Khazanah
Beranda » Berita » Dakwah Indah: Menyentuh Hati dengan Kelembutan dan Hikmah

Dakwah Indah: Menyentuh Hati dengan Kelembutan dan Hikmah

Dakwah Indah: Menyentuh Hati dengan Kelembutan dan Hikmah

Dakwah Indah: Menyentuh Hati dengan Kelembutan dan Hikmah.

 

Dakwah adalah panggilan mulia untuk menyeru manusia kembali kepada jalan Allah, mengingatkan tentang tujuan hidup, dan menuntun hati pada cahaya kebenaran. Dakwah yang indah bukan hanya tentang kata-kata yang fasih, tetapi juga kelembutan hati, keikhlasan niat, dan kesungguhan untuk membawa manfaat.

Dasar Dakwah: Hikmah dan Keteladanan

Allah ﷻ berfirman:

> “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.” (QS. An-Nahl: 125)

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Ayat ini menegaskan bahwa keindahan dakwah lahir dari hikmah (kebijaksanaan), mau’izah hasanah (nasihat yang lembut), dan debat yang santun. Tidak ada dakwah yang berhasil dengan kemarahan atau sikap kasar, karena hati manusia lebih mudah tersentuh oleh kelembutan.

Dakwah dengan Hati yang Bersih

Rasulullah ﷺ adalah teladan terbaik dalam menyampaikan dakwah. Beliau mengajak dengan penuh kasih sayang, bahkan kepada musuh-musuhnya. Sifat pemaaf dan ketulusan beliau membuat banyak hati yang keras luluh.

Beliau bersabda:
“Sampaikan dariku walau satu ayat.” (HR. Bukhari)
Ini menunjukkan bahwa dakwah tidak harus menunggu kita menjadi sempurna, cukup dengan ilmu yang kita tahu, disampaikan dengan niat yang lurus.

Ciri Dakwah yang Indah

Ikhlas karena Allah, bukan karena pujian manusia.

Bahasa yang menyejukkan, bukan menghakimi.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Menunjukkan keteladanan, karena akhlak mulia lebih kuat daripada ribuan kata.

Memberikan harapan, bukan sekadar menakut-nakuti.

Fokus pada kebaikan hati, bukan sekadar penampilan luar.

Dakwah dengan Cinta

Dakwah adalah bukti cinta kita pada sesama manusia. Mengingatkan saudara kita untuk shalat, mengajak pada kebaikan, menolong mereka dari kesesatan, semua itu lahir dari hati yang ingin melihat saudaranya selamat di dunia dan akhirat.

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tidaklah kamu beriman (sempurna) hingga kamu mencintai untuk saudaramu apa yang kamu cintai untuk dirimu sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Dakwah dalam Kehidupan Sehari-hari

Senyum yang tulus adalah dakwah. Rasulullah ﷺ bersabda: “Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah.” (HR. Tirmidzi)

Menolong orang lain dengan sabar adalah dakwah.

Memberikan contoh akhlak baik di lingkungan kerja, keluarga, dan masyarakat juga adalah dakwah.

Pesan Indah untuk Para Pendakwah

Jangan menilai keberhasilan dakwah dari banyaknya pengikut, tapi dari keikhlasan niat.

Jangan pula bosan mengingatkan kebaikan, karena kebaikan adalah cahaya yang tak pernah padam.

Jika dakwah kita ditolak, ingatlah Nabi Nuh ‘alaihis salam yang berdakwah 950 tahun tetapi hanya sedikit pengikutnya.

Penutup: Dakwah indah adalah dakwah yang lahir dari hati, dibungkus dengan kelembutan, dan diiringi doa. Tidak semua orang bisa menerima dakwah pada saat itu juga, tapi satu kata yang kita sampaikan bisa menjadi cahaya bagi mereka suatu saat nanti.

> “Barang siapa yang mengajak kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun.”
(HR. Muslim)

 


 

“Konsisten Dalam Kebaikan” (Refleksi fungsi jiwa yang terjaga)

 

A’udzubillahi minassyaithanirrajim.
(QS.16:98)

إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسۡتَقَٰمُواْ ‌تَتَنَزَّلُ ‌عَلَيۡهِمُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُواْ وَلَا تَحۡزَنُواْ وَأَبۡشِرُواْ بِٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِي كُنتُمۡ تُوعَدُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Rabb kami ialah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): ‘Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.’”
(QS. Fushshilat [41]: 30)

Kekuatan Istiqamah

Istiqamah atau konsistensi dalam kebaikan adalah kemuliaan yang besar dalam pandangan Allah. Seseorang yang mengucapkan, “Rabb kami adalah Allah,” lalu meneguhkan pendiriannya dengan keimanan, amal saleh, dan ketulusan hati, akan mendapatkan kabar gembira dari para malaikat. Mereka turun memberi rasa aman, ketenangan, serta janji surga.

Namun sebaliknya, siapa yang berpegang pada kebohongan, berbuat dosa dengan penuh kesadaran, dan konsisten dalam keburukan, maka ia akan didekati oleh syaithan agar terus berada dalam kesesatan. Hingga di akhir hidupnya, jalan neraka menjadi kepastian.

Peringatan Allah

Allah Ta’ala memperingatkan dalam firman-Nya:

هَلۡ أُنَبِّئُكُمۡ عَلَىٰ مَن تَنَزَّلُ ٱلشَّيَٰطِينُ (221) ‌تَنَزَّلُ ‌عَلَىٰ كُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ

“Apakah akan Aku beritakan kepadamu, kepada siapa syaitan-syaitan itu turun? Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa,”
(QS. As-Syu’ara’ [26]: 221-222)

Karena itu, tidak heran jika ada orang yang terbiasa berbohong, namun merasa tidak pernah berdusta. Itu semua karena syaithan selalu menggoda, membisikkan pembenaran pada keburukan, hingga manusia itu perlahan menjadi “syaitan dari jenis manusia”.

Kekuatan Jiwa yang Terkendali

Seorang ahli hikmah pernah berkata:

“Pengendalian itu adalah kekuatan, kejujuran adalah penguasaan, dan ketenangan adalah keberanian.”
(Irkif le Nifla)

Pengendalian diri, kejujuran hati, dan ketenangan batin adalah ciri fungsi jiwa yang terjaga. Inilah fondasi utama seorang khalifah di bumi: memimpin dirinya sendiri sebelum memimpin yang lain.

Allah mengisyaratkan dalam firman-Nya:

QS. Ali Imran [3]:134 – tentang orang yang menahan amarah, memaafkan, dan berbuat baik.

QS. Al-Ahqaf [46]:13 – tentang janji Allah bagi orang yang berkata “Rabb kami adalah Allah” dan istiqamah.

QS. Al-Fajr [89]:27-30 – tentang jiwa yang tenang (an-nafsul muthmainnah) yang dipanggil untuk kembali kepada Allah dengan ridha dan diridhai.

Maka, mari berjuang untuk selalu konsisten dalam kebaikan. Bukan sekadar karena orang lain, tetapi karena Allah yang Maha Melihat setiap niat dan amal kita. (Tengku Iskandar)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement