Larangan Dalam Memperlakukan Al-Qur’an dan Sikap Memuliakannya.
Saya (Al Qurthubi) berkata, ” sabda Rasullullah: ‘Dua ayat pada akhir surah Al Baqarah, barang siapa yang membaca kedua ayat tersebut di malam hari maka kedua ayat tersebut sudah cukup baginya. ” (HR. Al Bukhari dan Muslim dari hadits Abdullah bin Mas’ud).
Tidak Membaca Al-Qur’an Dengan Cara dibalik
Sikap memuliakan Al Qur’an yang lain adalah tidak membacanya dengan cara dibalik, seperti yang dilakukan oleh para guru anak-anak kecil. Salah seorang dari mereka terkadang mengajarkan anak-anak dengan membaca secara terbalik dengan maksud untuk memperlihatkan bahwa dirinya cerdas dan pandai. Padahal, sikap seperti itu adalah sikap yang keliru.
Tidak Dengan Suara Berteriak
Tidak membaca dengan suara berteriak juga merupakan bentuk sikap memuliakan Al Qur’an. Sikap berteriak yang dimaksud di sini adalah seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang menekan mulutnya ketika berbicara. Sikap seperti itu adalah sikap bid’ah yang disampaikan oleh syetan, lalu
mereka menerima sikap tersebut.
Tidak Dengan Menyanyikannya
Sikap memuliakan Al Qur’an yang lain adalah tidak membacanya dengan menyanyikannya seperti yang dilakukan oleh orang-orang fasik. Juga, tidak membacanya dengan nada seperti yang dilagukan oleh orang Nashrani dan para ratib. Semua itu adalah sikap yang menyimpang, seperti yang telah dijelaskan.
Menuliskan huruf Al Qur’an dengan huruf yang besar merupakan sikap memuliakan Al Qur’an. Dari Abu Hukaimah, bahwasanya dia menulis mushaf-mushaf di negeri Kufah. Lalu, Ali berjalan melewatinya dan memperhatikan tulisannya itu. Ali berkata “Perbesarlah penamu.” Maka akupun mengambil pena dan memotong pena tersebut dari ujungnya dengan sekali potongan. Setelah itu, aku kembali menulis. Sedangkan Ali berdiri memperhatikan tulisanku. Ali berkata, ‘Seperti itu (lebih baik). Berikanlah cahaya padanya (tulisan itu) sebagaimana Allah memancarkan cahaya kepadanya.”
Membaca Al-Qur’an Sebagian, Tanpa Memperjelas Bagian Yang Lain
Di antara sikap memuliakan Al Qur’an adalah tidak membaca
sebagiannya saja secara jelas tanpa memperjelas sebagian yang lain hingga bacaan itu dapat rusak. Sehingga sikap seperti itu dapat membuat orang yang mendengarnya menjadi tidak suka.
Bentuk memuliakannya yang lain adalah tidak memperdebatkan dan memperselisihkan bacaan. Jangan mengatakan kepada orang yang membaca Al Qur’an, “Tidak seperti itu cara membacanya.” Karena bisa jadi bacaan
tersebutlah yang benar dan diperbolehkan dalam membaca Al-Qur’an. Sehingga, jika dia memperselisihkannya maka dia dapat dianggap termasuk orang yang mengingkari kitabullah.
Bentuk memuliakannya yang lain adalah tidak membacanya, di pasar-pasar, tempat-tempat bermain, berfoya-foya, dan tempat bekumpulnya orang-orang bodoh. Tidakkah anda lihat bahwa Allah telah menyebutkan dan memuji hamba-hamba bahwa jika mereka melewati tempat sia-sia maka mereka akan melewatinya dalam keadaan mulia (tidak ikut-ikutan). Lantas, apalagi jika dia membaca Al Qur’an di hadapan orang-orang yang suka berbuat sia-sia dan tempat berkumpulnya orang-orang bodoh.
Tidak Menjadikannya Barang Sandaran
Bentuk sikap memuliakannya yang lain adalah tidak menjadikannya sebagai bantal atau barang yang dijadikan sebagai sandaran. Jangan pula melemparkan Al Qur’an kepada orang yang hendak mengambilnya. Selain itu, jangan pula memperkecil Al Qur’an. Al A’masy meriwayatkan dari
Ibrahim, dari Ali, dia berkata ‘janganlah memperkecil mushaf.”
Saya (Al Qurthubi) katakan, “Diriwayatkan dari Umar bin Khathab bahwasanya dia pernah melihat sebuah mushaf yang kecil pada lengan seseorang. Lantas Umar bertanya,’Siapa yang menulis mustraf ini?’ orang itu menjawab,’Saya’ Lalu Umar memukulnya dengan sekantung air susu, dan berkata, ‘Besarkanlah Al Qur’an itu!’ Diriwayatkan dari Rasulullah,
bahwasannya beliau melarang jika dikatakan “masjid kecil atau mtshaf kecil’.”
Tidak Menghiasinya dengan Emas
Bentuk memuliakan Al Qur’an yang lain adalah tidak mencampurkannya dengan sesuatu yang bukan bagian darinya. Juga tidak menghiasinya dengan emas dan tidak menuliskannya dengan emas, sehingga ia akan bercampur
dengan hiasan dan duniawi. Diriwayatkan oleh Mughira, dari Ibrahim, bahwasannya dia tidak suka mushaf dihiasi atauditulis dengan emas, dan dijadikan tanda yang ditulis pada kepala-kepala orang atau diperkecil. Al Qurthubi (Muh. Ibrahim-Mahmud Hamid)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
