Khazanah
Beranda » Berita » Waktu Adzan: Saat Terbukanya Pintu-Pintu Langit

Waktu Adzan: Saat Terbukanya Pintu-Pintu Langit

Waktu Adzan: Saat Terbukanya Pintu-Pintu Langit

“Waktu Adzan: Saat Terbukanya Pintu-Pintu Langit”

 

Adzan adalah panggilan suci yang memanggil umat Islam untuk menegakkan shalat, sekaligus mengingatkan kita akan kedekatan kepada Allah. Ketika lantunan kalimat “Allahu Akbar, Allahu Akbar” berkumandang, ada getaran yang mampu membangkitkan jiwa, melembutkan hati, dan membangunkan kesadaran kita bahwa hidup ini tidak lebih dari sekadar pengabdian kepada Sang Pencipta.

Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Apabila panggilan salat berkumandang, terbukalah pintu-pintu langit dan doa dikabulkan.”
(HR. Ahmad, dari Jabir bin Abdillah, lihat Silsilah ash-Shahihah 1413).

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Hadis ini menjadi pengingat bahwa waktu adzan bukan sekadar tanda masuknya waktu shalat, tetapi juga momen istimewa ketika doa kita memiliki peluang besar untuk diijabah. Mengapa demikian? Karena adzan adalah seruan tauhid, panggilan untuk meninggalkan segala kesibukan dunia, dan kembali menghadap kepada Allah dengan penuh kepasrahan.

Rahasia di Balik Adzan dan Doa

Ada banyak keutamaan yang tersembunyi di balik suara adzan. Salah satunya adalah waktu di antara adzan dan iqamah. Rasulullah ﷺ menyebutnya sebagai waktu doa yang tidak tertolak. Saat itu, langit seakan terbuka, dan malaikat turun menyaksikan siapa di antara hamba-hamba Allah yang menyambut panggilan-Nya.

Dalam hadis lain, Nabi ﷺ bersabda:

> “Doa di antara adzan dan iqamah tidak tertolak.”
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, hasan shahih).

Betapa besar kesempatan yang Allah berikan kepada kita. Seringkali kita mengabaikan waktu-waktu mustajab ini, padahal hanya butuh sejenak keikhlasan untuk menengadahkan tangan, memohon dengan hati yang penuh keyakinan.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Menghidupkan Jiwa dengan Adzan

Suara adzan bukan hanya panggilan telinga, tetapi juga panggilan hati. Ia membangunkan jiwa yang lalai, mengingatkan hati yang lelah, dan menegaskan kembali siapa kita di hadapan Allah. Ketika kalimat adzan dikumandangkan, semua hiruk-pikuk dunia seharusnya berhenti, karena saat itu ada panggilan dari Sang Pemilik Waktu.

Kita bisa membayangkan betapa agungnya kalimat adzan. Setiap lafaznya adalah syiar tauhid: mengakui kebesaran Allah, mengingatkan kita pada kesaksian iman, dan menyeru pada keberhasilan sejati melalui shalat.

Apa yang Bisa Kita Lakukan Saat Adzan?

1. Menjawab Lafaz Adzan
Rasulullah ﷺ mengajarkan kita untuk mengulang kalimat muadzin. Ini adalah bentuk penghormatan pada panggilan Allah dan sarana mengumpulkan pahala.

2. Berdoa Setelah Adzan
Doa setelah adzan adalah doa yang mustajab. Rasulullah ﷺ mengajarkan doa:
“Allahumma Rabba hadzihi ad-da‘watit-taammah, wash-shalatil qaa’imah, aati Muhammadanil wasiilata wal fadhiilah, wab‘ats-hu maqaamam mahmuudan alladzi wa‘adtah.”

3. Memohon dengan Khusyuk
Waktu ini adalah momen emas. Mintalah kebaikan dunia dan akhirat, doa keselamatan keluarga, keberkahan rezeki, dan husnul khatimah.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Pesan untuk Kita Semua

Hidup ini penuh dengan kesibukan, tetapi adzan adalah “titik henti” yang mengajak kita menata ulang niat. Jangan biarkan panggilan suci ini berlalu begitu saja. Jadikan waktu adzan sebagai jembatan doa kita kepada Allah, saat di mana pintu langit terbuka lebar dan malaikat mengaminkan setiap permohonan.

Kita mungkin sering berdoa, tetapi apakah kita memanfaatkan momen emas seperti ini? Mari kita biasakan untuk menghentikan aktivitas saat adzan berkumandang, mendengarkannya dengan penuh takzim, menjawab setiap lafaznya, dan berdoa dengan sepenuh hati.

“Saat adzan berkumandang, itulah panggilan cinta Allah kepada hamba-Nya. Jangan sampai kita termasuk orang yang mengabaikan panggilan tersebut.”

 

 


 

“Antrilah di Barisan Terdepan!”
(Refleksi Fungsi Jiwa Seorang Khalifah)

Pertanyaan yang sederhana namun penuh makna:
“Mengapa para guru di negara maju lebih khawatir jika muridnya tidak bisa mengantri ketimbang tidak bisa Matematika?”

Seorang guru di Australia pernah berkata:
“Kami tidak terlalu khawatir anak-anak sekolah dasar kami tidak pandai Matematika. Tetapi kami jauh lebih khawatir jika mereka tidak pandai mengantri di barisan yang teratur.”

Kenapa? Karena matematika dapat diajarkan hanya dalam hitungan bulan, sedangkan membangun karakter untuk mengantri membutuhkan pembiasaan, keteladanan, dan kesadaran yang lama. Semua anak mungkin bisa menguasai ilmu tambah, kali, dan kurang, tetapi tidak semua anak bisa menguasai seni berbagi, bersabar, dan menghormati hak orang lain.

Di sinilah pelajaran akhlak, adab, etika, moral, dan ilmu jiwa harus ditanamkan.

10 Pelajaran Penting dari Antrian

1. Manajemen Waktu
“Jika ingin berada di barisan terdepan, datanglah lebih awal dengan persiapan yang matang.”
2. Kesabaran
“Kita diajarkan menahan diri, menunggu giliran dengan lapang dada, dan tidak mengutamakan ego.”
3. Menghormati Hak Orang Lain
“Siapa datang lebih dahulu, dialah yang berhak mendapat giliran lebih awal.”
4. Disiplin dan Keadilan
“Menyerobot antrian hanyalah gambaran jiwa yang tak tertata—ibarat sepeda tanpa lampu atau rem blong.”
5. Kreativitas Mengelola Waktu
“Tak ada waktu yang sia-sia bagi mereka yang cerdas. Di Jepang, orang memanfaatkan waktu antrian untuk membaca buku atau belajar hal baru.”
6. Bersosialisasi dan Berempati
“Tersenyum, menyapa, dan berbincang kecil dalam antrian adalah cara sederhana mempererat hubungan sosial.”
7. Ketabahan Menghadapi Proses
“Tak ada pencapaian instan. Antrian mengajarkan kita bahwa semua butuh proses yang dijalani dengan sabar.”
8. Memahami Hukum Sebab-Akibat (Causalitas)
“Siapa yang datang terlambat, maka harus menerima konsekuensi: berada di belakang.”
9. Keteraturan dan Kesetaraan
“Antrian yang teratur adalah cermin masyarakat yang beradab. Sebaliknya, tanpa ketertiban, yang ada hanya kekacauan.”
10. Rasa Peduli dan Kepekaan Sosial
“Memberi kesempatan kepada wanita hamil atau lansia untuk lebih dahulu adalah pelajaran kemanusiaan yang melahirkan kebahagiaan.”

Dan masih banyak pelajaran lain yang bisa kita gali dari sebuah antrian sederhana.

Kita rela mengantri panjang demi sebuah kepentingan dunia. Padahal, hidup kita di dunia ini sejatinya hanyalah antrian menuju kematian.

Maka, antrilah di barisan terdepan!
Terdepan dalam kebaikan, terdepan dalam amal saleh, dan terdepan dalam mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Allah.

Belajar dari hal-hal kecil seperti antrian menjadikan jiwa kita berfungsi sebagaimana mestinya: sebagai seorang khalifah yang beradab dan bijak. (Tengku Iskandar, M. Pd)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement