Pendidikan
Beranda » Berita » Puncak Kezaliman: Refleksi Kerusakan dan Kegagalan Fungsi Jiwa

Puncak Kezaliman: Refleksi Kerusakan dan Kegagalan Fungsi Jiwa

Puncak Kezaliman: Refleksi Kerusakan dan Kegagalan Fungsi Jiwa

Puncak Kezaliman: Refleksi Kerusakan dan Kegagalan Fungsi Jiwa.

A’udzubillahi minasy-syaithanir rajim.
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman; dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian saja.” (TQS. Al-Isra’ [17]: 82)

Ayat ini menginspirasi kita untuk memahami makna zalim dengan lebih mendalam. Zalim tidak hanya berarti berbuat aniaya kepada orang lain, tetapi juga melanggar hak-hak yang seharusnya dijaga. Puncak dari segala bentuk kezaliman adalah melanggar hak-hak Allah SWT. Inilah kezaliman terbesar yang merusak fungsi jiwa: syirik atau mempersekutukan Allah SWT.

Kezaliman Terbesar adalah Syirik

Allah SWT mengingatkan kita melalui nasihat Luqman kepada anaknya:

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang paling besar.” (TQS. Luqman [31]: 13)

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Hancurnya peradaban manusia dimulai ketika jiwa tidak lagi mengenal Tuhannya. Orang yang mengakui adanya Tuhan selain Allah SWT, meyakini adanya kekuatan lain setara dengan-Nya, atau mencampurkan tauhid dengan kesyirikan, maka ia telah kehilangan perlindungan, bimbingan, dan cahaya iman dari Allah SWT.

Sebaliknya, mereka yang memurnikan keimanannya akan mendapatkan keamanan, penjagaan, dan petunjuk. Allah SWT berfirman:

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan keimanan mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (TQS. Al-An’am [6]: 82)

Al-Qur’an sebagai Penawar dan Cahaya Tauhid

Al-Qur’an adalah mu’jizat terbesar Rasulullah SAW dan menjadi jalan untuk mengenal Allah SWT. Dengan Al-Qur’an, kita dituntun untuk mengenal nama-nama-Nya (Asmaul Husna), sifat-sifat-Nya, dan perbuatan-perbuatan-Nya yang sempurna. Semua ini bertujuan untuk membangun struktur berfikir rasional dengan logika iman yang kokoh.

Dalil mengenai keesaan Allah SWT dapat kita temukan dalam banyak ayat, di antaranya: (QS. Al-Baqarah [2]: 163) (QS. Thaha [20]: 14) (QS. Al-Hasyr [59]: 22-24) (QS. Al-Mulk [67]: 1-5) (QS. Al-Ikhlas [112]: 1-4)

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Menghapus Kezaliman, Memurnikan Jiwa

Menghilangkan segala bentuk kezaliman adalah langkah urgent untuk menyembuhkan kerusakan jiwa. Mentauhidkan Allah SWT adalah langkah utama dalam tarbiyah (pendidikan) dan tazkiyah (penyucian jiwa), agar peradaban mulia dapat terwujud. Seorang hamba akan berhasil menjalankan visi pengabdian kepada Allah SWT dan misi kemanusiaan di bumi ketika ia bebas dari syirik.

Hal ini ditegaskan dalam ayat-ayat berikut: (QS. Al-Baqarah [2]: 30, 151) (QS. Al-‘Ankabut [29]: 45) (QS. Ar-Rum [30]: 30) (QS. Shad [38]: 26) (QS. Asy-Syams [91]: 9-10)

Kezaliman Sosial dan Peradaban

Kezaliman tidak hanya berupa kesyirikan, tetapi juga segala bentuk pelanggaran terhadap hak-hak manusia dan fitrah penciptaan. Contohnya adalah perilaku sombong dan arogan, sebagaimana Fir’aun dan Qarun yang mengagungkan diri sendiri: (QS. Al-Qashash [28]: 78) (QS. An-Nazi’at [79]: 24)

Selain itu, perilaku LGBT adalah bentuk kezaliman yang melawan fitrah penciptaan manusia, menyimpang dari fungsi jiwa yang sebenarnya, dan merusak tatanan peradaban: (QS. Ali Imran [3]: 14) (QS. Hud [11]: 78)

Penutup: Kezaliman adalah penyebab utama kerusakan jiwa dan hancurnya peradaban. Puncaknya adalah syirik, mempersekutukan Allah SWT. Tauhid adalah obat paling utama untuk menyembuhkan kerusakan ini, karena dengan tauhid jiwa menjadi kuat, bersih, dan terarah.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Marilah kita memurnikan iman, meninggalkan segala bentuk kezaliman, dan menjadikan Al-Qur’an sebagai penuntun utama agar hidup kita berada dalam lindungan rahmat Allah SWT.

Tulisan ini menyampaikan inti mendasar dari kerusakan jiwa dan peradaban: penyimpangan tauhid (keimanan) merupakan akar seluruh kezaliman—baik yang personal maupun struktural. Dengan mengutip berbagai ayat seperti QS. Al‑Isra’ [17]:82, QS. Luqman [31]:13, QS. Al‑An‘am [6]:82, dan lainnya, penulis menegaskan bahwa syirik bukan sekadar menyembah berhala, melainkan juga ketika kita melebihi Allah dalam diri sendiri—keakuan, kesombongan, dan pengingkaran terhadap fitrah manusia yang ditentukan-Nya.

Langkah penyembuhan jiwa, menurut karya ini, adalah dengan:
Memurnikan keimanan (tauhid),
Menanamkan Ma’rifatullah melalui Al‑Qur’an,
Melakukan pendidikan spiritual (tarbiyah) dan penyucian jiwa (tazkiyah).

Semua ini membentuk struktur berpikir yang rasional dengan landasan iman kokoh, sehingga individu dapat menjalankan peran sebagai khalifah dan pelayan umat secara mulia.

Apabila diinginkan, saya bisa membantu menggali salah satu aspek dari tulisan ini lebih jauh, misalnya:
Cara menanamkan Ma‘rifatullah, Implikasi tauhid dalam membentuk karakter sosial, Hubungan antara penyembuhan jiwa dan penciptaan peradaban. (Alfin el Fikri-SSQ/Tengku Iskandar, M.Pd)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement