Keikhlasan Adalah Inti dari Segala Kebaikan.
Pendahuluan: Dalam dunia yang penuh dengan pencitraan dan kepura-puraan, ikhlas menjadi sesuatu yang amat langka. Banyak orang berlomba-lomba berbuat baik, tetapi tak semuanya dilandasi keikhlasan. Padahal, keikhlasan adalah inti dari segala kebaikan. Dalam gambar yang kita lihat, tertulis sebuah nasihat bijak:
> “Jadilah orang yang paling ikhlas bukan yang paling baik, karena dalam kebaikan belum tentu ada keikhlasan, tetapi dalam keikhlasan sudah pasti ada kebaikan.”
– Tulisan Seseorang Hafidzohullah
Ungkapan ini menyadarkan kita akan pentingnya niat tulus dalam beramal. Mari kita renungkan lebih dalam makna dari pesan ini, agar hidup kita semakin terarah dan bermakna, bukan hanya sekadar penuh amal, tapi kosong dari nilai.
Mengapa Ikhlas Lebih Penting daripada Sekadar Berbuat Baik?
Ikhlas berasal dari kata “kh-l-sh” yang berarti murni, bersih dari campuran. Dalam istilah syar’i, ikhlas berarti memurnikan niat hanya karena Allah ﷻ dalam setiap amal. Artinya, apa pun yang dilakukan semata-mata untuk mencari ridha-Nya, bukan untuk pujian manusia, imbalan dunia, atau kepentingan pribadi.
Rasulullah ﷺ bersabda:
> “Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) sesuai dengan apa yang diniatkannya…” (HR. Bukhari dan Muslim)
Artinya, dua orang bisa jadi melakukan amalan yang sama — memberi sedekah, mengajar, bahkan shalat — tetapi balasannya sangat berbeda di sisi Allah, tergantung pada niatnya.
Kebaikan Tanpa Keikhlasan: Ibarat Pohon Tanpa Buah
Betapa banyak orang yang nampak “baik” di mata manusia — dermawan, santun, rajin ibadah — namun ternyata di hadapan Allah tidak ada nilainya. Mengapa? Karena mereka melakukannya bukan karena Allah, tapi karena ingin dilihat, dipuji, atau dianggap mulia.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:
> “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus…” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Kebaikan tanpa keikhlasan hanyalah formalitas kosong. Ia bisa runtuh saat tidak ada yang melihat, atau berubah menjadi pamer dan riya’ ketika mendapat pujian.
Keikhlasan Akan Menghasilkan Kebaikan yang Murni
Berbeda dengan orang yang ikhlas. Meskipun amalnya kecil di mata manusia, jika dilakukan dengan niat yang murni karena Allah, maka itu bernilai sangat besar. Bahkan senyum yang ikhlas pun bisa menjadi sedekah yang diberkahi.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
> “Amalan yang dilakukan dengan niat yang benar dan cara yang benar akan diterima, sekalipun kecil. Tapi amalan yang besar, jika tanpa niat yang benar, tidak akan diterima.”
Keikhlasan juga menjadi kekuatan batin seseorang. Ia tetap istiqamah beramal meski tak dipuji, tetap bertahan dalam kebaikan walau tidak dihargai, bahkan tetap berjuang ketika tidak ada yang melihat.
Tanda-Tanda Keikhlasan dalam Diri Seseorang
Menumbuhkan keikhlasan adalah proses panjang, tetapi ada tanda-tanda yang bisa kita renungkan:
Tidak peduli pujian atau celaan manusia
Orang ikhlas tetap melakukan kebaikan meskipun tidak ada yang menyanjungnya.
Lebih banyak beramal di saat tidak dilihat orang
Ia justru takut amalnya diketahui karena khawatir niatnya ternodai.
Selalu menjaga niat sebelum, saat, dan setelah beramal
Orang ikhlas selalu mengoreksi dirinya: “Apakah aku melakukannya karena Allah?”
Merasa dirinya tidak lebih baik dari orang lain
Ia rendah hati, tidak merasa paling suci hanya karena banyak amal.
Bahaya Riya dan Nifaq: Lawan dari Keikhlasan
Sebaliknya, musuh utama dari keikhlasan adalah riya’ (beramal karena ingin dipuji) dan nifaq (kemunafikan). Dalam sebuah hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:
> “Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kalian adalah syirik kecil.” Para sahabat bertanya, “Apa itu syirik kecil, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Riya’.”
(HR. Ahmad, dishahihkan Al-Albani)
Riya sangat berbahaya karena pelakunya merasa telah beramal, tetapi ternyata ia sedang menanam benih azab. Sungguh merugi orang yang seperti ini di akhirat nanti.
Menumbuhkan Keikhlasan dalam Hati
Berikut beberapa cara untuk melatih diri agar menjadi orang yang ikhlas:
1. Perbaiki niat setiap hari
Niat bisa berubah, maka terus koreksi sebelum, saat, dan sesudah beramal.
2. Perbanyak amal tersembunyi
Lakukan amal yang hanya diketahui Allah, seperti sedekah diam-diam, doa di malam hari, atau membantu orang tanpa menyebut nama.
3. Takut amal ditolak
Orang ikhlas justru khawatir amalnya tidak diterima, bukan merasa sudah cukup.
4. Berdoa agar diberi keikhlasan
Sebab keikhlasan adalah nikmat yang hanya Allah berikan kepada hamba yang dikehendaki-Nya.
Keteladanan Ulama Salaf dalam Keikhlasan
Para salafus shalih sangat berhati-hati dengan niat mereka. Diriwayatkan bahwa Imam Az-Zuhri pernah menangis ketika disebut-sebut karena ilmunya, dan berkata: “Aku lebih suka jika orang tidak tahu aku ada di dunia ini.”
Imam Ahmad bin Hanbal pernah menyembunyikan hafalan 1 juta haditsnya dari murid-muridnya karena takut terkena ujub.
Mereka mengajarkan bahwa amal tanpa keikhlasan hanyalah lelah tanpa nilai.
Penutup: Pilih Jadi yang Paling Ikhlas, Bukan yang Paling Dikenal
Dalam dunia media sosial saat ini, semua orang ingin tampil baik, terlihat mulia, dan dianggap bermanfaat. Tetapi sebaik-baik orang bukanlah yang paling terkenal, bukan pula yang paling banyak followers, tetapi yang paling ikhlas dalam beramal.
Mari kita evaluasi diri: sudahkah amal kita murni karena Allah? Ataukah masih terkotori oleh keinginan dunia? Sudahkah kita menjadi hamba yang tulus, atau hanya sedang membangun citra?
Nasihat dalam gambar ini patut kita renungkan dalam-dalam:
> “Jadilah orang yang paling ikhlas, bukan yang paling baik, karena dalam kebaikan belum tentu ada keikhlasan. Tetapi dalam keikhlasan, sudah pasti ada kebaikan.”
Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba yang senantiasa ikhlas dalam setiap langkah, dan menerima setiap amal dengan ridha-Nya. Aamiin. @nasehatt_salaf | #Ikhlas #AmalShalih #NiatKarenaAllah #RenunganHati #Dakwah. (Tengku Iskandar, M.Pd)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
