Merajut Ukhuwah dengan Berbagi: Menebar Cinta, Membangun Umat.
Di tengah zaman yang sarat persaingan, egoisme, dan kepentingan pribadi, umat Islam diingatkan untuk kembali kepada inti ajaran Islam yang mulia, ukhuwah (persaudaraan) dan berbagi. Ukhuwah bukan sekadar kata indah dalam khutbah, melainkan ruh kehidupan umat yang harus dihidupkan melalui tindakan nyata — salah satunya dengan berbagi.
Islam tidak hanya mengajarkan kita untuk rajin beribadah, tetapi juga menuntut kita menjadi bagian dari solusi sosial. Dalam Al-Qur’an, Allah menekankan pentingnya menolong, memperhatikan, dan berbagi rezeki dengan sesama:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan.”
(QS. Al-Ma’idah: 2)
Ukhuwah: Fondasi Kekuatan Umat
Ukhuwah Islamiyah adalah tali pengikat hati sesama Muslim. Tanpa ukhuwah, umat hanya akan menjadi gerombolan tanpa ruh. Ketika ukhuwah lemah, maka perpecahan akan mudah menyusup. Namun ketika ukhuwah kuat, maka umat menjadi seperti bangunan kokoh yang saling menopang.
Rasulullah ﷺ bersabda:
> “Perumpamaan orang-orang beriman dalam kasih sayang, kecintaan, dan empati di antara mereka adalah seperti satu tubuh. Jika satu bagian tubuh sakit, maka seluruh tubuh turut merasakan sakitnya dengan tidak tidur dan demam.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini mengajarkan bahwa ukhuwah sejati akan melahirkan kepekaan sosial. Ukhuwah bukan hanya pelukan dan senyum, tapi juga rasa peduli yang nyata — dan salah satu bentuk nyatanya adalah berbagi.
Berbagi: Menyulam Hati yang Terkoyak
Dalam kehidupan, tidak semua orang berada dalam posisi yang sama. Ada yang kaya, ada yang miskin. Ada yang sehat, ada yang sakit. Dalam kondisi seperti ini, berbagi menjadi jembatan kasih yang menyatukan hati.
Berbagi tidak harus menunggu berlimpah. Terkadang, sepotong roti yang dibagi di waktu sulit jauh lebih bermakna daripada satu karung beras di waktu lapang. Islam tidak mengukur nilai dari besar kecilnya pemberian, tapi dari ketulusan niatnya.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Takutlah kalian kepada neraka, meskipun hanya dengan (bersedekah) setengah butir kurma.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Ukhuwah Sejati Lahir dari Hati yang Ringan Memberi
Seseorang tidak bisa mencintai saudaranya dengan tulus jika hatinya berat untuk memberi. Karena itu, membangun ukhuwah tidak bisa dilepaskan dari sikap dermawan. Orang yang pelit, kikir, dan hanya memikirkan dirinya sulit merasakan manisnya persaudaraan.
Allah menggandengkan perintah salat dengan zakat — sebagai simbol bahwa ibadah vertikal harus diiringi dengan kebaikan horizontal.
> “Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.”
(QS. Al-Baqarah: 43)
Salat menjaga hubungan kita dengan Allah, sedangkan zakat dan sedekah menjaga hubungan dengan manusia. Berbagi adalah bentuk cinta kepada Allah yang diekspresikan kepada sesama.
Kisah Para Sahabat: Ukhuwah yang Hidup Karena Saling Memberi
Lihatlah bagaimana ukhuwah para sahabat terjalin kuat karena mereka ringan tangan dan ringan hati dalam berbagi. Kisah kaum Anshar yang mempersilakan kaum Muhajirin menempati rumah mereka, bahkan menawarkan harta dan kebun mereka, menjadi teladan ukhuwah sepanjang zaman.
Allah memuji mereka dalam firman-Nya:
> “Dan mereka (kaum Anshar) mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan.”
(QS. Al-Hasyr: 9)
Ukuran ukhuwah bukan hanya senyum di wajah, tapi sejauh mana kita rela berkorban dan memberi untuk saudara kita. Berbagi bukan melemahkan, tapi justru menguatkan.
Berbagi Itu Menyuburkan Hati dan Harta
Banyak orang takut berbagi karena merasa hartanya akan berkurang. Padahal, Islam mengajarkan bahwa:
> “Apa saja yang kalian infakkan, Allah akan menggantinya, dan Dia adalah sebaik-baik pemberi rezeki.”
(QS. Saba: 39)
Dalam riwayat lain, Nabi ﷺ bersabda:
> “Harta tidak akan berkurang karena sedekah.” (HR. Muslim)
Berbagi bukan hanya menumbuhkan ukhuwah, tapi juga menyuburkan keberkahan harta. Orang yang suka memberi, hatinya akan lembut, rezekinya akan lapang, dan hidupnya akan damai.
Membiasakan Diri Berbagi dalam Kehidupan Sehari-hari
Berbagi bisa menjadi budaya dalam keluarga dan komunitas. Kita bisa melakukannya dengan cara-cara sederhana namun berdampak besar:
Berbagi makanan dengan tetangga.
Menyantuni anak yatim atau dhuafa.
Membantu biaya pendidikan keluarga miskin.
Memberi waktu dan tenaga untuk dakwah atau kegiatan sosial.
Menyumbangkan pakaian layak pakai.
Memberikan senyum, doa, dan kata-kata yang menyejukkan.
Ingatlah, berbagi bukan hanya soal materi, tapi juga perhatian, waktu, tenaga, dan bahkan empati. Sebab sering kali yang dibutuhkan orang bukan hanya uang, tapi juga kehadiran yang peduli.
Menguatkan Ukhuwah dalam Komunitas dan Jamaah
Di masjid, majelis taklim, atau organisasi dakwah, ukhuwah harus dirawat bukan hanya dengan pertemuan, tapi juga dengan rasa saling menanggung beban. Jangan sampai ada yang kelaparan sementara yang lain berfoya-foya. Jangan ada yang jatuh sakit sementara yang lain acuh tak acuh.
Komunitas yang kuat adalah yang saling berbagi bukan hanya saat senang, tapi juga saat susah. Dalam musibah, kita hadir. Dalam kesulitan, kita ulurkan tangan. Maka jamaah itu akan menjadi seperti tubuh yang disebut Rasulullah ﷺ tadi.
Berbagi Itu Melatih Ikhlas dan Merajut Langit
Setiap kali kita memberi, kita sedang melatih diri untuk ikhlas dan menghapus ego. Kita belajar melepaskan, mengalah, dan percaya bahwa semua yang kita miliki hanyalah titipan.
Dan lebih dari itu, berbagi bukan hanya merajut ukhuwah di bumi, tetapi juga mengundang keberkahan dari langit. Ketika tangan kita rajin memberi, maka pintu langit akan terbuka — menurunkan rahmat, menghapus dosa, dan mengangkat derajat.
Penutup: Ukhuwah Itu Dirajut dengan Cinta, Dikuatkan dengan Berbagi
Persaudaraan sejati tidak dibangun dengan slogan dan foto bersama, tapi dengan hati yang peduli, tangan yang ringan memberi, dan semangat berbagi dalam senyap.
Mari kita hidupkan kembali ukhuwah dalam bentuk paling nyata — dengan berbagi rezeki, ilmu, waktu, dan kasih sayang. Sebab ketika kita berbagi, kita sedang menebar cinta Allah di muka bumi.
> “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.” (HR. Thabrani)
Jadikan tangan kita bukan hanya tempat menggenggam, tapi juga tempat melepas. Jadikan diri kita bukan hanya tempat menerima, tapi juga tempat memberi. Karena ukhuwah hanya akan tumbuh jika hati mau peduli dan tangan siap berbagi. (Tengku Iskandar, M.Pd)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
