Kini Kita Melihat: Gaza, Hati Nurani Dunia yang “Luka”
Ada sebuah gambar yang bicara lebih banyak dari ribuan kata. Gambar itu menampakkan puing-puing kota yang pernah hidup. Sebuah wilayah padat yang kini terlihat seperti reruntuhan sejarah: Gaza. Gambar ini bukan sekadar dokumentasi perang. Ia adalah cermin hati nurani umat manusia — dan luka besar pada tubuh kemanusiaan global.
Dr. Omar Suleiman dalam keterangannya mengungkapkan, “Israel didn’t want you to see this picture…” Kalimat pembuka itu menggetarkan. Karena ketika suatu pihak tidak ingin dunia menyaksikan kenyataan, maka di sanalah sesungguhnya kejahatan besar sedang berlangsung.
Antara Bahasa Politik dan Fakta Lapangan
Selama bertahun-tahun, kita mendengar istilah seperti “precision bombing”, “targeted strikes”, “efforts to minimize civilian casualties”. Bahasa yang dibentuk oleh institusi politik dan militer modern untuk menutupi kenyataan di lapangan. Tetapi gambar ini—gambar reruntuhan Gaza dari udara—berbicara jujur. Ia menyingkap dusta di balik retorika.
Apa yang kita lihat bukanlah kehancuran sporadis, bukan pula serangan yang “terukur”. Kita melihat kota yang dipreteli dari ujung ke ujung. Kita melihat sisa-sisa bangunan, rumah-rumah rata dengan tanah, jalan-jalan yang tak lagi menyambung, dan di antara puing-puing itu mungkin masih ada anak-anak yang kehilangan orang tua mereka, atau seorang ibu yang memeluk jenazah bayinya untuk terakhir kalinya.
Gaza dan Luka Kolektif Umat Islam
Gaza bukan sekadar kota. Ia adalah simbol perjuangan, ketabahan, dan harga diri umat Islam. Di sana, hidup manusia-manusia biasa yang tak pernah meminta dilahirkan di zona perang, namun terpaksa hidup dalam siklus kekerasan selama puluhan tahun. Dan kini, dalam genosida terbuka yang dibungkus dalih “perang melawan terorisme”, Gaza seakan dibungkam untuk dihapus dari peta dunia.
Bagi umat Islam, ini bukan hanya tentang Palestina. Ini tentang bagaimana kita merespon penderitaan saudara-saudara kita. Ini tentang kesadaran bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam saling mencintai, saling mengasihi, dan saling menyayangi adalah seperti satu tubuh. Jika satu bagian tubuh sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan demam dan tidak bisa tidur.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jika Gaza hancur dan kita merasa tidak terguncang, maka ada yang perlu dikoreksi dalam keimanan kita.
Kampanye Penghapusan: Etnis atau Identitas?
Ketika Palestina mengatakan bahwa mereka sedang diburu dalam kampanye pembersihan etnis, banyak yang menuduh mereka berlebihan. Tetapi sekarang kita melihat. Foto-foto satelit, gambar dari drone bantuan udara, dan laporan organisasi kemanusiaan yang diam-diam merekam dari kejauhan menunjukkan fakta yang tidak terbantahkan: penghancuran sistematis terhadap rumah, masjid, sekolah, bahkan rumah sakit.
Jika itu bukan ethnic cleansing, maka apa namanya?
Tidak cukup dengan menyerang secara militer, bahkan narasi dan identitas Palestina ikut dihapus. Buku-buku pelajaran yang menyebutkan Palestina dihapus. Peta-peta digital yang menghilangkan nama “Gaza” atau “West Bank”. Media sosial yang menyensor postingan tentang kekejaman di Rafah, Khan Younis, dan Jabalia.
Kewajiban Kita: Melihat dan Bergerak
Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an:
“Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, sekalipun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu.”
(QS. An-Nisa: 135)
Kita tak bisa lagi berpura-pura tidak tahu. Kita sudah melihat. Maka pertanyaannya bukan lagi “apa yang sedang terjadi di Gaza?” tetapi “apa yang sudah aku lakukan untuk Gaza?”
Melihat adalah awal. Bergerak adalah kewajiban.
Kita bisa mulai dari:
Doa: Memohon kepada Allah setiap malam agar menolong saudara-saudara kita yang tertindas. Jangan anggap remeh doa. Karena Nabi ﷺ bersabda, “Doa adalah senjata orang mukmin.” (HR. Al-Hakim)
Kesadaran Sosial: Jangan diam. Bicaralah di media sosial. Edukasikan orang-orang sekitar. Unggah informasi yang benar. Lawan propaganda yang menyamakan penjajahan dengan “perang sah”.
Sumbangan dan Dukungan: Kirim bantuan melalui lembaga-lembaga terpercaya. Setiap rupiah kita mungkin menjadi sebab hidupnya satu keluarga di Gaza.
Tekanan Politik: Gunakan hak suara dan kebebasan berbicara untuk menekan pemerintah, lembaga internasional, dan media agar lebih adil dan objektif.
Gaza Menguji Umat Ini
Peristiwa Gaza adalah ujian terbesar atas solidaritas, kemanusiaan, dan keimanan umat Islam saat ini. Apakah kita akan menjadi umat yang hanya menangis melihat gambar lalu melupakannya esok hari? Ataukah kita menjadi umat yang bangkit, menyuarakan kebenaran, dan menolong saudara kita dengan segala yang kita miliki?
Ingatlah firman Allah:
“Dan barang siapa membela (agama) Allah, maka sesungguhnya Allah akan menolongnya.” (QS. Al-Hajj: 40)
Ketika kita menolong Palestina, sesungguhnya kita sedang menolong agama kita sendiri. Kita sedang memilih untuk berdiri di sisi keadilan. Dan itu akan ditanyakan kelak di hadapan Allah.
Penutup: Gaza Adalah Cermin
Gaza adalah cermin. Ia menunjukkan siapa kita sebenarnya. Apakah kita benar-benar peduli pada keadilan? Apakah kita berani bersuara saat yang lain memilih diam? Apakah kita masih memiliki nurani ketika dunia dibutakan oleh propaganda?
Kini kita telah melihat. Gambar itu sudah ada di hadapan kita. Pertanyaannya: setelah melihat, apakah kita masih ingin berpaling? (Tengku)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
