SURAU.CO – Syekh Muhammad Jamil Jambek adalah seorang ulama besar dari Bukittinggi. Ia lahir pada 2 Februari 1862.Sosoknya terkenal sebagai ahli ilmu falak atau astronomi. Ia berasal dari keluarga terpandang. Ayahnya, Muhammad Saleh Datuk Maliko, merupakan seorang tokoh adat di Kurai, Bukittinggi.Ibunya sendiri memiliki darah keturunan Betawi. Nama “Jambek” merupakan julukan yang melekat padanya. Dalam bahasa Minang, “jambek” berarti jambang, merujuk pada kebiasaannya memelihara janggut dan jambangnya.
Masa Muda yang Bergelora dan Titik Balik Keinsafan
Masa remaja Syekh Muhammad Jamil Jambek penuh dengan petualangan. Pergaulan pada masanya membentuknya menjadi pribadi yang sedikit nakal. Ia dikenal sangat mahir dalam seni bela diri pencak silat. Pertemanannya pun luas hingga ke kalangan para preman yang disegani. Kehidupan remajanya yang bergejolak berubah total karena sebuah peristiwa tak terduga.
Suatu hari, ia tersesat dan tak sengaja tiba di surau milik Angko Kayo di Mandiangin. Surau di Minangkabau merupakan pusat kegiatan belajar agama Islam. Di sanalah ia mendapatkan nasihat yang menyentuh hatinya. Nasihat tersebut membangkitkan kesadaran dalam dirinya. Ia pun bertaubat dan memilih jalan baru. Syekh Muhammad Jamil Jambek memutuskan untuk menetap dan belajar di surau tersebut. Ia mendalami berbagai ilmu agama, seperti fikih, tauhid, dan bahasa Arab.
Perjalanan Intelektual ke Makkah dan Penguasaan Ilmu Falak
Setelah mantap di jalan ilmu, ia berangkat ke Tanah Suci untuk menunaikan haji bersama ayahnya. Namun, takdir berkata lain. Sang ayah wafat dalam perjalanan. Ia pun melanjutkan perjalanannya ke Makkah seorang diri. Peristiwa ini tidak mematahkan semangatnya untuk menuntut ilmu.
Selama tujuh tahun di Makkah, ia berguru kepada banyak ulama besar asal Nusantara. Beberapa di antaranya adalah Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, Tuangku Khatib Kumango, dan Syekh Taher Jalaluddin. Ia menunjukkan kecerdasan luar biasa, terutama dalam ilmu falak (astronomi).Keahliannya ini membuatnya mendapatkan gelar kehormatan “al-Falaky“. Banyak ulama lain kemudian belajar ilmu falak darinya, termasuk Syekh Ibrahim Musa Parabek dan Abbas Abdullah. Selain itu, ia juga menguasai beberapa bahasa asing, seperti bahasa Arab, Pakistan (Urdu), Jerman, dan India.
Inovasi Dakwah: Metode Tabligh yang Interaktif
Pada tahun 1903, Syekh Muhammad Jamil Jambek kembali ke Tanah Air. Ia membawa angin segar dalam metode dakwah di Minangkabau.Pada masa itu, ulama umumnya mengajar dengan sistem halaqah, yaitu murid duduk melingkar mengelilingi guru. Ia justru memperkenalkan metode tabligh atau pidato di hadapan khalayak ramai.
Metode dakwahnya bukan sekadar ceramah satu arah. Ia membuka ruang untuk diskusi dan tanya jawab.Hal ini membuat pengajiannya menjadi lebih hidup dan menarik. Ia juga sangat menekankan pentingnya menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh pendengar.Ia mengganti pembacaan riwayat Nabi dalam bahasa Arab dengan cerita dalam bahasa Melayu agar pesannya sampai ke semua lapisan masyarakat.
Warisan dalam Pendidikan dan Perjuangan Kebangsaan
Dedikasi Syekh Muhammad Jamil Jambek tidak hanya dalam dakwah. Ia juga mendirikan beberapa surau sebagai pusat pendidikan di Tengah Sawah dan Kamang. Surau-surau ini menarik banyak murid. Salah satu muridnya yang paling terkenal adalah Mohammad Hatta, proklamator dan wakil presiden pertama Indonesia.
Kontribusinya di bidang pendidikan semakin kokoh saat ia turut mendirikan Persatuan Guru-Guru Agama Islam (PGAI) pada tahun 1921. Ia mendirikannya bersama para ulama pembaharu lain, seperti H. Abdullah Ahmad dan Syekh Abdul Karim Amrullah.
Jiwa nasionalismenya juga sangat tinggi. Ia ikut serta dalam pembentukan Organisasi Persatuan Kebangsaan Minangkabau pada tahun 1929. Saat penjajahan Jepang, ia mendirikan laskar Sabilillah untuk melawan tindakan sewenang-wenang. Bahkan setelah kemerdekaan, ia terus berjuang dan diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung oleh Presiden Soekarno.
Syekh Muhammad Jamil Jambek wafat pada 30 Desember 1947. Warisannya sebagai ulama, pendidik, dan pejuang terus hidup dan menginspirasi generasi berikutnya.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
