SURAU.CO – Kehidupan modern seringkali memaksa kita untuk bergerak serba cepat. Kita berpindah dari satu tempat ke tempat lain menggunakan kendaraan berkecepatan tinggi. Akibatnya, pandangan kita menjadi terbatas. Kita lebih fokus pada tujuan, bukan pada perjalanan itu sendiri. Banyak sekali tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta yang terlewatkan begitu saja.
Padahal, Islam secara khusus mendorong kita untuk melakukan tafakur, yaitu merenungi ciptaan-Nya. Salah satu cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan berjalan kaki. Aktivitas sederhana ini membuka mata dan hati kita. Ia mengizinkan kita untuk mengamati lingkungan sekitar secara lebih dekat dan mendalam. Mari kita jelajahi bagaimana setiap langkah kaki bisa menjadi sarana untuk mempertebal iman.
Perintah Langsung untuk Memperhatikan Alam Semesta
Allah Ta’ala tidak membiarkan kita hidup tanpa arah. Dia secara langsung memerintahkan kita untuk menggunakan akal dan penglihatan. Kita diminta untuk memperhatikan alam semesta yang terbentang luas. Perintah ini bukanlah tanpa tujuan. Tujuannya adalah agar kita menyadari betapa agungnya Sang Pencipta.
Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman dengan sangat indah.
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan? Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” (QS. Al-Ghasyiyah: 17-20)
Ayat ini mengajak kita untuk berpikir. Mengapa unta? Karena hewan ini adalah mahakarya desain yang mampu bertahan di padang pasir. Mengapa langit? Karena ia terbentang luas tanpa tiang yang bisa kita lihat. Mengapa gunung? Karena ia menjadi pasak bumi yang kokoh. Dan mengapa bumi? Karena ia dihamparkan sebagai tempat tinggal yang nyaman untuk kita. Semua ini adalah bukti yang sangat nyata.
Berjalan Kaki: Sarana Terbaik untuk Tafakur
Untuk menjawab seruan Al-Qur’an di atas, berjalan kaki adalah metode yang paling efektif. Ketika kita berjalan, ritme hidup kita melambat. Kita tidak lagi terkurung di dalam kotak besi yang melaju kencang. Mata kita menjadi lebih leluasa untuk memandang. Telinga kita lebih peka mendengar suara alam.
Saat berjalan, kita bisa melihat detail-detail kecil yang menakjubkan. Kita bisa menyaksikan seekor semut yang gigih membawa makanan. Kita dapat mengamati sehelai daun yang jatuh perlahan ditiup angin. Bahkan, kita bisa merasakan hangatnya sinar matahari atau sejuknya hembusan udara. Setiap elemen alam ini adalah “ayat kauniyah” atau tanda-tanda kekuasaan Allah yang tak tertulis. Pengalaman ini sulit kita dapatkan jika hanya berdiam di dalam kendaraan.
Meneladani Jejak Para Ulama Terdahulu
Semangat berjalan kaki untuk mencari ilmu dan hikmah bukanlah hal baru. Para ulama terdahulu telah memberikan teladan yang luar biasa. Mereka rela menempuh perjalanan ribuan kilometer dengan berjalan kaki. Tujuan mereka bukan hanya untuk mencapai suatu tempat. Perjalanan itu sendiri adalah sebuah ibadah dan sarana tafakur yang panjang.
Salah satu contoh paling masyhur adalah Imam Al-Bukhari. Beliau melakukan perjalanan dari Bukhara hingga Mesir hanya untuk memastikan keabsahan satu hadis. Perjalanan seperti itu tentu memakan waktu berbulan-bulan. Selama itu pula, beliau terus berzikir, berdoa, dan merenungi ciptaan Allah yang beliau lewati. Setiap langkahnya adalah pengingat akan kebesaran Ilahi.
Buah Manis dari Aktivitas Tafakur
Ketika kita membiasakan diri berjalan kaki dengan niat untuk bertafakur, ada banyak sekali buah manis yang akan kita petik. Buah yang paling utama adalah meningkatnya keimanan. Saat melihat kesempurnaan ciptaan, hati kita akan bergetar. Kita akan merasa sangat kecil di hadapan keagungan Allah.
Perasaan ini akan menumbuhkan rasa syukur yang mendalam. Kita bersyukur atas nikmat mata yang bisa melihat. Kita bersyukur atas nikmat kaki yang bisa melangkah. Puncaknya, kita akan semakin yakin bahwa tidak ada yang sia-sia dalam ciptaan-Nya. Semuanya diatur dengan presisi yang sempurna. Allah menegaskan hal ini dalam firman-Nya.
“(Dialah) Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?” (QS. Al-Mulk: 3)
Kesimpulan: Sebuah Ibadah yang Menyehatkan
Berjalan kaki adalah aktivitas yang sarat dengan manfaat. Ia tidak hanya menyehatkan tubuh secara fisik. Lebih dari itu, ia adalah vitamin bagi rohani kita. Ia adalah cara sederhana untuk menyegarkan kembali iman yang mungkin mulai layu karena kesibukan dunia.
Oleh karena itu, marilah kita ubah niat kita saat melangkahkan kaki. Jangan hanya berniat untuk olahraga. Niatkanlah setiap langkah sebagai upaya untuk mengenal Allah lebih dekat. Dengan begitu, perjalanan yang paling dekat sekalipun, misalnya ke masjid atau ke warung, akan berubah menjadi sebuah safar ibadah yang penuh berkah.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
