Kalam
Beranda » Berita » ‘Izzah: Mahkota Tak Kasat Mata dan Seni Menjaga Kehormatan Diri dalam Islam

‘Izzah: Mahkota Tak Kasat Mata dan Seni Menjaga Kehormatan Diri dalam Islam

Perbedaan Hibah, Hadiah dan Sedekah

‘Izzah: Mahkota Tak Kasat Mata dan Seni Menjaga Kehormatan Diri dalam Islam

SURAU.CO – Di tengah lautan penilaian manusia yang seringkali dangkal, ada sebuah permata yang Allah tanamkan dalam diri setiap insan. Permata itu bernama kehormatan diri atau ‘izzah. Ia bukanlah kesombongan. Sebaliknya, ia adalah sebuah mahkota tak kasat mata yang melambangkan harga diri, integritas, dan martabat seorang hamba. Dalam ajaran Islam yang komprehensif, menjaga kehormatan diri bukan sekadar upaya menjaga citra baik di hadapan sesama. Lebih dalam dari itu, ia merupakan manifestasi kesadaran bahwa setiap jiwa adalah ciptaan Allah yang teramat mulia.

Fondasi Kemuliaan Manusia dalam Al-Qur’an

Untuk memahami betapa fundamentalnya konsep ini, kita perlu merenungi firman Allah SWT. Allah sendiri yang mendeklarasikan status istimewa manusia di antara makhluk-makhluk lainnya. Dia berfirman:

“Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak cucu Adam…” (QS. Al-Isra’: 70)

Ayat ini bukanlah sekadar kalimat pujian. Ia adalah sebuah pernyataan ilahiah yang menjadi dasar bagi seluruh kehormatan kita. Allah, Sang Pencipta, telah memuliakan kita sejak awal. Oleh karena itu, tugas kita bukanlah mencari kemuliaan dari nol. Tugas kita adalah menjaga dan merawat kemuliaan yang telah dianugerahkan itu. Islam, dengan segala aturannya, hadir sebagai panduan untuk merawat anugerah ini. Syariat mengatur adab berpakaian, etika bergaul, hingga melarang keras segala perilaku yang dapat merendahkan martabat manusia, seperti zina, ghibah (menggunjing), dan fitnah.

Mengapa Menjaga ‘Izzah Adalah Sebuah Keharusan?

Pentingnya menjaga kehormatan diri dapat kitaurai lebih jauh ke dalam beberapa aspek krusial yang membentuk kepribadian seorang Muslim sejati.

Manajemen Waktu: Refleksi Mendalam Bab Bersegera dalam Kebaikan

1. Cerminan Puncak Akhlak Mulia

Pertama-tama, seseorang yang gigih menjaga kehormatannya secara otomatis akan menampilkan akhlak yang terpuji. Ia akan sangat berhati-hati dalam menjaga lisan, perbuatan, dan pergaulannya. Ia tidak akan mudah terseret ke dalam percakapan yang sia-sia atau lingkungan yang hina. Mengapa? Karena ia sadar betul bahwa dirinya terlalu berharga di hadapan Allah untuk dikotori oleh hal-hal rendahan. Kesadaran inilah yang menjadi benteng internal terkuatnya.

2. Perisai Kokoh dari Dosa-Dosa Besar

Selanjutnya, kita menemukan korelasi kuat antara hilangnya kehormatan diri dengan terjerumusnya seseorang ke dalam dosa besar. Banyak kemaksiatan bermula dari menipisnya rasa malu. Ketika rasa malu pudar, kehormatan diri pun ikut terkikis. Akibatnya, perbuatan seperti membuka aurat di depan umum, menjalin hubungan bebas tanpa ikatan sah, hingga puncak perzinahan menjadi terasa ringan. Rasulullah ﷺ pernah mengingatkan bahwa rasa malu adalah cabang dari keimanan. Seseorang yang memiliki ‘izzah akan menjadikan rasa malu sebagai radar untuk menjauhi zona bahaya dosa.

3. Menjadi Suluh dan Teladan di Tengah Masyarakat

Orang yang kehormatannya terjaga akan memancarkan wibawa alami. Ia dihormati bukan karena kekayaan atau jabatan yang sementara. Sebaliknya, ia disegani karena integritas dan martabat yang melekat pada dirinya. Sosok seperti ini, tanpa banyak bicara, telah menjadi teladan hidup. Bagi keluarganya, ia adalah panutan, di lingkungannya, ia adalah sumber inspirasi. Lalu, di masyarakat luas, ia adalah bukti bahwa kemuliaan sejati lahir dari karakter, bukan dari materi.

4. Investasi untuk Menghindari Penyesalan Abadi

Sebagai penulis, saya sering merenung tentang penyesalan. Betapa banyak air mata yang tumpah karena kehormatan yang telah ternoda. Perbuatan hina yang dilakukan dalam sekejap seringkali meninggalkan luka dan penyesalan yang membekas seumur hidup. Oleh karena itu, menjaga kehormatan diri adalah sebuah investasi jangka panjang. Ia adalah cara kita melindungi masa depan kita dari bayang-bayang kelam masa lalu. Investasi ini tidak hanya berbuah ketenangan di dunia, tetapi juga keselamatan di akhirat.

Langkah Praktis Menuju Pribadi yang Bermartabat

Tentu, menjaga kehormatan bukanlah sekadar konsep teoretis. Ia menuntut tindakan nyata dan konsisten dalam keseharian. Berikut adalah beberapa langkah praktis yang diajarkan Islam.

Membangun Etos Kerja Muslim yang Unggul Berdasarkan Kitab Riyadus Shalihin

  • Membalut Diri dengan Pakaian Takwa
    Menutup aurat sesuai syariat adalah langkah pertama dan paling terlihat. Ini bukan sekadar kain yang menutupi tubuh. Lebih dari itu, ia adalah pernyataan identitas, deklarasi bahwa diri ini berharga dan tidak untuk dinikmati oleh sembarang pandangan.

  • Mengunci Lisan dari Perkataan Sia-sia
    Lisan adalah cerminan hati. Oleh karena itu, jagalah ia dari perkataan kotor, dusta, adu domba, dan ghibah. Lisan yang terjaga adalah tanda dari jiwa yang terhormat.

  • Membangun Batasan yang Jelas dalam Pergaulan
    Islam melarang khalwat, yaitu berdua-duaan dengan lawan jenis yang bukan mahram. Ini adalah tindakan preventif yang sangat bijaksana. Dengan menjaga batasan interaksi, kita menutup celah bagi setan untuk membisikkan godaan.

  • Menjauhi Lingkaran Pergaulan Bebas
    Lingkungan memiliki pengaruh yang sangat besar. Untuk menjaga kehormatan, kita harus selektif dalam memilih teman. Bergaulah dengan orang-orang saleh yang juga berjuang menjaga dirinya. Mereka akan menjadi pengingat dan penguat di saat kita lemah.

  • Menjaga Pandangan dan Pikiran
    Di era digital ini, menjaga pandangan tidak hanya di dunia nyata. Ia juga berarti menjaga mata dan pikiran dari konten-konten yang merusak moral di internet. Apa yang kita konsumsi secara visual akan sangat memengaruhi kebersihan hati kita.

    Frugal Living Ala Nabi: Menemukan Kebahagiaan Lewat Pintu Qanaah

Lalu, Bagimana Seharusnya Kita?

Pada hakikatnya, menjaga kehormatan diri adalah ekspresi syukur tertinggi atas nikmat kemuliaan yang Allah anugerahkan. Ia adalah benteng yang melindungi kita dari jurang maksiat. Ia adalah kompas yang menjaga kita dari kerendahan. Serta, ia adalah jalan yang menuntun kita menuju kehidupan yang bermartabat dan penuh dengan keridaan Allah.

Di zaman yang dipenuhi fitnah dan godaan yang datang dari segala arah ini, mempertahankan ‘izzah bukan lagi sekadar kewajiban. Ia telah menjadi sebuah kebutuhan mendesak untuk bertahan. Sebab, hanya dengan kehormatan diri yang kokoh, seorang hamba mampu tetap berdiri tegak dengan kepala terangkat di hadapan dunia, sembari menunduk patuh di hadapan Rabb-nya.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement