Khazanah
Beranda » Berita » Jujur Dalam Membuat Keputusan: Refleksi Kejujuran Sebagai Pilar Utama dalam Kepemimpinan dan Kehidupan

Jujur Dalam Membuat Keputusan: Refleksi Kejujuran Sebagai Pilar Utama dalam Kepemimpinan dan Kehidupan

Jujur Dalam Membuat Keputusan: Refleksi Kejujuran Sebagai Pilar Utama dalam Kepemimpinan dan Kehidupan

JUJUR DALAM MEMBUAT KEPUTUSAN (Refleksi Kejujuran Sebagai Pilar Utama dalam Kepemimpinan dan Kehidupan).

 

 

“Sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebaikan, dan kebaikan itu membawa ke surga. Seseorang yang selalu berkata jujur akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang benar.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam kehidupan ini, setiap orang akan dihadapkan pada berbagai pilihan. Ada keputusan yang mudah, ada pula yang sulit dan penuh pertaruhan. Namun, satu hal yang selalu relevan dalam setiap pengambilan keputusan adalah kejujuran. Ia bukan sekadar nilai moral, melainkan juga fondasi dari keputusan yang bijak dan bertanggung jawab.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Makna Jujur dalam Konteks Pengambilan Keputusan

Jujur berarti berkata dan bersikap sesuai dengan kenyataan. Dalam pengambilan keputusan, jujur berarti mempertimbangkan semua informasi secara apa adanya, tidak menutup-nutupi, tidak memanipulasi, dan tidak mengedepankan kepentingan pribadi atas kebenaran yang lebih besar.

Seseorang yang jujur dalam memutuskan, akan:

Mengakui keterbatasan dan kesalahan,

Tidak terpengaruh tekanan kelompok atau popularitas,

Menimbang manfaat dan mudarat secara objektif,

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Siap bertanggung jawab atas akibat dari keputusan tersebut.

Kejujuran: Jalan Menuju Ketegasan dan Integritas

Orang yang jujur akan lebih mudah untuk bersikap tegas. Ia tidak perlu mencari-cari alasan untuk membenarkan hal yang salah. Sebaliknya, orang yang tidak jujur akan terperangkap dalam kebohongan demi kebohongan yang terus berkembang dan menyusahkan dirinya sendiri.

Dalam Islam, kejujuran bukan hanya akhlak pribadi, tetapi juga standar kepemimpinan. Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Tidaklah seorang pemimpin yang diserahi kepemimpinan atas manusia kemudian ia mati dalam keadaan menipu rakyatnya, melainkan Allah haramkan surga atasnya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Keputusan yang tidak jujur, walau terlihat menguntungkan sesaat, pada akhirnya akan membuahkan kerusakan: baik dalam hubungan, kepercayaan, hingga dalam kehidupan sosial secara luas.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Dampak Kejujuran dalam Pengambilan Keputusan

a. Membangun Kepercayaan
Dalam keluarga, organisasi, maupun masyarakat, kejujuran adalah pondasi kepercayaan. Orang akan lebih mudah menerima keputusan yang didasarkan pada kejujuran, meskipun tidak menyenangkan.

b. Menentramkan Hati
Hati orang yang jujur akan tenang. Ia tidak dihantui rasa bersalah atau takut terbongkarnya kebohongan. Setiap keputusan yang ia ambil menjadi ladang amal, bukan ladang dosa.

c. Memperkuat Moralitas Kolektif
Ketika pemimpin atau orang tua memutuskan dengan jujur, maka lingkungan akan terbentuk menjadi lebih beretika. Anak-anak akan belajar dari keteladanan, bawahan akan termotivasi untuk bertindak adil.

Godaan dalam Keputusan Tidak Jujur

Keputusan tidak jujur seringkali lahir dari:

Takut kehilangan posisi atau pengaruh,

Ingin menyenangkan semua pihak,

Menghindari kritik atau hukuman,

Mengejar keuntungan duniawi.

Namun semua itu hanyalah ilusi. Sebab, keputusan yang tidak jujur menyisakan luka dan kerusakan yang bisa menghancurkan martabat seseorang dalam jangka panjang.

Menjadi Pengambil Keputusan yang Jujur: Langkah Praktis

a. Muhasabah (Introspeksi Diri)
Tanya diri: Apakah saya membuat keputusan ini untuk Allah, atau untuk menyelamatkan citra dan kepentingan pribadi?

b. Libatkan Allah dalam Setiap Pilihan
Shalat istikharah dan doa sebelum memutuskan, agar Allah tunjukkan mana yang benar, bukan sekadar mana yang enak.

c. Dengarkan Nasihat Orang Shalih
Konsultasi dengan orang jujur dan berilmu, karena bisa jadi kita terjebak dalam hawa nafsu tanpa menyadarinya.

d. Siap Menanggung Risiko Kejujuran
Jujur tidak selalu membawa pujian. Kadang justru membawa cemoohan. Tapi Allah bersama orang-orang yang benar.

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan jadilah kalian bersama orang-orang yang benar (jujur).” (QS. At-Taubah: 119)

Penutup: Kejujuran adalah Cahaya

Kejujuran adalah cahaya yang menuntun dalam kegelapan. Dalam dilema dan pilihan yang membingungkan, kejujuran memberi arah. Ia mungkin berat di awal, tetapi membahagiakan di akhir.

Maka, jadikan kejujuran sebagai prinsip dalam setiap keputusan — baik dalam rumah tangga, pekerjaan, dakwah, maupun politik. Jangan sampai kita menjadi seperti tokoh yang “pandai berkelit”, tetapi jauh dari berkah dan keadilan.

Semoga Allah menjadikan kita termasuk dalam golongan yang senantiasa jujur dalam niat, ucapan, dan tindakan. Aamiin. Penyuluh Agama Islam – Pemerhati Akhlak dan Spiritualitas Keputusan (Tengku Iskandar)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement