SURAU.CO – Kehidupan di dunia ini penuh dengan berbagai ujian. Terkadang, masalah terasa begitu berat dan menekan. Seseorang bisa merasa putus asa dan kehilangan harapan. Dalam kondisi seperti itu, setan membisikkan solusi palsu. Salah satunya adalah mengakhiri hidup atau bunuh diri. Padahal, tindakan ini sama sekali bukan jalan keluar. Sebaliknya, ia adalah awal dari penderitaan yang jauh lebih besar dan abadi. Islam dengan tegas melarang perbuatan ini.
Setiap jiwa di dunia pasti akan menghadapi cobaan. Allah SWT menguji hamba-Nya dengan berbagai cara. Ada yang diuji dengan kemiskinan dan kelaparan. Ada pula yang diuji dengan kehilangan harta atau orang tercinta. Semua itu adalah bagian dari ketetapan ilahi. Allah berfirman dalam Al-Qur’an, “Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan.” (QS. Al-Baqarah: 155). Ayat ini mengingatkan kita bahwa ujian adalah sebuah kepastian.
Kesalahan Fatal: Mengira Kematian adalah Akhir
Banyak orang yang putus asa salah dalam berpikir. Mereka menganggap kematian sebagai akhir dari segala masalah. Mereka membayangkan akan menemukan ketenangan setelah mati. Namun, pandangan ini adalah sebuah kesalahan fatal. Kematian bukanlah akhir, melainkan gerbang menuju kehidupan abadi. Kehidupan setelah mati adalah tempat pertanggungjawaban. Setiap perbuatan di dunia akan dimintai balasannya.
Orang yang mengakhiri hidupnya justru lari dari satu masalah kecil. Namun, ia akan menghadapi masalah yang jauh lebih besar. Ia akan berhadapan dengan murka Allah SWT. Siksaan di alam kubur dan neraka menantinya. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang membunuh dirinya dengan sesuatu, maka ia akan disiksa dengan benda tersebut di neraka Jahanam.” (HR. Bukhari & Muslim). Hadis ini memberikan gambaran jelas tentang penderitaan pelaku bunuh diri.
Ancaman Berat bagi Pelaku Bunuh Diri
Islam memandang bunuh diri sebagai salah satu dosa terbesar. Tindakan ini menunjukkan penolakan terhadap takdir Allah. Pelakunya seolah-olah tidak percaya pada rahmat dan pertolongan-Nya. Karena itu, ancaman hukumannya pun sangat berat. Rasulullah SAW memberikan peringatan keras dalam banyak hadis.
Dalam sebuah hadis, Nabi menjelaskan berbagai bentuk siksaan. “Barangsiapa yang sengaja menjatuhkan dirinya dari gunung hingga mati, maka ia di neraka Jahanam. Ia akan menjatuhkan dirinya di dalamnya untuk selama-lamanya. Barangsiapa yang meneguk racun hingga mati, maka racun itu akan berada di tangannya. Ia akan meneguknya di neraka Jahanam untuk selama-lamanya. Barangsiapa yang membunuh dirinya dengan besi, maka besi itu akan berada di tangannya. Ia akan menikam perutnya di neraka Jahanam untuk selama-lamanya.” (HR. Bukhari & Muslim).
Ancaman ini menunjukkan betapa besarnya dosa tersebut. Pelaku akan mengulangi perbuatan menyakitkan itu terus-menerus di akhirat. Ini adalah balasan setimpal atas keputusasaannya.
Kehilangan Surga dan Rahmat Allah
Selain siksaan fisik, pelaku bunah diri juga terancam kehilangan surga. Dalam sebuah hadis qudsi, Allah SWT berfirman, “Hamba-Ku telah mendahului-Ku dengan (mencabut) jiwanya. Maka Aku haramkan surga baginya.” (HR. Bukhari). Kehilangan surga adalah kerugian terbesar yang bisa dialami seorang hamba. Ini menunjukkan bahwa perbuatan tersebut menutup pintu rahmat Allah.
Tindakan ini juga mencerminkan sifat tergesa-gesa. Manusia sering kali ingin masalahnya cepat selesai. Ia tidak sabar dalam menghadapi proses dan ujian. Padahal, Allah menjanjikan kemudahan setelah kesulitan. Sikap tidak sabar inilah yang menjerumuskannya ke dalam dosa besar. Ia memilih jalan pintas yang sebenarnya adalah jalan menuju kehancuran.
Solusi Sejati Ada pada Keimanan
Lalu, apa solusi saat menghadapi masalah berat? Jawabannya terletak pada keimanan dan kesabaran. Pertama, seorang Muslim harus selalu berbaik sangka kepada Allah. Yakinlah bahwa setiap ujian pasti ada hikmahnya. Allah tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan hamba-Nya.
Kedua, kembalilah kepada Allah dengan doa dan ibadah. Mintalah pertolongan dan kekuatan hanya kepada-Nya. Doa adalah senjata orang beriman. Ia dapat mengubah keadaan dan mendatangkan ketenangan jiwa. Perbanyak juga zikir dan membaca Al-Qur’an. Aktivitas ini akan melembutkan hati yang keras dan gundah.
Ketiga, bersabarlah dalam menghadapi setiap kesulitan. Ingatlah janji Allah, “Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155). Kesabaran akan membuahkan pahala yang besar dan kebahagiaan hakiki. Ingatlah bahwa dunia ini hanyalah tempat persinggahan sementara. Jangan sampai kita menukar kebahagiaan abadi di akhirat hanya demi ketenangan sesaat yang fana di dunia ini. Bunuh diri bukanlah solusi. Ia adalah gerbang menuju penderitaan tanpa akhir.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
