Opinion
Beranda » Berita » Perjalanan Cinta Di Jalan yang Diridhai-Nya

Perjalanan Cinta Di Jalan yang Diridhai-Nya

Perjalanan Cinta Di Jalan yang Diridhai-Nya

Perjalanan Cinta: Di Jalan yang Diridhai-Nya

Setiap insan pasti menginginkan cinta. Ia adalah fitrah. Namun, cinta sejati bukanlah yang hanya bermula dari tatapan, sentuhan, atau janji manis yang belum tentu ditepati. Cinta sejati adalah perjalanan. Perjalanan panjang yang dimulai dari ketulusan, dijaga dengan kesabaran, dan berakhir dengan ridha Allah Ta’ala.

Dan dalam perjalanan cinta itu, terkadang kita harus berkata: “Maaf, kita bukan mahram.”

Cinta Bukan Alasan Melanggar Batas

Banyak yang mengira cinta adalah pembenaran. Lalu tangan-tangan mulai berani menyentuh yang bukan haknya. Tatapan menjadi liar, pertemuan menjadi rutin, pesan-pesan menjadi candu, dan semua itu dikira biasa. Padahal Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Ditusukkan kepala seseorang dengan pasak dari besi, sungguh lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang bukan mahramnya.” (HR. Thobroni)

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Begitu serius Islam menjaga kesucian hubungan antara pria dan wanita. Bukan karena mengekang, tapi karena menjaga. Karena Allah ingin cinta itu suci, bersih, dan mulia.

Jika Bukan Mahram, Kita Harus Menjaga Jarak

Cinta sebelum waktunya hanya akan membawa luka. Sebab, cinta yang tidak dilandasi iman dan syariat tak akan membawa keberkahan. Allah telah memberikan batas:

> “Janganlah kamu mendekati zina.” (QS. Al-Isra: 32)

Lihatlah, Allah tidak hanya melarang zina, tapi juga semua yang mendekatinya: berduaan, bersentuhan, saling mengirim pesan yang tak penting, saling menatap penuh makna, atau memberi perhatian yang seolah manis tapi bisa berujung pahit.

Maka, jika kita mengaku mencintai, seharusnya kita mampu berkata: “Aku akan menjagamu dengan tidak menyentuhmu, karena aku ingin kamu tetap suci hingga halal bagiku.”

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Cinta Sejati adalah Menjaga, Bukan Menikmati Dosa

Banyak yang berkata cinta itu pengorbanan. Tapi apakah kita rela mengorbankan ridha Allah demi kebersamaan yang haram? Apakah layak sebuah hubungan yang dimulai dari pelanggaran berharap berakhir dengan keberkahan?

Perjalanan cinta yang benar bukan tentang seberapa sering kita bertemu, tapi seberapa kuat kita menahan diri. Bukan tentang seberapa romantis kita berbicara, tapi seberapa takut kita pada dosa.

Cinta sejati akan selalu mengantar pada halal. Jika tidak, itu hanya nafsu yang menyamar.

Menunggu dalam Doa, Bukan dalam Dosa

Jika kita mencintai seseorang yang belum halal bagi kita, maka cara terbaik adalah mendoakannya. Bukan dengan menuntut untuk dekat, tapi dengan bersabar dan memperbaiki diri.

> “Wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik pula…” (QS. An-Nur: 26)

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Berbaik sangkalah kepada Allah. Jika dia jodohmu, dia akan datang di waktu terbaik. Jika bukan, maka Allah sedang menjauhkanmu dari luka yang lebih dalam.

Nikah: Gerbang Suci Perjalanan Cinta

Tujuan dari cinta bukanlah pacaran, bukan sekadar status, bukan koleksi kenangan masa muda, tetapi pernikahan. Tempat dua insan bersatu dalam ikatan suci, dengan tanggung jawab, hak, dan kewajiban.

Nikah bukan sekadar pesta. Ia adalah ibadah. Ia adalah perjanjian yang kokoh di sisi Allah. Maka, bersabarlah dalam perjalanan menuju ke sana. Sungguh, tidak ada yang lebih indah dari cinta yang ditempuh dalam taat.

> “Barang siapa yang menikah, maka ia telah menyempurnakan setengah dari agamanya…” (HR. Baihaqi)

Jika Cinta Ini Tak Diridhai Allah, Maka Bukan Cinta Namanya

Banyak orang jatuh cinta, tapi lupa bertanya kepada Allah: “Apakah ini Engkau ridai, ya Rabb?”

Cinta yang tidak disucikan akan membawa kehancuran. Tapi cinta yang dipelihara dengan taqwa akan mendatangkan keberkahan. Maka, meski berat, jika harus menjauh, maka menjauhlah. Katakan dengan penuh cinta dan iman:

> “Maaf, kita bukan mahram. Aku tak ingin cintaku padamu menjadi sebab kemurkaan Allah. Jika engkau jodohku, kita akan dipertemukan dalam kehalalan yang diridhai-Nya.

Cinta Terindah adalah Saat Kita Bertemu dalam Taat

Saat kau menundukkan pandanganmu, dan aku menundukkan pandanganku, Saat kita saling menjaga, saling mendoakan dari kejauhan, Saat kita memilih tidak bertemu, tidak bersentuhan, tidak saling merayu… Tapi Allah menjadi saksi bahwa cinta ini ingin dibawa ke surga.

Itulah cinta sejati. Cinta yang tidak saling menjatuhkan dalam dosa, tapi saling mengangkat menuju ke ridha.

Akhir Kata: Perjalanan cinta dalam Islam adalah perjalanan menjaga, bukan menodai. Perjalanan menahan, bukan menikmati sebelum halal. Perjalanan menanti dengan iman, bukan memaksa dengan nafsu.

Jika kau sedang jatuh cinta, pastikan jalanmu adalah jalan yang Allah ridha. Karena cinta yang halal akan membawa bahagia dunia hingga ke surga.

> “Cinta sejati adalah saat dua jiwa dipersatukan bukan hanya karena ingin memiliki, tapi karena ingin sama-sama menuju Allah.” #PerjalananCinta #CintaSyar’i #MaafKitaBukanMahram #CintaMenujuHalal #MuaraIlmuIndonesia (Tengku Iskandar, M.Pd)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement