Dakwah Bukan Sekadar Kata-kata: Belajar dari Kopiko dan Masjid Al-Jalil.
Langit biru menaungi Masjid Al-Jalil yang berdiri di ujung kawasan perumahan yang nyaris kosong. Tak banyak rumah yang berpenghuni di sekitarnya. Banyak penghuninya memilih pindah, karena daerah ini rawan banjir. Namun Masjid Al-Jalil tetap tegak, menjadi saksi bisu bagi jejak-jejak spiritual yang tumbuh pelan namun konsisten. Di masjid ini, sebuah pelajaran besar tentang dakwah tersampaikan lewat hal yang tampaknya sepele: sebutir permen Kopiko.
Fenomena sederhana ini justru menjadi bahan renungan yang mendalam. Bahwa dakwah tidak selalu harus dibalut dengan mimbar tinggi, kata-kata berat, atau ancaman neraka. Ada kalanya, dakwah itu berwujud tawa kecil anak-anak, sebutir permen, dan suasana yang diciptakan dengan kasih sayang.
Kopiko, Anak-anak, dan Pelajaran tentang Adab
Kisah ini bermula ketika khutbah Jum’at berlangsung. Seperti biasa, beberapa anak kecil ikut serta bersama orang tua mereka. Tapi seperti umumnya anak-anak, mereka belum paham sepenuhnya tentang adab ketika khutbah: diam, mendengarkan, tidak bermain. Maka mereka pun gaduh, berjalan ke sana kemari, atau tertawa kecil di tengah jamaah yang khusyuk.
Alih-alih menegur dengan nada keras, seorang pengurus masjid—atau barangkali hanya jamaah yang peka—mengambil pendekatan lain. Ia membawa permen Kopiko dalam jumlah banyak, dan membagikannya kepada anak-anak sebelum khutbah dimulai, sembari berkata lembut, “Kalau kamu diam dan duduk manis sampai khutbah selesai, nanti dapat satu lagi ya.”
Apa yang terjadi sungguh luar biasa. Anak-anak yang biasanya gaduh mulai duduk rapi. Tidak semua langsung berubah, tapi ada perubahan. Mereka belajar dari pengalaman yang menyenangkan, bukan dari tekanan.
Ini adalah dakwah bil hal, pendekatan dakwah melalui tindakan, bukan hanya ucapan. Dan sering kali, inilah yang justru lebih efektif dalam menyentuh hati.
QS Al-Baqarah: 269 – Hikmah Itu Hadiah untuk Orang yang Mau Menggunakan Akalnya
Allah Ta’ala berfirman:
> “Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa yang diberi hikmah, sungguh dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal.” (QS. Al-Baqarah: 269)
Hikmah itu bukan hanya kecerdasan, tapi kebijaksanaan dalam bertindak. Pendekatan menggunakan Kopiko tadi mungkin tak pernah diajarkan dalam bangku kuliah dakwah, tapi ia mencerminkan hikmah yang hidup dan nyata. Tidak semua orang bisa menyadari bahwa cara mendidik dan menyentuh hati anak-anak kadang hanya butuh satu hal: kelembutan.
QS Al-Hajj: 46 – Melihat dengan Hati
> “Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami, atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta adalah hati yang di dalam dada.”
(QS. Al-Hajj: 46)
Anak-anak mungkin belum paham hukum fiqih khutbah, tapi mereka bisa merasakan kasih sayang. Dan kasih sayang itulah jembatan menuju perubahan yang lebih besar. Kita, para da’i dan orang tua, perlu belajar untuk “melihat” lebih dalam. Bukan hanya melihat perilaku lahiriah, tapi memahami apa yang ada dalam jiwa mereka.
Mereka belum mampu membaca ayat, tapi mampu membaca senyum. Mereka belum paham syariat, tapi bisa merasakan cinta. Inilah awal dari terbukanya hati.
Dakwah: Antara Kata dan Teladan
Nabi Muhammad ﷺ tidak dikenal sebagai “penggugah umat” semata karena pidatonya yang membakar semangat, tapi karena akhlaknya yang luar biasa. Bahkan ketika beliau berdakwah di Makkah dan hanya sedikit yang beriman, yang tetap mereka akui adalah al-Amin—yang terpercaya.
Dakwah yang beliau bawa tidak hanya berupa ayat-ayat, tetapi juga dalam bentuk pelayanan, kesabaran, dan kepedulian.
> Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad)
Maka wajar jika dakwah yang berangkat dari kelembutan, senyum, atau bahkan dari permen kecil sekali pun, bisa menjadi jalan masuk bagi iman.
Masjid Al-Jalil: Menjadi Ruang Tumbuh, Bukan Ruang Takut
Sayangnya, banyak masjid hari ini yang secara tidak sadar menjadi ruang yang “mengusir” anak-anak. Mereka dianggap pengganggu. Lalu ditegur, dihardik, bahkan diusir. Padahal, kalau sejak kecil mereka dijauhkan dari rumah Allah, bagaimana mungkin cinta kepada masjid tumbuh di hati mereka?
Masjid Al-Jalil memberi pelajaran berbeda. Ia tak hanya membuka pintu, tapi juga membuka hati. Bahwa rumah Allah ini adalah tempat belajar, bukan ruang interogasi. Tempat kembali, bukan tempat pelarian.
Kita pun sebagai orang dewasa kadang lupa: bahwa iman tidak tumbuh sekaligus. Bahwa seseorang bisa jadi belum tahu cara shalat dengan benar, tapi tetap punya semangat datang ke masjid. Dan itu harus dihargai.
Pelajaran Dakwah untuk Kita Semua
Dari kisah ini, kita belajar setidaknya tiga prinsip penting dalam dakwah:
1. Gunakan hikmah dalam segala tindakan.
Tidak semua orang bisa langsung menerima nasehat. Tapi semua orang bisa merasakan keikhlasan dan kelembutan.
2. Bacalah manusia, bukan hanya buku.
Ilmu kita mungkin tinggi, hafalan banyak, tapi tanpa kemampuan membaca situasi dan karakter manusia, dakwah kita akan kaku dan terasa jauh.
3. Tanam cinta sebelum memberi aturan.
Anak-anak belajar diam bukan karena takut, tapi karena merasa dihargai. Begitu pula orang dewasa. Sebelum diajak taat, tanamkan cinta pada kebaikan dan masjid.
Penutup: Dakwah yang Hidup
Dakwah bukan hanya tentang apa yang kita katakan, tapi bagaimana kita memperlakukan orang lain. Bukan sekadar bisa membaca kitab, tapi bisa membaca huruf-huruf moral dalam kehidupan sehari-hari. Seperti seorang da’i yang membawa Kopiko, dia sedang menanam benih cinta dalam hati kecil anak-anak, yang kelak bisa tumbuh menjadi iman yang kokoh.
Maka mulai hari ini, mari kita lembutkan pendekatan kita. Jangan buru-buru menghakimi. Kadang-kadang, yang dibutuhkan seseorang untuk berubah bukan dalil panjang, tapi senyum dan sebutir permen.
Dan di balik kelembutan itu, ada Allah yang menumbuhkan hidayah. Wallahu a’lam bish-shawab. (Iskandar)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
