Kesehatan
Beranda » Berita » Pola Makan Sehat ala Rasulullah

Pola Makan Sehat ala Rasulullah

Pola Makan Sehat ala Rasulullah

SURAU.CO – Di tengah gempuran tren diet modern, banyak orang mencari cara hidup sehat yang berkelanjutan. Sering kali, kita lupa bahwa Islam telah memberikan panduan lengkap. Pola makan yang diajarkan Rasulullah ﷺ bukan sekadar diet, melainkan sebuah gaya hidup. Ini adalah pendekatan holistik yang menyeimbangkan kebutuhan jasmani dan rohani. Memahaminya akan membantu kita meraih kesehatan yang sesungguhnya. Mari kita selami prinsip-prinsip utama dari pola makan yang penuh berkah ini.

Fondasi Utama: Makan yang Halal dan Thayyib

Prinsip paling dasar dalam pola makan seorang Muslim adalah memilih asupan yang tepat. Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk mengonsumsi makanan yang tidak hanya halal, tetapi juga thayyib. Halal berarti diizinkan oleh syariat. Sedangkan thayyib berarti baik, bersih, bergizi, dan tidak membahayakan tubuh. Keduanya adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 168).

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Ayat ini menunjukkan bahwa memilih makanan adalah bentuk ibadah. Makanan yang kita konsumsi akan menjadi energi untuk beraktivitas dan beribadah kepada-Nya. Oleh karena itu, memastikan sumbernya baik adalah langkah pertama menuju kesehatan paripurna.

Prinsip Emas: Makan dan Minum Tanpa Berlebihan

Salah satu penyebab utama berbagai penyakit modern adalah pola makan berlebihan. Jauh sebelum ilmu kedokteran modern membahasnya, Al-Qur’an telah memberikan peringatan yang jelas. Sikap israf atau melampaui batas sangat dilarang, termasuk dalam urusan makan dan minum. Kesederhanaan adalah kunci untuk menjaga fungsi organ tubuh agar tidak terbebani.

Allah Ta’ala juga berfirman:

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا

“Makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf: 31).

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Prinsip ini sangat relevan hingga kini. Mengontrol porsi makan secara efektif mencegah penumpukan lemak, menjaga stabilitas gula darah, dan meringankan kerja sistem pencernaan. Dengan demikian, tubuh menjadi lebih bugar dan berenergi.

Aturan Sepertiga Perut yang Melegenda

Rasulullah ﷺ memberikan panduan praktis yang sangat terkenal. Beliau mengajarkan kita untuk membagi kapasitas perut menjadi tiga bagian. Ini adalah metode kontrol porsi paling efektif dan bijaksana. Tujuannya adalah untuk memastikan tubuh mendapatkan nutrisi yang cukup tanpa merasa kekenyangan secara berlebihan.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:

مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ، حَسْبُ الْآدَمِيِّ، لُقَيْمَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ، فَإِنْ غَلَبَتِ الْآدَمِيَّ نَفْسُهُ، فَثُلُثٌ لِلطَّعَامِ، وَثُلُثٌ لِلشَّرَابِ، وَثُلُثٌ لِلنَّفَسِ

“Tidaklah seorang manusia memenuhi satu wadah yang lebih berbahaya dibandingkan perutnya sendiri. Sebenarnya seorang manusia itu cukup dengan beberapa suap makanan yang bisa menegakkan tulang punggungnya. Namun jika tidak ada pilihan lain, maka hendaknya sepertiga perut itu untuk makanan, sepertiga yang lain untuk minuman dan sepertiga terakhir untuk nafas.” (HR Ibnu Majah no. 3349).

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Aturan ini sangat logis secara ilmiah. Ruang untuk udara memastikan pernapasan tetap lega dan oksigen terdistribusi lancar. Ruang untuk air membantu proses pencernaan. Sementara ruang untuk makanan memberikan energi yang dibutuhkan.

Memahami Kesederhanaan Hidup Nabi

Penting untuk kita memahami konteks kehidupan Rasulullah ﷺ. Beliau sering kali makan sangat sedikit bukan karena sedang “diet” dalam pengertian modern. Sebaliknya, hal itu lebih sering disebabkan oleh pilihan gaya hidup zuhud dan kondisi kesederhanaan.

Aisyah radhiyallahu ‘anha menceritakan:

مَا شَبِعَ آلُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُنْذُ قَدِمَ المَدِينَةَ، مِنْ طَعَامِ بُرٍّ ثَلاَثَ لَيَالٍ تِبَاعًا، حَتَّى قُبِضَ

“Keluarga Muhammad ﷺ tidak pernah merasakan kenyang karena makan burr (gandum kasar) dalam tiga hari berturut-turut, sampai beliau ﷺ wafat.” (HR. Bukhari no. 6454 dan Muslim no. 2970).

Ada juga kisah saat beliau berniat puasa karena tidak ada makanan di rumah. Namun, ketika Aisyah kemudian mendapatkan hadiah makanan, beliau pun membatalkan puasanya dan ikut makan. Ini menunjukkan bahwa beliau tidak menolak rezeki yang datang. Namun, beliau juga tidak pernah menjadikannya sebagai tujuan utama.

Pola makan Rasulullah ﷺ mengajarkan kita tentang rasa syukur, kecukupan, dan prioritas. Kesehatan fisik adalah sarana untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, yaitu ketaatan kepada Allah. Dengan meneladani prinsip-prinsip ini, kita tidak hanya mendapatkan tubuh yang sehat, tetapi juga jiwa yang lebih tenang dan dekat dengan-Nya.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement