Dalam khazanah keilmuan Islam, khususnya dalam disiplin ilmu Tajwid, terdapat banyak karya monumental yang menjadi rujukan utama bagi para pelajar Al-Qur’an dari generasi ke generasi. Salah satu karya yang paling populer, ringkas, dan mendasar adalah Tuhfatul Athfal wal Ghilman fi Tajwidil Qur’an (تحفة الأطفال والغلمان في تجويد القرآن), atau yang lebih dikenal sebagai Matan Tuhfatul Athfal.
Secara harfiah, judul kitab ini dapat diterjemahkan sebagai “Hadiah Terbaik untuk Anak-Anak dan Remaja dalam Mempelajari Tajwid Al-Qur’an”. Sesuai dengan namanya, kitab ini memang dirancang sebagai panduan awal yang mudah diakses bagi para pemula, terutama anak-anak, yang ingin memahami kaidah-kaidah dasar membaca Al-Qur’an dengan benar dan indah. Meskipun ditujukan untuk pemula, kedalaman dan kepadatan isinya menjadikannya fondasi yang tak terpisahkan bahkan bagi para ahli Al-Qur’an sekalipun.
Struktur dan Format Kitab
Tuhfatul Athfal bukanlah kitab prosa yang panjang dan bertele-tele. Keistimewaannya justru terletak pada formatnya yang unik, yaitu berupa nazham atau syair. Kitab ini terdiri dari 61 bait syair yang ditulis dalam bahr (metrum) Ar-Rajaz. Penggunaan format syair ini adalah sebuah kecerdasan pedagogis dari sang penulis. Syair, dengan rima dan irama yang teratur, membuatnya lebih mudah untuk dihafal, diingat, dan diajarkan. Banyak santri di berbagai belahan dunia menghafalkan matan ini di luar kepala sebelum mereka mendalami syarah (penjelasan) atau kitab-kitab tajwid yang lebih lanjut. Irama yang indah saat dilantunkan juga memberikan semangat dan kecintaan tersendiri dalam proses belajar.
Sang Penulis: Syaikh Sulaiman Al-Jamzury
Penulis mahakarya ini adalah Syaikh Sulaiman bin Muhammad Al-Jamzury, seorang ulama besar dari Mesir yang hidup pada abad ke-12 Hijriyah (sekitar abad ke-18 Masehi). Beliau lahir di desa Jamzur, dekat kota Thanta, Mesir. Nasabnya bersambung hingga ke Ali bin Abi Thalib dari jalur Husein, sehingga beliau juga dikenal dengan gelar Al-Husaini.
Syaikh Al-Jamzury merupakan murid dari seorang ulama qira’at terkemuka pada masanya, yaitu Syaikh Nuruddin Al-Mihi. Dari gurunya inilah beliau mendalami ilmu Tajwid dan Qira’at hingga menjadi seorang ahli. Kitab Tuhfatul Athfal ini ia tulis sebagai bentuk kontribusi dan dedikasinya untuk memudahkan umat Islam dalam mempelajari cara membaca kitab suci mereka. Kerendahan hati dan keikhlasan beliau tergambar jelas dalam bait-bait penutup kitabnya, di mana beliau memohon kepada Allah agar karyanya ini bermanfaat bagi para pelajar dan menjadi amal jariyah baginya.
Isi dan Kandungan Kitab
Meskipun ringkas, Tuhfatul Athfal mencakup bab-bab paling fundamental dalam ilmu Tajwid. Secara garis besar, isi kitab ini dapat dibagi menjadi beberapa pembahasan utama:
- Muqaddimah (Pembukaan): Terdiri dari 4 bait pertama, berisi puji-pujian kepada Allah, shalawat kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarganya, serta pengenalan nama penulis dan judul kitab. Syaikh Al-Jamzury juga menyebutkan nama gurunya, Syaikh Al-Mihi, sebagai bentuk penghormatan.
- Hukum Nun Sukun dan Tanwin (أحكام النون الساكنة والتنوين): Ini adalah bab inti yang pertama dan paling luas pembahasannya (Bait 5-19). Syaikh Al-Jamzury menjelaskan empat hukum yang berlaku ketika Nun Sukun (نْ) atau Tanwin (ـًـــٍـــٌ) bertemu dengan huruf-huruf hijaiyah. Keempat hukum tersebut adalah:
- Izhar Halqi (الإظهار الحلقي): Dibaca jelas tanpa dengung ketika bertemu 6 huruf tenggorokan (ء ه ع ح غ خ).
- Idgham (الإدغام): Meleburkan suara Nun Sukun/Tanwin ke huruf berikutnya. Idgham terbagi dua: Idgham bi Ghunnah (dengan dengung) jika bertemu huruf ي ن م و, dan Idgham bila Ghunnah (tanpa dengung) jika bertemu huruf ل ر.
- Iqlab (الإقلاب): Mengubah suara Nun Sukun/Tanwin menjadi suara Mim (م) disertai dengung, jika bertemu dengan huruf Ba (ب).
- Ikhfa’ Haqiqi (الإخفاء الحقيقي): Menyamarkan suara Nun Sukun/Tanwin antara Izhar dan Idgham, disertai dengung, jika bertemu dengan 15 huruf sisa.
- Hukum Mim dan Nun yang Bertasydid (حكم الميم والنون المشددتين): Dalam satu bait singkat (Bait 20), beliau menjelaskan bahwa setiap huruf Mim (مّ) dan Nun (نّ) yang bertasydid wajib dibaca dengan ghunnah (dengung) yang dipanjangkan.
- Hukum Mim Sukun (أحكام الميم الساكنة): (Bait 21-25). Bab ini menguraikan tiga hukum yang berlaku ketika Mim Sukun (مْ) bertemu huruf hijaiyah:
- Ikhfa’ Syafawi (الإخفاء الشفوي): Dibaca samar disertai dengung ketika bertemu huruf Ba (ب).
- Idgham Mitslain Shaghir (إدغام مثلين صغير): Dileburkan dengan dengung ketika bertemu huruf Mim (م).
- Izhar Syafawi (الإظهار الشفوي): Dibaca jelas tanpa dengung ketika bertemu dengan sisa huruf hijaiyah lainnya.
- Hukum Lam Al (Definite Article) dan Lam Fi’il (فعل): (Bait 26-29). Dijelaskan dua kondisi untuk Lam Ta’rif (ال):
- Lam Qamariyah: Dibaca jelas (Izhar) jika bertemu 14 huruf yang terangkum dalam kalimat “ابْغِ حَجَّكَ وَخَفْ عَقِيْمَهُ”.
- Lam Syamsiyah: Dileburkan (Idgham) ke huruf setelahnya jika bertemu dengan 14 huruf sisa.
- Hukum Mitslain, Mutaqaribain, dan Mutajanisain: (Bait 30-33). Ini adalah pembahasan tentang hubungan antara dua huruf yang berdekatan dalam makhraj dan sifat.
- Mitslain (المثلين): Dua huruf yang sama persis makhraj dan sifatnya (misal: ب bertemu ب).
- Mutaqaribain (المتقاربين): Dua huruf yang makhraj dan/atau sifatnya berdekatan (misal: ق bertemu ك).
- Mutajanisain (المتجانسين): Dua huruf yang makhrajnya sama namun sifatnya berbeda (misal: ت bertemu ط).
- Pembagian Mad (أقسام المد): (Bait 34-50). Ini adalah bab terpanjang kedua setelah Nun Sukun. Syaikh Al-Jamzury membagi Mad menjadi dua kategori besar:
- Mad Asli (الأصلي) atau Mad Thabi’i (الطبيعي): Mad dasar yang panjangnya 2 harakat.
- Mad Far’i (الفرعي): Mad cabang yang terjadi karena adanya sebab, yaitu Hamzah (ء) atau Sukun (ْ). Beliau merinci berbagai jenis Mad Far’i seperti Mad Wajib Muttashil, Mad Ja’iz Munfashil, Mad ‘Aridh lis Sukun, Mad Badal, dan yang terpenting, Mad Lazim dengan segala pembagiannya (Kalimi/Harfi, Mukhaffaf/Mutsaqqal).
- Khatimah (Penutup): (Bait 51-61). Bait-bait terakhir ini berisi penutup, di mana Syaikh Al-Jamzury merangkum jumlah bait, memberikan nama pada nazham-nya (“Tuhfatul Athfal”), dan memanjatkan doa yang tulus kepada Allah agar karyanya ini diterima, bermanfaat luas, dan menjadi pemberat timbangan kebaikannya di akhirat.
Signifikansi dan Pengaruh Tuhfatul Athfal
Popularitas Tuhfatul Athfal tidak terjadi tanpa sebab. Kitab ini menjadi “kurikulum wajib” di banyak lembaga pendidikan Al-Qur’an, dari pondok pesantren tradisional hingga lembaga tahfizh modern. Beberapa faktor yang menyebabkannya begitu berpengaruh adalah:
- Sistematis dan Ringkas: Materi disajikan secara terstruktur, dari yang paling sering ditemui (Nun Sukun) hingga pembahasan Mad, dalam untaian syair yang padat.
- Fokus pada Kaidah Praktis: Kitab ini tidak bertele-tele dengan teori linguistik yang rumit, melainkan langsung pada aturan praktis cara membaca yang bisa segera diaplikasikan.
- Mudah Dihafal: Format nazham adalah kunci utamanya. Menghafal matan ini membantu pelajar menginternalisasi kaidah-kaidah tajwid secara permanen.
- Fondasi yang Kuat: Menguasai Tuhfatul Athfal memberikan landasan yang sangat kokoh untuk melangkah ke jenjang ilmu tajwid berikutnya, seperti mempelajari Matan Al-Jazariyyah yang lebih kompleks dan detail.
Sebagai kesimpulan, Tuhfatul Athfal lebih dari sekadar buku. Ia adalah sebuah “hadiah” abadi dari seorang ulama yang ikhlas. Melalui 61 bait syairnya yang indah, Syaikh Sulaiman Al-Jamzury telah membuka gerbang pemahaman ilmu Tajwid bagi jutaan Muslim di seluruh dunia, memastikan bahwa Kalamullah terus dibaca dengan cara yang paling benar dan paling indah, persis seperti saat diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
