Mengakar pada Tauhid: Membangun Fondasi Parenting Islami dengan Al-Qur’an
SURAU.CO – Di era modern yang serba terhubung ini, para orang tua dihadapkan pada lautan informasi. Banyak dari kita berjuang mencari metode pengasuhan anak yang paling efektif. Akibatnya, kita sering kali menengok pada berbagai sumber. Mulai dari teori psikologi Barat, buku-buku pengembangan diri populer, hingga konten viral di media sosial. Akan tetapi, sering kali kita lupa bahwa umat Islam telah dianugerahi sebuah panduan yang sempurna. Panduan ini telah teruji oleh waktu selama lebih dari 14 abad. Panduan tersebut adalah Al-Qur’an, yang seluruh ajarannya berpusat pada landasan kokoh, yaitu tauhid atau keesaan Allah SWT.
Sebagai seorang calon orang tua yang hidup di zaman digital, saya sering merenung. Betapa mudahnya kita terjebak dalam perlombaan duniawi dalam membesarkan anak. Kita khawatir jika anak kita tidak pandai matematika, tidak jago bahasa Inggris, atau tidak populer di sekolah. Namun, seberapa sering kita khawatir jika hati anak kita kosong dari pengenalan terhadap Allah? Ayat di atas menampar kita dengan lembut. “Kezaliman yang besar” bukan hanya dosa kepada Allah, tetapi juga sebuah kezaliman kepada fitrah suci anak itu sendiri. Kita telah merampas haknya untuk mengenal Penciptanya yang Maha Pengasih.
Tauhid: Akar Tunggang dalam Pendidikan Anak
Tauhid sejatinya bukan sekadar sebuah konsep teologis yang dihafalkan. Sebaliknya, ia adalah fondasi utama bagi seluruh aspek kehidupan seorang Muslim. Ia menjadi dasar moral dan sumber kekuatan spiritual. Dalam konteks parenting, menanamkan tauhid sejak dini berarti membimbing anak untuk mengenal Rabb-nya. Selanjutnya, anak diajarkan untuk mencintai Allah, merasa diawasi oleh-Nya, dan hanya menggantungkan harapan kepada-Nya. Anak perlu memahami sejak usia belia bahwa segala sesuatu di alam semesta ini berasal dari Allah. Dan pada akhirnya, semua akan kembali kepada-Nya.
Pelajaran paling mendasar ini terabadikan dengan indah dalam nasihat Luqman Al-Hakim kepada putranya. Allah SWT mengisahkannya di dalam Al-Qur’an:
“Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
(QS. Luqman: 13)
Ayat mulia ini memberikan pesan yang sangat jelas. Pendidikan tauhid adalah prioritas pertama dan utama dalam mendidik generasi penerus. Sebelum mengajarkan materi duniawi lainnya, pastikan benih tauhid telah tertanam kuat di dalam jiwa mereka.
Al-Qur’an sebagai Buku Panduan Praktis Parenting
Al-Qur’an bukan hanya berisi perintah dan larangan. Ia adalah manual kehidupan yang sangat komprehensif. Kitab suci ini memberikan banyak arahan praktis dalam pengasuhan anak.
1. Menjadi Teladan Terbaik (Uswah Hasanah)
Anak adalah peniru yang sangat ulung. Mereka belajar lebih banyak dari apa yang mereka lihat, bukan dari apa yang mereka dengar. Oleh karena itu, orang tua adalah figur sentral bagi anak. Al-Qur’an mengabadikan kisah Nabi Ibrahim AS sebagai contoh keteladanan paripurna dalam ibadah dan akhlak. Tindakan nyata orang tua dalam shalat, kejujuran, dan kesabaran akan terekam jauh lebih kuat daripada ribuan kata nasihat.
2. Menanamkan Benih Akhlak Mulia
Setiap halaman Al-Qur’an dipenuhi dengan ajaran luhur mengenai akhlak. Di dalamnya terdapat perintah untuk berlaku jujur, anjuran untuk bersabar, kewajiban menghormati orang tua, dan larangan bersikap sombong. Orang tua memiliki tugas penting untuk menerjemahkan nilai-nilai ini ke dalam interaksi sehari-hari. Dengan demikian, akhlak mulia akan tumbuh secara alami sebagai buah dari akidah yang benar.
3. Mengajarkan Ibadah Sejak Usia Dini
Pendidikan ibadah harus dimulai sejak kecil agar menjadi sebuah kebiasaan. Kebiasaan ini akan membentuk karakter dan menjadi bagian dari identitas anak hingga dewasa. Dalam lanjutan nasihatnya, Luqman berkata kepada putranya:
“Wahai anakku, dirikanlah shalat…”
(QS. Luqman: 17)
Perintah ini menunjukkan betapa krusialnya membiasakan anak untuk mendirikan shalat dan ibadah lainnya. Tujuannya agar mereka merasakan manisnya beribadah, bukan menganggapnya sebagai beban.
4. Komunikasi dan Nasihat yang Penuh Kelembutan
Gaya komunikasi Al-Qur’an sangatlah indah. Ia mengajarkan orang tua untuk berdialog dengan anak, bukan memerintah secara otoriter. Perhatikan panggilan sayang yang digunakan Luqman: “Wahai anakku” (Yaa Bunayya). Panggilan ini menunjukkan kedekatan, kasih sayang, dan kelembutan. Nasihat yang disampaikan dengan cara ini akan lebih mudah meresap ke dalam hati anak.
Dampak Positif Jangka Panjang dari Parenting Berbasis Tauhid
Mendidik anak dengan berpegang teguh pada Al-Qur’an dan tauhid akan menghasilkan dampak yang luar biasa. Metode ini akan melahirkan generasi masa depan yang memiliki ciri-ciri unggul, di antaranya:
-
Memiliki akidah yang kuat sehingga tidak mudah goyah oleh berbagai ideologi dan tantangan zaman.
-
Mandiri secara spiritual dan emosional karena mereka tahu kepada siapa harus bersandar saat menghadapi kesulitan.
-
Berakhlak mulia dan memiliki kesadaran tinggi akan tanggung jawabnya sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi.
-
Menjadi pribadi yang tangguh dalam menghadapi ujian hidup, karena mereka yakin bahwa Allah SWT adalah sandaran yang paling kokoh.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
