Opinion
Beranda » Berita » Jangan Meremehkan Siapa Pun, Termasuk Pelaku Maksiat

Jangan Meremehkan Siapa Pun, Termasuk Pelaku Maksiat

Jangan Meremehkan Siapa Pun, Termasuk Pelaku Maksiat.

Jangan Meremehkan Siapa Pun, Termasuk Pelaku Maksiat.

Dalam perjalanan hidup, kita tidak pernah luput dari perjumpaan dengan berbagai macam karakter dan tingkah laku manusia. Ada yang taat, ada yang tengah berjuang dalam ketaatan, dan ada pula yang terjebak dalam kemaksiatan. Namun satu hal yang penting untuk terus kita jaga dalam hati dan sikap adalah: jangan pernah meremehkan orang lain, siapapun dia, bahkan jika dia seorang pelaku maksiat.

Menunjukkan lampu merah lalu lintas di samping nasihat bijak tersebut sangat simbolis. Seolah menjadi pengingat bahwa ada kalanya kita harus berhenti sejenak, menahan diri, dan berpikir ulang sebelum menghakimi atau meremehkan orang lain. Sebab meremehkan orang lain bukan hanya melukai hati manusia, tetapi bisa menjadi bentuk kesombongan yang tersembunyi dalam diri.

Mengapa Kita Tidak Boleh Meremehkan Pelaku Maksiat?

1. Karena Kita Tidak Lebih Baik dari Mereka
Seseorang mungkin terjebak dalam maksiat hari ini, tetapi bisa jadi esok hari dia menjadi hamba yang sangat dicintai oleh Allah karena taubatnya. Sebaliknya, kita yang merasa taat hari ini bisa saja tergelincir ke dalam kemaksiatan yang lebih besar esok hari. Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Barang siapa yang berkata, ‘Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni si fulan,’ maka sesungguhnya Allah berfirman: ‘Siapa yang bersumpah atas nama-Ku bahwa Aku tidak akan mengampuni si fulan? Sungguh Aku telah mengampuninya dan Aku telah menggugurkan amalmu.’” — (HR. Muslim)

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Hadis ini sangat tegas memperingatkan kita untuk tidak merasa paling suci dan menilai orang lain sebagai ahli neraka.

2. Karena Kita Tidak Tahu Bagaimana Akhir Hidup Seseorang
Dalam Islam, yang paling menentukan adalah husnul khatimah—akhir kehidupan yang baik. Berapa banyak kisah para sahabat dan tabiin yang dahulu berada dalam kesesatan, namun berakhir dalam keimanan dan kedekatan luar biasa kepada Allah? Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu dulunya penentang Islam, namun setelah hidayah menyapa, beliau menjadi salah satu manusia terbaik setelah Nabi ﷺ.

Maka siapa kita yang berani menghakimi orang lain yang saat ini sedang berada dalam dosa, padahal belum tentu kita yang selamat di akhir hayat?

3. Karena Tugas Kita Bukan Menghakimi, Tapi Mengajak dan Mendoakan
Allah ﷻ memerintahkan kita untuk menjadi umat yang mengajak kepada kebaikan, bukan mencela mereka yang tersesat. Firman Allah:

> “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik…” — (QS. An-Nahl: 125)

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Jika kita benar-benar peduli pada pelaku maksiat, maka sikap terbaik adalah menasihatinya dengan kasih sayang dan mendoakannya secara tulus agar diberi hidayah, bukan merendahkannya apalagi menertawakannya.

Bahaya Meremehkan Orang Lain dalam Islam

Meremehkan orang lain bukan sekadar kesalahan sosial, tapi merupakan penyakit hati yang sangat berbahaya. Ia bisa menjadi bentuk kesombongan, padahal sombong sekecil apapun akan menghalangi seseorang dari surga.

Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan seberat biji dzarrah.”
Seorang lelaki berkata, “Sesungguhnya seseorang senang jika bajunya bagus dan sandalnya bagus.” Maka Nabi menjawab:
“Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan. Sombong itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” — (HR. Muslim)

Dari hadis ini jelas bahwa meremehkan orang lain adalah bentuk nyata dari kesombongan, dan kesombongan adalah penghalang utama masuk surga. Betapa ngerinya!

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Meneladani Rasulullah ﷺ dalam Menyikapi Pelaku Dosa

Nabi Muhammad ﷺ adalah teladan terbaik dalam menyikapi orang-orang yang bermaksiat. Beliau tidak langsung mencela atau menghakimi, tetapi mendekati mereka dengan kasih sayang dan doa.

Contohnya adalah kisah Ma’iz al-Aslami, seorang sahabat yang berzina dan kemudian datang kepada Rasulullah ﷺ mengakui dosanya. Nabi tidak langsung menghukumnya, bahkan beliau menghindari untuk menegakkan hukum itu hingga Ma’iz benar-benar menunjukkan penyesalan yang sangat dalam.

Ada pula kisah seorang wanita pezina yang memberikan air kepada anjing yang kehausan, lalu Allah mengampuni dosanya karena kebaikan hatinya. Hal ini menunjukkan bahwa manusia bukan hanya dilihat dari dosanya, tetapi juga dari harapan taubat dan kebaikan yang mungkin tersembunyi.

Refleksi Diri: Apakah Kita Telah Bersih dari Dosa?

Setiap manusia pasti punya sisi lemahnya. Dosa yang tersembunyi seringkali lebih besar dari dosa yang terlihat. Maka sebelum menilai orang lain, sebaiknya kita sibukkan diri dengan introspeksi, bukan inspeksi terhadap dosa orang lain.

Renungkan firman Allah:

> “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak dari prasangka, karena sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah menggunjing satu sama lain…” — (QS. Al-Hujurat: 12)

Ayat ini menunjukkan bahwa memperbaiki diri jauh lebih penting daripada merendahkan orang lain.

Penutup: Mari Kita Berhenti Sebentar dan Merenung

Seperti lampu merah di gambar tadi, terkadang hidup mengharuskan kita berhenti sejenak—dari berjalan tergesa-gesa dalam menghakimi, dari bicara tanpa ilmu, dan dari merasa lebih baik daripada sesama.

Mari jadikan hidup ini ladang untuk memperbaiki diri, bukan panggung untuk merasa paling suci. Boleh jadi orang yang hari ini masih berkubang dalam dosa, esok hari justru menjadi penghuni surga karena taubatnya, sementara kita yang sibuk mencaci, tertinggal dalam kesombongan yang mematikan.

Semoga Allah menjadikan kita insan yang rendah hati, penuh kasih terhadap sesama, dan senantiasa berharap pada ampunan-Nya, untuk kita dan saudara-saudara kita yang sedang diuji dalam maksiat. Wallahu a’lam bish-shawab. (Iskandar)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement