SURAU.CO – Akhir-akhir ini, istilah “Aura Farming” menjadi viral di berbagai platform media sosial. Istilah ini ramai diperbincangkan karena muncul dalam konteks hiburan anak-anak, terutama setelah viralnya tarian Pacu Jalur dari Riau. Namun jika ditelaah lebih dalam, “Aura Farming” bukan sekadar soal gaya atau sorotan kamera. Seorang muslim sejati telah diajarkan oleh Rasulullah ﷺ untuk memancarkan aura bukan dari tampilan luar, tetapi dari kedalaman akhlak, keikhlasan niat, dan adab yang terjaga.
Aura Sejati: Wibawa yang Lahir dari Adab
Seorang muslim yang benar-benar memahami ajaran Rasulullah ﷺ tidak akan sibuk menata penampilan demi menarik perhatian manusia. Ia justru sibuk memperindah dirinya dengan akhlak mulia. Rasulullah ﷺ telah mencontohkan bagaimana seorang insan bisa menjadi magnet kebaikan tanpa perlu pencitraan. Wajahnya bersinar bukan karena riasan, tetapi karena kebeningan hati dan kejernihan amal.
Allah ﷻ berfirman:
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا
“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati.” (QS. Al-Furqan : 63)
Rendah hati bukan kelemahan, justru itulah ciri kemuliaan. Rasulullah ﷺ berjalan dengan penuh wibawa. Tidak congkak, tidak pula lemah. Beliau tidak menunduk karena takut, dan tidak mendongak karena angkuh. Dalam setiap langkahnya, terpancar keyakinan, semangat, dan keadaban yang luhur.
Rasulullah ﷺ : Teladan “Aura Bertani” Sejati
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Tidak pernah aku melihat orang yang lebih tampan selain Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Matahari bersinar di wajahnya. Dan aku tidak pernah melihat orang yang lebih cepat dalam berjalan selain Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Seakan-akan bumi dilipat bagi beliau, bahkan kami harus bersungguh-sungguh (jika berjalan bersama beliau) dan beliau bukan orang yang cuek.”
(HR. Tirmidzi )
Dalam hadits ini, kita menyaksikan bahwa kecepatan langkah Rasulullah ﷺ mencerminkan semangat dan kesungguhan. Namun, di balik semangat itu tetap terjaga kelembutan dan kepekaan. Beliau tidak pernah acuh tak acuh. Itulah aura seorang pemimpin: semangat, wibawa, tapi tetap manusiawi.
Langkah Kecil Menuju Keteladanan
Meneladani Rasulullah ﷺ bisa dimulai dari hal-hal sederhana. Cara kita berjalan mewakili siapa diri kita. Apakah kita sombong, malas, atau bersemangat? Begitu pula cara kita berbicara, menatap orang lain, atau memperlakukan sesama. Semua menjadi cerminan dari dalam diri.
Aura seorang muslim tidak terbentuk oleh sorotan kamera atau pujian manusia. Ia lahir dari hubungan yang kuat dengan Allah, dan kesadaran untuk selalu menebar kebaikan kepada makhluk. Seperti Rasulullah ﷺ, mari kita melatih diri untuk memancarkan kebaikan dalam diam, dan menginspirasi dalam tindak.
Cahaya Sunnah dalam Setiap Langkah
Saat ini, dunia membutuhkan lebih banyak orang yang memancarkan aura dari nilai, bukan dari gaya. Mereka yang melangkah dengan hati yang bersih, tujuan yang mulia, dan adab yang luhur. Itulah “Aura Farming” versi seorang muslim: bukan sekedar tampil menarik, namun menebar keberkahan dari dalam diri.
Mari kita hidupkan sunnah Rasulullah ﷺ, bukan hanya dalam ibadah, tetapi dalam cara berjalan, berbicara, bekerja, dan bersantai. Karena setiap langkah seorang muslim bisa menjadi cahaya bagi dunia—jika ia melangkah dengan adab, iman, dan cinta kepada Rasulullah ﷺ.
Semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang memancarkan cahaya sunnah dalam kesekharian. Cahaya yang tidak redup oleh dunia, dan terus bersinar hingga mencapai jalan menuju surga.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
