SURAU.CO – Di era media sosial saat ini, fenomena flexing atau pamer kekayaan telah menjadi pemandangan yang sangat umum. Banyak orang berlomba mempertontonkan harta, jabatan, dan kemewahan yang mereka miliki. Tujuannya jelas, yaitu untuk mendapatkan pengakuan dan decak kagum dari orang lain. Sebagian besar orang mungkin mengira ini adalah tren modern yang lahir dari kemajuan teknologi.
Akan tetapi, Al-Qur’an mengajarkan kita bahwa perilaku ini sama sekali bukan hal baru. Ribuan tahun yang lalu, ada seorang tokoh yang menjadi prototipe sempurna dari seorang flexer. Tokoh itu tidak lain adalah Qarun. Kisahnya sengaja diabadikan oleh Allah bukan untuk ditiru, melainkan untuk menjadi pelajaran abadi bagi seluruh umat manusia.
Siapakah Qarun? Mengenal Sosok Si Pemilik Harta Karun
Pada dasarnya, Qarun bukanlah orang asing bagi pengikut kebenaran. Ia berasal dari kaum Nabi Musa ‘alaihissalam. Allah telah menganugerahinya kekayaan yang tak terbayangkan oleh akal sehat. Hartanya begitu melimpah ruah hingga kunci-kunci gudang penyimpanannya saja terasa sangat berat. Bahkan, kumpulan kunci itu harus dipikul oleh sekelompok orang yang terkenal kuat.
Allah Ta’ala menggambarkan kekayaannya dalam Al-Qur’an.
“Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat.” (QS. Al-Qashash: 76)
Ayat ini memberikan gambaran betapa luar biasanya harta yang Allah titipkan kepadanya. Sayangnya, kekayaan yang seharusnya menjadi sarana untuk bersyukur justru menjelma menjadi awal dari kebinasaannya.
Akar Kesombongan: “Ini Semua Karena Ilmuku!”
Masalah utama Qarun sesungguhnya tidak terletak pada jumlah hartanya. Persoalan intinya justru berada pada kesombongan yang mengakar kuat di dalam hatinya. Ketika orang-orang saleh dari kaumnya menasihatinya untuk bersyukur dan menggunakan hartanya di jalan akhirat, ia menolaknya dengan sangat angkuh.
Dengan penuh percaya diri, Qarun berkata,
“Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.” (QS. Al-Qashash: 78)
Inilah inti dari mentalitas flexing. Seseorang menisbatkan semua keberhasilannya pada dirinya sendiri. Qarun merasa bahwa kekayaan itu adalah buah dari kecerdasan, kerja keras, dan kehebatannya semata. Akibatnya, ia sama sekali melupakan peran Allah sebagai Sang Pemberi Rezeki. Inilah bentuk kesombongan yang paling nyata.
Puncak Aksi Flexing: Parade Kemewahan di Depan Umum
Tidak cukup hanya merasa hebat, Qarun ingin semua orang turut menyaksikan kehebatannya. Oleh karena itu, ia pun melakukan aksi pamer terbesar. Dengan angkuh, ia keluar di hadapan kaumnya dalam segala kemegahan dan perhiasannya. Ia sengaja mempertontonkan kekayaannya demi membuat orang lain merasa iri dan takjub.
Allah menceritakan momen ini dengan sangat detail.
“Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya.” (QS. Al-Qashash: 79)
Melihat parade kemewahan tersebut, masyarakat pun terbelah menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah mereka yang terpesona oleh gemerlap dunia. Hati mereka silau melihat kekayaan Qarun, sehingga mereka berandai-andai dan berharap memiliki nasib yang sama.
Sebaliknya, kelompok kedua adalah orang-orang yang berilmu. Mereka tidak mudah tertipu oleh kemewahan sesaat. Hati mereka tahu pasti bahwa pahala di sisi Allah jauh lebih baik daripada semua harta Qarun. Dengan bijak, mereka menasihati kelompok pertama.
“Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Qashash: 80)
Azab yang Menghinakan: Ditelan Bumi Bersama Hartanya
Setelah kesombongannya mencapai puncak, azab Allah datang tanpa bisa ditawar. Allah tidak mengirim petir atau badai. Dia cukup memerintahkan bumi untuk menelan Qarun beserta seluruh istana dan harta bendanya. Semua yang ia banggakan seketika lenyap ditelan bumi.
“Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).” (QS. Al-Qashash: 81)
Tidak ada satu pun pengikut atau kekayaannya yang sanggup menolongnya. Ia binasa dalam kehinaan yang setimpal dengan kesombongannya. Menyaksikan kejadian dahsyat itu, orang-orang yang tadinya iri kepada Qarun segera tersadar. Mereka akhirnya mengerti bahwa kekayaan bukanlah standar kemuliaan sejati.
Pelajaran untuk Kita
Kisah Qarun adalah cermin abadi bagi kita semua. Harta adalah ujian, bukan tujuan. Flexing atau pamer adalah jalan pintas menuju kesombongan yang sangat dibenci Allah. Perilaku ini membuat kita lupa bahwa semua yang kita miliki hanyalah titipan sementara. Semoga Allah melindungi kita dari sifat Qarun dan menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang pandai bersyukur.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
