SURAU.CO – Hari Raya, baik Idul Fitri maupun Idul Adha, selalu tiba dengan membawa aura kebahagiaan yang khas. Ia adalah momen puncak spiritual yang sangat dinantikan oleh seluruh umat Islam di dunia. Setelah sebulan penuh berpuasa atau merayakan pengorbanan Nabi Ibrahim AS, Hari Raya menjadi hari kemenangan. Namun demikian, kemeriahannya tidak hanya sebatas gema takbir dan hidangan lezat. Jauh di dalam esensinya, Hari Raya adalah sebuah momentum agung untuk mempererat kembali jalinan kasih sayang. Salah satu tradisi paling mulia yang menjadi jantung dari perayaan ini adalah praktik saling berkunjung antar keluarga, tetangga, dan sahabat.
Menghidupkan Tradisi Silaturahmi Hari Raya: Lebih dari Sekadar Kunjungan, Sebuah Ibadah Penuh Berkah
Di era digital saat ini, tantangan untuk menjaga tradisi ini semakin besar. Ucapan selamat Hari Raya kini bisa dikirim dengan sekali klik melalui aplikasi pesan. Sebuah broadcast message bisa menjangkau ratusan orang dalam hitungan detik. Praktis, memang. Namun, kita harus jujur pada diri sendiri. Apakah kemudahan teknologi ini secara perlahan menggerus esensi sejati dari silaturahmi?
Sebuah pesan digital, secantik apapun desainnya, tidak akan pernah bisa menggantikan hangatnya sebuah jabat tangan. Emoji pelukan tidak akan pernah sebanding dengan dekapan tulus seorang sahabat. Kemudahan ini, jika tidak kita sikapi dengan bijak, bisa membuat kita menjadi generasi yang “terhubung” tetapi tidak “bersatu”. Oleh karena itu, melangkahkan kaki keluar rumah untuk berkunjung bukan lagi sekadar pilihan, melainkan sebuah perjuangan untuk mempertahankan nilai kemanusiaan kita yang paling otentik.
Makna Mendalam Silaturahmi di Hari Kemenangan
Kata “silaturahmi” sendiri memiliki makna yang sangat dalam. Ia tersusun dari dua kata dalam bahasa Arab. Pertama adalah shilah, yang berarti menyambung atau menghubungkan. Kedua adalah rahim, yang berarti kasih sayang atau ikatan kekerabatan. Oleh karena itu, silaturahmi adalah upaya sadar untuk menyambung kembali tali kasih sayang. Dalam konteks Hari Raya, praktik ini menjadi lebih istimewa. Ia adalah manifestasi nyata dari hati yang kembali suci. Kunjungan ini menjadi sarana untuk saling memaafkan secara tulus, berbagi kebahagiaan, dan merekatkan kembali hubungan yang mungkin sempat merenggang akibat kesibukan duniawi.
Keutamaan dari amalan ini bahkan dijanjikan langsung oleh Rasulullah ﷺ dengan ganjaran yang luar biasa di dunia. Beliau bersabda:
“Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung tali silaturahmi.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini memberikan sebuah penegasan yang kuat. Silaturahmi bukanlah sekadar aktivitas sosial biasa. Ia adalah sebuah ibadah yang memiliki dampak langsung terhadap berkah dalam rezeki dan kualitas hidup seorang hamba. Rezeki yang luas tidak hanya berarti materi, tetapi juga ketenangan jiwa. Umur yang panjang pun bukan hanya soal kuantitas, melainkan kualitas hidup yang penuh makna.
Tujuan dan Manfaat Mulia di Balik Tradisi Saling Berkunjung
Tradisi saling mengunjungi saat Hari Raya menyimpan segudang manfaat yang melampaui sekadar pertemuan fisik. Setiap langkah yang diayunkan menuju rumah saudara kita mengandung tujuan yang mulia.
1. Menguatkan Fondasi Ukhuwah Islamiyah
Kunjungan di Hari Raya adalah cara paling efektif untuk memperkuat rasa persaudaraan sesama Muslim. Ia meruntuhkan dinding-dinding kesenjangan sosial. Di momen ini, atasan dan bawahan, orang kaya dan sederhana, bisa duduk bersama dalam suasana yang setara. Pertemuan ini mempererat kasih sayang dan menumbuhkan rasa saling memiliki sebagai satu komunitas yang solid.
2. Menjadi Wadah untuk Saling Memaafkan
Hari Raya adalah waktu terbaik untuk membersihkan hati. Permintaan maaf yang diucapkan melalui pesan singkat tentu baik. Akan tetapi, permintaan maaf yang disampaikan dengan bertatap muka, berjabat tangan, dan saling berpelukan memiliki kekuatan yang jauh lebih besar. Ia mampu menyembuhkan luka hati, menghapus kesalahpahaman, dan membuka lembaran baru yang benar-benar bersih.
3. Menumbuhkan Rasa Empati Sosial yang Nyata
Dengan saling mengunjungi, kita tidak hanya mendengar kabar, tetapi melihat langsung kondisi saudara kita. Kita bisa lebih memahami perjuangan yang mereka hadapi atau turut merasakan kebahagiaan yang mereka raih. Momen inilah yang sering kali menggerakkan hati kita untuk lebih peduli, berbagi rezeki, dan menawarkan bantuan secara tulus. Empati yang lahir dari interaksi langsung akan jauh lebih kuat.
4. Mewariskan Budaya Adab yang Luhur
Tradisi ini merupakan sarana pendidikan karakter yang sangat efektif bagi generasi muda. Anak-anak akan melihat secara langsung bagaimana orang tua mereka menghormati yang lebih tua. Mereka belajar bagaimana cara bertamu yang sopan. Mereka juga menyaksikan indahnya keakraban dalam keluarga besar. Inilah cara kita mewariskan nilai-nilai luhur tentang pentingnya menjaga hubungan sosial dan adab.
Adab dalam Saling Berkunjung Agar Penuh Berkah
Agar kunjungan silaturahmi kita benar-benar membawa manfaat dan tidak justru menimbulkan gangguan, ada beberapa adab yang perlu kita perhatikan.
-
Niatkan Sepenuhnya untuk Ibadah. Luruskan niat bahwa kunjungan ini adalah untuk menyambung silaturahmi karena Allah, bukan sekadar formalitas, pamer baju baru, atau ajang kompetisi.
-
Pilihlah Waktu yang Tepat. Hindari datang pada waktu yang tidak pantas, seperti terlalu pagi saat tuan rumah masih bersiap, atau terlalu larut malam saat mereka butuh istirahat.
-
Kenakan Pakaian yang Rapi dan Sopan. Berpakaian yang baik adalah bentuk penghormatan kita kepada tuan rumah dan suasana suci Hari Raya.
-
Pahami Situasi dan Kondisi. Jika tuan rumah terlihat sibuk atau sudah banyak tamu lain, sebaiknya jangan berlama-lama. Kunjungan yang singkat namun berkualitas lebih baik daripada yang lama tetapi merepotkan.
-
Jaga Lisan dari Perkataan yang Buruk. Gunakan momen ini untuk berbicara hal-hal yang baik. Hindari membicarakan aib orang lain (ghibah), mengeluh, atau memulai perdebatan yang bisa merusak suasana.
Saling berkunjung di Hari Raya bukanlah sekadar kebiasaan turun-temurun. Ia adalah bagian integral dari ajaran Islam yang menjanjikan kebaikan di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Di tengah derasnya arus kehidupan modern yang sering kali mendorong kita menjadi individualis, menjaga tradisi silaturahmi menjadi sebuah jangkar yang sangat penting. Ia memelihara kebersamaan, menyuburkan cinta kasih, dan mengokohkan pilar persaudaraan. Maka dari itu, mari kita terus menjaga dan melestarikan semangat mulia ini. Jadikan setiap langkah kita sebagai wujud nyata dari Islam yang membawa rahmat bagi semesta alam. Sebagaimana janji Rasulullah ﷺ:
“Tebarkan salam, sambunglah silaturahmi, dan kalian akan masuk surga dengan selamat.”
(HR. Tirmidzi)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
