—dengan segala kelebihannya sebagai bangsa yang majemuk dan kaya—sangat layak untuk didoakan. Karena:

𝗧𝗘𝗞𝗡𝗢𝗟𝗢𝗚𝗜 𝗖𝗜𝗣𝗧𝗔𝗔𝗡 𝗞𝗔𝗙𝗜𝗥, 𝗜𝗟𝗠𝗨𝗡𝗬𝗔 𝗗𝗜𝗖𝗨𝗥𝗜 𝗗𝗔𝗥𝗜 𝗠𝗨𝗦𝗟𝗜𝗠: SADAR 𝗧𝗜𝗣𝗨 𝗗𝗔𝗬𝗔 𝗦𝗘𝗞𝗨𝗟𝗘𝗥

Ia tempat kita tinggal, mencari nafkah, dan membesarkan anak-anak.
Ia tempat Islam tumbuh dan berkembang secara damai.
Ia amanah yang dititipkan Allah kepada kita untuk dijaga dan diperjuangkan.

Peran Umat Islam dalam Menjaga Keamanan Negeri

Keamanan negeri tidak hanya tanggung jawab pemerintah atau aparat keamanan. Ia adalah tanggung jawab kolektif seluruh elemen bangsa, khususnya umat Islam sebagai mayoritas penduduk negeri ini.

Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain, tidak menzaliminya dan tidak membiarkannya disakiti…”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Artinya, kita harus menjadi agen keamanan bagi sesama:

Menjaga lisan dari berita bohong dan ujaran kebencian.
Menjaga akhlak di media sosial agar tidak memprovokasi.
Menjadi teladan dalam taat hukum dan menjaga ketertiban umum.
Mendidik anak-anak dengan nilai-nilai Islam yang lurus dan damai.
Mewaspadai gerakan ideologis yang menyusup dengan membawa kekerasan dan kefanatikan buta.

Membangun Negeri dengan Iman dan Ilmu

Keamanan tidak bisa dipisahkan dari keimanan. Dalam banyak ayat, Allah selalu menggandengkan antara “iman” dan “aman”. Misalnya dalam QS. Al-An’am:82:

> “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang akan mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Jadi, jika kita ingin negeri ini aman, maka tegakkan tauhid, bersihkan akidah dari syirik, dan bangun generasi yang menjunjung ilmu dan adab.

Ilmu juga memainkan peran penting. Negeri yang berilmu adalah negeri yang terhindar dari konflik akibat kebodohan. Negeri yang memiliki guru-guru yang baik, kurikulum yang sehat, dan media yang mencerdaskan, akan tumbuh menjadi negeri yang kokoh dan tidak mudah diombang-ambingkan oleh propaganda.

Makna Hijriyah dan Momentum 9 Shafar 1446 H

Kita lihat penanda waktu: 9 Shafar 1446 H. Dalam tradisi Islam, setiap waktu memiliki makna. Bulan Shafar pernah dianggap sebagai bulan kesialan oleh masyarakat Jahiliyah. Tapi Islam datang untuk membersihkan mitos itu.

Alih-alih membawa pesimisme, mari jadikan tanggal ini sebagai momentum hijrah sikap. Dari apatis menjadi peduli. Dari diam menjadi aktif. Dari saling curiga menjadi saling mendoakan.

Doa Nabi Ibrahim [14]:35 itu bukan hanya untuk dirinya, tapi untuk generasi penerusnya. Maka mari kita warisi semangat itu—bukan dengan kekerasan atau caci maki—tetapi dengan doa dan amal nyata.

Penutup: Doa dan Aksi Nyata

Sebagai penutup, mari kita hidupkan kembali doa Nabi Ibrahim ini dalam setiap langkah kita. Setiap habis shalat, setiap pagi sebelum berangkat kerja, setiap kali melihat berita yang membuat hati sesak, ucapkan: “Ya Allah, jadikanlah negeri ini negeri yang aman.”

Tapi jangan berhenti di sana. Jadilah bagian dari keamanan itu. Jika kau guru, ajarlah anak muridmu dengan cinta. Jika kau pemimpin, pimpinlah dengan keadilan. Jika kau rakyat biasa, taatilah aturan dan tebarkan kebaikan.

Karena negeri ini tidak akan aman hanya dengan doa, tapi juga dengan jiwa-jiwa yang siap berkorban untuk menjaganya. Wallāhu a’lam. Referensi Ayat: QS. Ibrāhīm [14]:35, QS. An-Nahl [16]:112, QS. Al-An’am [6]:82. (Tengku Iskandar, M.Pd)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement