Opinion
Beranda » Berita » Mengapa Ada Banyak Amalan Islam?

Mengapa Ada Banyak Amalan Islam?

Hikmah di Balik Banyaknya Amalan

SURAU.CO – Islam adalah agama yang menawarkan banyak sekali jalan menuju kebaikan. Ada shalat, puasa, zakat, haji, membaca Al-Qur’an, berzikir, dan menuntut ilmu. Selain itu, ada juga amalan sosial seperti menolong sesama, berbakti kepada orang tua, dan menyambung silaturahmi. Pernahkah kita bertanya, mengapa syariat tidak hanya menetapkan satu atau dua jenis ibadah saja?

Jawaban dari pertanyaan ini akan menyingkap betapa luasnya rahmat dan kebijaksanaan Allah Ta’ala. Keragaman amalan ini bukanlah tanpa tujuan. Ia adalah sebuah desain sempurna yang mempertimbangkan setiap aspek dari sifat manusia. Mari kita selami beberapa hikmah agung di balik banyaknya pintu kebaikan dalam agama kita.

Hikmah Pertama: Membuka Pintu bagi Setiap Hamba

Allah menciptakan manusia dengan karakter dan kemampuan yang berbeda-beda. Ada orang yang sangat kuat dalam ibadah fisik seperti shalat malam dan puasa. Namun, ia mungkin lemah dalam urusan harta. Sebaliknya, ada orang yang sangat dermawan dan mudah bersedekah. Akan tetapi, ia merasa berat untuk rutin berpuasa sunnah.

Ragam amalan ini berfungsi seperti pintu-pintu surga yang berbeda. Setiap orang bisa masuk dari pintu yang paling sesuai dengan kemampuannya. Ulama besar, Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah, menjelaskan hal ini dengan sangat indah.

“Allah Ta’ala dengan kemuliaan dan kemurahan-Nya telah menjadikan bagi setiap amalan kebaikan (yang menjadi kesenangan dan kebahagiaan seorang hamba) sebuah pintu (di surga) yang dapat dimasuki oleh hamba tersebut ketika dia istikamah melakukannya.”

Hati-hatilah Dengan Pujian Karena Bisa Membuatmu Terlena Dan Lupa Diri

Dengan demikian, tidak ada seorang pun yang memiliki alasan untuk tidak beramal. Jika Anda merasa lemah dalam satu pintu, maka Allah telah membukakan pintu-pintu lain yang sangat banyak.

Hikmah Kedua: Mencegah Rasa Bosan dan Jenuh

Sifat dasar manusia adalah mudah merasa bosan atau jenuh (malal). Jika kita hanya diwajibkan melakukan satu jenis ibadah secara terus-menerus, sangat mungkin semangat kita akan menurun. Hati bisa menjadi lelah dan ibadah terasa seperti beban yang monoton.

Syariat Islam memahami betul kondisi psikologis ini. Oleh karena itu, Allah menyediakan “menu” ibadah yang sangat bervariasi. Seorang hamba bisa berpindah dari satu ibadah ke ibadah lainnya. Setelah shalat, ia bisa melanjutkan dengan membaca Al-Qur’an. Setelah itu, ia bisa berzikir. Kemudian, ia bisa keluar rumah untuk mencari nafkah halal atau membantu tetangganya.

Perpindahan dari satu amalan ke amalan lain ini menjaga semangat agar tetap menyala. Hati menjadi lebih segar dan tidak mudah merasa jenuh. Ini membuat perjalanan seorang hamba menuju Allah menjadi lebih dinamis dan menyenangkan.

Hikmah Ketiga: Menutupi Kekurangan Satu Sama Lain

Tidak ada manusia yang sempurna. Ibadah yang kita lakukan pun pasti memiliki banyak kekurangan. Shalat kita mungkin kurang khusyuk. Puasa kita mungkin masih tercampuri dengan perkataan sia-sia. Di sinilah fungsi dari keragaman amalan. Satu amalan bisa menambal kekurangan pada amalan yang lain.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Sebagai contoh, kekurangan dalam shalat fardhu bisa ditutupi dengan shalat sunnah. Dosa-dosa kecil yang kita lakukan bisa terhapus oleh wudu, sedekah, atau istigfar. Ini adalah bentuk kasih sayang Allah yang luar biasa. Dia menyediakan banyak sekali “penghapus” dosa dan “penambal” kekurangan agar kita bisa datang kepada-Nya dengan catatan amal yang lebih baik.

Hikmah Keempat: Fikih Prioritas di Setiap Waktu dan Kondisi

Hikmah yang paling mendalam adalah bahwa amalan yang paling utama itu bersifat dinamis. Artinya, amalan terbaik bisa berbeda-beda tergantung pada waktu, tempat, dan kondisi yang sedang kita hadapi. Inilah yang disebut dengan fikih prioritas (fiqh al-awlawiyyat).

Ibnu Taimiyyah rahimahullah menjelaskan,

“Amalan yang paling utama secara mutlak adalah amalan yang paling mendatangkan keridaan Allah Ta’ala pada setiap waktu dan keadaan, yaitu amalan yang diperintahkan pada waktu dan keadaan tersebut.”

Misalnya, saat mendengar azan, amalan terbaik adalah menjawabnya, bukan membaca Al-Qur’an. Ketika ada tamu datang, amalan terbaik adalah memuliakannya. Saat berada di medan jihad, amalan terbaik adalah berjuang dengan gagah berani. Ketika ada orang miskin yang kelaparan, amalan terbaik adalah segera memberinya makan.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Seorang muslim yang cerdas adalah yang mampu memahami apa amalan yang paling Allah cintai pada setiap momen dalam hidupnya.

Rahmat Allah yang Tak Terbatas

Ragamnya pintu kebaikan dalam Islam bukanlah untuk menyusahkan. Justru sebaliknya, ia adalah bukti paling nyata dari rahmat Allah yang tak terbatas. Sistem ini dirancang agar setiap hamba, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, memiliki kesempatan yang sama untuk meraih surga. Semoga kita dimudahkan untuk mengetuk sebanyak-banyaknya pintu kebaikan tersebut.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement