Kisah
Beranda » Berita » Keajaiban Empat Dirham dan Doa yang Membebaskan

Keajaiban Empat Dirham dan Doa yang Membebaskan

kisah sufi Ibrahim al Khawas
Ibrahim al khawas

SURAU.CO. Kisah ini mengajarkan kita tentang keajaiban doa yang tulus dan menunjukkan betapa luasnya rahmat Allah SWT bagi hambanya yang tulus. Cerita ini berfokus pada tiga tokoh utama yaitu sudagar yang gemar bermaksiat, hamba sahaya yang berhati mulia dan sufi agung bernama Mansur bin Ammar.

Semua berawal di sebuah rumah sudagar yang ramai saat mengadakan pesta untuk para sahabatnya. Gelak tawa dan kemeriahan duniawi mengisi ruangan tersebut. Untuk melengkapi jamuan, sang tuan memanggil hamba sahayanya dan memberikannya uang sebesar empat dirham. Tugasnya sederhana, yaitu membeli buah-buahan segar di pasar.

Hamba sahaya itu lantas pergi setelah menerima uang tersebut. Ia berjalan menuju pasar dengan uang yang digenggamnya. Namun, langkahnya terhenti di tengah perjalanan. Ia melewati sebuah majelis yang penuh ketenangan.  Tampak di masjelis tersebut duduk sufi besar  Mansur bin Ammar.

Saat itu Mansur bin Ammar memberikan tausiyah dan menggalang sedekah untuk kaum fakir miskin. Untuk menarik minat orang, Mansur membuat sebuah penawaran unik. Dengan suaranya terdengar jelas dan menyejukkan hati, Abu Manusr berkata,” “Barang siapa yang memberikan empat dirham maka saya akan mendoakannya empat kali.”

Hati hamba sahaya itu bergetar hebat. Ia memegang erat empat dirham miliknya. Uang itu seharusnya untuk membeli buah-buahan pesta. Namun, panggilan kebaikan terasa jauh lebih kuat. Tanpa ragu, ia mendekati Mansur bin Ammar. Ia menyerahkan seluruh uang tersebut sebagai sedekah.
Mansur bin Ammar menerima uang itu dengan senyuman. Sesuai janjinya, ia pun bertanya kepada hamba sahaya tersebut.

Doa Ibu, Jalan Sufi: Kisah Pengabdian Abu Yazid Al-Busthami

Permintaan Hamba Sahaya

“Apakah apa yang kamu inginkan dariku?”

Hamba sahaya itu menunduk.  “Saya ingin merdeka,” jawabnya dengan suara lirih.

“Apalagi,” kata Mansur, siap mendoakan yang kedua.

Sejanak hamba sahaya itu teringat uang belanjaan yang telah ia sedekahkan. “Saya ingin Allah SWT menggantikan beberapa dirhamku,” katanya.

“Apakah ada yang lain,” ujar Mansur dengan sabar.

Kebenaran Versi dan Tafsir Ulama Pilihan

“Aku ingin engkau mendoakan agar Allah SWT menerima toba,” katanya. Ini bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk sang tuan.
“Setelah itu apalagi?” tanya Mansur untuk keempat terakhir.

Penampilan terakhir menunjukkan kebesaran jantung. Ia tidak hanya memikirkan dirinya sendiri. “Allah mengampuniku, tuanku, dirimu dan orang banyak,” ujarnya.

Doa

Mansur bin Ammar kemudian mengangkat tangannya. Ia mendoakan semua permintaan hamba sahaya yang mulia itu. Setelah doa selesai, hamba sahaya itu kembali ke rumah. Perasaannya campur aduk antara takut dan berharap. Ia pulang dengan tangan kosong dan terlambat.

Benar saja, sang tuan menyambutnya dengan amarah. “Kenapa kamu terlambat,” seketika itu dengan keras. Kemudian hamba sahaya itu menceritakan semua kejadian yang baru saja ia alami. Ia menjelaskan pertemuannya dengan Mansur bin Ammar.

Sang tuan sejenak terdiam. Kemarahannya mereda, digantikan oleh rasa penasaran. “Apa saja yang didoakan oleh Mansur bin Ammar,” tanya bertanya-tanya.

Peradaban Islam Indonesia di Era Digital

Hamba sahaya itu menjawab dengan runut. “Pertama, saya ingin menjadi manusia merdeka,” ucapnya.

Mendengar hal itu, sebuah perubahan besar terjadi. Sang tuan menatap lekat-lekat. “Sekarang kamu sudah merdeka maka segeralah pergi,” jawabnya tegas. Kebebasan menjadi jawaban cepat atas doa pertama.

“Doa kedua agar Allah menggantikan dirham yang sedang aku pegang,” lanjut hamba sahaya itu.

Tuannya, hatinya mulai melunak, menjawab dengan kemurahan hati yang luar biasa. “Saya akan memberi 4000 dirham,” ucapnya. Allah mengganti empat dirham dengan seribu kali lipat melalui tangan torsi.

“Adapun doa ketiga adalah agar Allah SWT menerima tobatmu,” ucapnya lagi. Doa tersebut langsung mengena dalam hati sanubari sang tuan.

Mimpi

Sang tuan terhenyak. Keajaiban kemudian muncul. Kalimat itu menusuk kalbunya. Dengan suara mantap, ia menyatakan sebuah janji besar. Dirinya telah berevolusi kepada Allah SWT dengan meninggalkan kemaksiatan.

“Keempat saya meminta Mansur bin Ammar supaya mendoakan agar aku diampuni, mengampuni tuanku, dan mengampuni orang banyak,” katanya.
Mendengar doa keempat, sang tuan benar-benar merasa kecil. Ia sadar batas kemampuan sebagai manusia. Dengan penuh kerendahan hati ia menjawab, “Ini yang tidak aku punya.” Ia tahu bahwa pengampunan adalah hak prerogatif Allah semata.

Malam harinya, sang tuan yang telah menyelesaikan itu tidur. Dalam tidurnya, ia mendapatkan sebuah mimpi yang indah. Ia mendengar suara tanpa rupa yang berkata, “Engkau telah mengerjakan sesuatu yang engkau pinjamkan untuk kepentinganmu. Dan Aku tidak bekerja untuk kepentingan-Ku. Aku telah mengampunimu, hamba sahayamu, Mansur bin Ammar dan orang-orang yang hadir.”

Kisah keajaiban doa dan sedekah ini ada dalam kitab tasawuf klasik,Risalah Qusyairiyah. Kitab tersebut ditulis oleh Abu Qasim Abdul Karim Hawazin al-Qusyairi. Cerita ini menjadi bukti bahwa satu perbuatan ikhlas dapat membuka pintu-pintu keajaiban yang tak terduga. Ia melahirkan kemerdekaan, rezeki berlimpah, hidayah tobat, dan ampunan dari Yang Maha Kuasa.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement