Sejarah
Beranda » Berita » Kejadian di Pertempuran Badar: Hari Kemenangan dari Langit

Kejadian di Pertempuran Badar: Hari Kemenangan dari Langit

Perang Badar

SURAU.CO – Pertempuran Badar bukanlah sekadar perang biasa. Ia adalah Yaumul Furqan, hari pembeda antara yang hak dan yang batil. Pada hari itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala menunjukkan kekuasaan-Nya secara nyata. Ia menolong pasukan muslim yang kecil dengan cara-cara yang menakjubkan. Peristiwa ini terjadi pada hari Jumat, 17 Ramadhan tahun ke-2 Hijriah. Kemenangan ini menjadi tonggak sejarah yang mengukuhkan eksistensi umat Islam untuk selamanya. Kisah Badar adalah bukti bahwa pertolongan Allah selalu datang bagi hamba-Nya yang tulus.

Doa Khusyuk di Tengah Ketidakpastian

Pasukan muslimin datang ke Badar dengan jumlah yang sangat sedikit. Mereka hanya berjumlah sekitar 313 orang. Peralatan perang mereka pun sangat terbatas. Di sisi lain, pasukan kafir Quraisy datang dengan kekuatan penuh. Mereka berjumlah sekitar 1.000 orang. Pasukan ini lengkap dengan persenjataan terbaik dan dipenuhi rasa sombong.

Melihat ketimpangan kekuatan yang begitu besar, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menghabiskan malam itu dengan berdoa. Beliau menengadahkan kedua tangannya ke langit. Beliau memohon dengan sangat khusyuk hingga selendangnya terjatuh dari pundak. Dalam doanya, beliau berkata:

“Ya Allah, penuhilah janji-Mu kepadaku. Ya Allah, datangkanlah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika pasukan Islam yang kecil ini binasa, maka Engkau tidak akan pernah lagi disembah di muka bumi ini”.

Abu Bakar Ash-Shiddiq yang melihatnya merasa iba. Ia mengambil selendang Nabi dan meletakkannya kembali. Kemudian ia berkata, “Wahai Nabi Allah, cukuplah permohonanmu kepada Rabbmu. Sungguh, Dia pasti akan memenuhi janji-Nya kepadamu.”

Mustafa Kemal Ataturk: Modernisasi dan Perkembangan Islam Modern

Turunnya Pertolongan Allah yang Nyata

Doa tulus itu dijawab oleh Allah dengan berbagai pertolongan ajaib. Pertama, Allah menurunkan hujan gerimis. Hujan ini menjadi rahmat bagi kaum muslimin. Ia memadatkan pasir sehingga pijakan kaki mereka menjadi kokoh. Sebaliknya, hujan ini menjadi bencana bagi kaum Quraisy. Hujan deras di lokasi mereka membuat tanah menjadi becek dan sulit dilalui.

Kedua, Allah menurunkan rasa kantuk (nu’as) yang menenangkan. Rasa kantuk ini menyelimuti pasukan muslimin. Mereka bisa beristirahat sejenak dengan aman. Hal ini menghilangkan rasa takut dan cemas dari dalam hati mereka. Allah berfirman tentang kejadian ini:

“(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penentraman daripada-Nya…” (QS. Al-Anfal: 11).

Ketiga, pertolongan terbesar pun datang. Allah mengirimkan ribuan malaikat untuk membantu pasukan muslim. Para malaikat ini turun langsung ke medan perang. Mereka ikut bertempur dan menguatkan hati kaum mukminin. Allah menegaskan hal ini dalam firman-Nya:

“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Rabbmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut”. (QS. Al-Anfal: 9).

Peran Pemikiran Al-Farabi; Pencerahan Filsafat Yunani dan Barat

Duel Pembuka dan Kekalahan Para Petinggi Quraisy

Sebelum perang besar berkecamuk, tradisi Arab memulai dengan duel satu lawan satu. Tiga ksatria terbaik Quraisy maju menantang. Mereka adalah Utbah bin Rabi’ah, saudaranya Syaibah, dan anaknya Al-Walid. Dari pihak muslim, majulah tiga pahlawan. Mereka adalah paman Nabi, Hamzah bin Abdul Muthalib, serta Ali bin Abi Thalib dan Ubaidah bin Al-Harits. Dalam duel ini, ketiga ksatria Quraisy tersebut tewas. Kemenangan ini sontak menaikkan semangat juang pasukan muslim.

Perang besar pun akhirnya dimulai. Dengan bantuan para malaikat, pasukan muslim bertempur dengan gagah berani. Mereka berhasil memporak-porandakan barisan musuh. Para pemimpin kesombongan Quraisy tewas satu per satu. Salah satunya adalah Abu Jahal, yang dijuluki “Fir’aun umat ini”. Ia tewas di tangan dua orang pemuda Anshar yang masih belia.

Peran Iblis dan Akhir yang Menentukan

Pada hari itu, Iblis ikut serta menyemangati pasukan Quraisy. Ia mengubah wujudnya menjadi seorang lelaki bernama Suraqah bin Malik. Ia berjanji tidak akan meninggalkan mereka. Namun, ketika Iblis melihat barisan malaikat turun dari langit, ia langsung lari ketakutan. Ia berkata, “Sesungguhnya aku melihat apa yang tidak kamu lihat.” Lalu ia kabur dan menceburkan diri ke laut.

Pada akhirnya, pertempuran berakhir dengan kemenangan telak bagi kaum muslimin. Sekitar 70 orang dari pasukan Quraisy tewas. Sebanyak 70 orang lainnya ditawan. Kemenangan di Badar bukan hanya kemenangan militer. Ia adalah kemenangan akidah dan bukti nyata dari janji Allah.

Kitab Taisirul Kholaq: Terobosan Pembelajaran Akhlak Metode Salafiyah

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement