Kisah
Beranda » Berita » Kisah Al-Hajjaj dan Tukang Bekam

Kisah Al-Hajjaj dan Tukang Bekam

SURAU.CO – Al-Hajjaj ibn Yusuf al-Thaqafi adalah nama yang disegani. Ia dikenal sebagai gubernur yang sangat tegas pada masa Dinasti Umayyah. Di satu sisi, ia berhasil menstabilkan wilayah kekuasaan. Di sisi lain, namanya lekat dengan citra kekejaman tanpa kompromi. Kisah-kisah tentangnya menjadi cerminan betapa absolutnya kekuasaan pada masanya. Salah satu cerita yang paling terkenal menggambarkan watak aslinya. Kisah ini melibatkan sebuah janji, sebuah pertanyaan, dan hukuman yang mengerikan.

Suatu hari, al-Hajjaj memanggil seorang tukang bekam untuk menjalani terapi. Ini adalah praktik pengobatan yang lazim pada zaman itu. Sang gubernur duduk dengan tenang saat si tukang bekam memulai pekerjaannya. Namun, suasana hening itu pecah oleh rasa penasaran si tukang bekam. Ia tidak mampu menahan diri. Dengan sedikit keberanian, ia pun bertanya.

Pertanyaan yang Berbahaya

“Senang sekali seandainya Tuan mau menceritakan kepadaku tentang ceritamu dengan Ibnu al-Asy’ats. Maksudku mengapa ia sampai berani menentangmu?”

Pertanyaan itu sangat berbahaya. Ibnu al-Asy’ats adalah pemimpin pemberontakan besar melawan kekuasaan Umayyah. Pemberontakan itu secara langsung menantang otoritas al-Hajjaj. Mengungkit nama tersebut sama saja dengan menyentuh luka lama yang penuh darah. Al-Hajjaj menatapnya dengan dingin. Ia tidak langsung marah. Ia justru memberikan jawaban yang tenang namun penuh makna.

“Selesaikan dahulu pekerjaanmu ini. Nanti pasti akan aku ceritakan padamu,” jawab al-Hajjaj.

Pasca Wafatnya Rasulullah: Sikap Abu Bakar Menghadapi Kemurtadan

Jawaban itu tidak memuaskan si tukang bekam. Rasa ingin tahunya sudah terlanjur membara. Ia kembali mengulangi permintaannya beberapa kali. Setiap kali ia bertanya, al-Hajjaj selalu memberikan jawaban yang sama. Ia terus meyakinkan si tukang bekam bahwa ia akan memenuhi janji itu. Sang tukang bekam mungkin mengira sang gubernur hanya ingin fokus pada proses bekamnya. Ia tidak menyadari badai yang sedang menunggunya.

Al-Hajjaj Memenuhi Janjinya

Akhirnya, proses bekam pun selesai. Si tukang bekam membereskan semua peralatannya. Ia juga membersihkan sisa-sisa darah dengan cermat. Setelah semua rapi, ia bersiap untuk pergi. Namun, al-Hajjaj belum melupakan janjinya. Ia justru memerintahkan pengawalnya untuk memanggil kembali si tukang bekam itu ke hadapannya. Pria malang itu datang dengan wajah penuh harap.

“Aku tadi sudah berjanji kepadamu akan mengungkapkan ceritaku dengan Ibnu al-Asy’ats. Bahkan, aku telah bersumpah segala,” kata al-Hajjaj memulai. “Baiklah, sekarang akan aku penuhi.”

Wajah si tukang bekam berseri-seri. Ia merasa terhormat karena seorang gubernur besar mau berbagi cerita dengannya. “Terima kasih, Tuan masih ingat,” sahutnya gembira.

Kegembiraannya hanya bertahan sekejap. Tiba-tiba, al-Hajjaj berteriak dengan suara menggelegar. Ia memanggil pelayannya agar segera mengambil cambuk. Tak lama, seorang pelayan datang membawa alat penyiksa itu. Suasana seketika berubah menjadi tegang. Al-Hajjaj kemudian menyuruh si tukang bekam untuk menelanjangi dirinya. Rasa takut mulai menjalar di tubuh pria itu.

Penaklukan Thabaristan (Bagian 2): Kemenangan di Era Umayyah

Al-Hajjaj mulai bercerita. Ia mengisahkan secara panjang lebar seluruh konfliknya dengan Ibnu al-Asy’ats. Ia menceritakan tentang pertempuran, pengkhianatan, dan bagaimana ia menumpas pemberontakan itu. Setelah ceritanya selesai, ia menatap tajam ke arah si tukang bekam. Lalu, ia mulai memenuhi bagian kedua dari janjinya.

Memenuhi Janji Al-Hajjaj menghajar tubuh telanjang itu dengan cambuk sebanyak lima ratus kali. Setiap lecutan adalah penegasan atas kekuasaannya. Tubuh si tukang bekam menjadi babak belur. Ia terkapar di lantai, nyaris kehilangan nyawanya. Setelah puas, al-Hajjaj berhenti dan melemparkan cambuknya. Ia mendekati pria yang tak berdaya itu dan berkata dengan nada sinis.

Pelajaran Mahal dari Rasa Ingin Tahu

“Aku telah penuhi janjiku kepadamu. Lain kali jika kamu memintaku menceritakan pengalamanku dengan selain Ibnu al-Asy’ats tentu akan aku penuhi lagi, asal dengan syarat seperti ini.”

Pesan al-Hajjaj sangat jelas. Jangan pernah mencampuri urusan penguasa. Rasa ingin tahu bisa membawa pada penderitaan yang tak terbayangkan. Kisah ini menjadi pelajaran abadi tentang bahaya berbicara tanpa memahami posisi diri di hadapan kekuasaan yang absolut dan kejam.

Penaklukan Thabaristan: Merebut Negeri Kapak Persia di Masa Utsmaniyah

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement