SURAU.CO – Ketakutan pada kegelapan atau sosok imajiner seringkali menjadi bagian dari dunia anak-anak. Banyak anak menjadi takut pada hantu atau makhluk halus. Hal ini biasanya terjadi karena pengaruh cerita-cerita menakutkan yang mereka dengar. Akibatnya, imajinasi mereka menciptakan sosok seram yang mengganggu ketenangan. Padahal, dalam ajaran Islam yang luhur, kita diajarkan sebuah prinsip fundamental. Kita hanya perlu menempatkan rasa takut tertinggi kepada Allah SWT, bukan kepada makhluk gaib ciptaan-Nya.
Cara Agar Anak Tidak Takut Hantu Sesuai Ajaran Islam
Perspektif Islam memberikan dasar yang kuat untuk mengatasi ketakutan anak. Allah SWT sendiri telah menyatakan bahwa syaitan adalah musuh manusia, seperti dalam firman-Nya, “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuhmu” (QS. Fatir: 6). Dengan demikian, syaitan bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, melainkan harus diwaspadai dan dihadapi dengan iman yang kuat.
Jika iman kepada Allah terbentuk dengan kuat di dalam hati anak, mereka akan merasa aman dan tenang. Mereka akan memahami bahwa hanya Allah yang Maha Kuasa dan Maha Melindungi. Oleh karena itu, tidak ada kekuatan lain yang mampu membahayakan mereka, kecuali dengan izin-Nya. Rasulullah SAW juga memberikan sebuah ajaran penting tentang rasa takut, yaitu Beliau bersabda, “Barang siapa yang takut kepada Allah, maka Allah akan menjadikan segala sesuatu takut kepada orang itu. ”
Berdasarkan prinsip ini, berikut adalah beberapa cara agar anak tidak takut pada hantu yang dapat orang tua terapkan secara nyata dan lembut.
1. Fondasi Utama: Membangun Pemahaman Tauhid yang Kokoh
Langkah pertama dan terpenting adalah menanamkan keyakinan tentang tauhid. Tauhid adalah keyakinan bahwa Allah itu satu-satu, merupakan pencipta, penguasa, dan pengatur segala sesuatu di alam semesta. Konsep ini sebaiknya diperkenalkan sejak kecil dengan bahasa yang mudah dipahami. Jelaskan kepada anak bahwa semua yang ada di dunia ini, termasuk manusia, hewan, tumbuhan, serta makhluk gaib seperti jin dan syaitan, adalah ciptaan Allah.
Selanjutnya, sampaikan kebenaran penting bahwa makhluk-makhluk tersebut, termasuk yang sering disebut “hantu”, tidak memiliki kekuatan sendiri.
Mereka sangat lemah dan tidak bisa berbuat apa-apa tanpa izin dari Allah. Dengan kata lain, jelaskan bahwa “hantu” hanyalah bayangan atau simbol dari bisikan syaitan. Kekuatan sejati hanya ada pada Allah semata.
Untuk memperkuat pemahaman ini, orang tua dapat sering mengingatkan anak tentang kekuasaan mutlak Allah.
Ajarkan beberapa kalimat tauhid yang sederhana namun bermakna. Contohnya, ajarkan ayat, “Tidak ada sesuatu pun yang memberi manfaat atau merugikan kecuali dengan izin Allah”. Dengan pemahaman ini, logika anak akan terbentuk secara perlahan. Mereka akan sampai pada kesimpulan bahwa tidak perlu takut pada bayangan atau suara aneh. Sebaliknya, rasa takut itu seharusnya hanya ditujukan kepada Allah SWT.
2. Perisai Gaib: Mengajarkan Doa dan Dzikir Sebagai Pelindung Diri
Setelah fondasi tauhid terbangun, selanjutnya berikan anak “senjata” untuk melindungi diri. Doa dan wirid yang diajarkan oleh Nabi Muhammad ﷺ adalah perisai gaib bagi setiap orang beriman. Oleh karena itu, ajarkan anak beberapa doa dan zikir pelindung yang mudah dihafal. Mulailah dengan bacaan yang paling populer dan ampuh.
Contohnya, ajak anak untuk rutin membaca Ayat Kursi sebelum tidur. Jelaskan bahwa ayat ini menceritakan keagungan Allah yang tiada tara. Dengan membacanya, kita memohon penjagaan dari Allah Yang Maha Agung. Selain itu, biasakan juga membaca tiga surat pelindung, yaitu Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas, atau yang dikenal sebagai Al-Mu’awwidzat. Surat-surat ini secara spesifik berisi permohonan perlindungan dari berbagai keburukan, termasuk dari gangguan makhluk halus.
Tekankan kepada anak bahwa dengan berdoa, mereka sedang berkomunikasi langsung dengan Allah. Mereka sedang meminta perlindungan kepada Dzat Yang Paling Kuat. Hal ini sejalan dengan teladan Rasulullah ﷺ. Beliau bahkan secara khusus memohonkan perlindungan untuk kedua cucunya, Hasan dan Husain, dari gangguan makhluk halus (HR. Bukhari). Dengan rutin berzikir dan berdoa, anak belajar untuk menyerahkan segala kekhawatiran dan ketakutannya hanya kepada Allah SWT.
3. Menjaga Lingkungan: Hindari Konten Negatif dan Berikan Kisah Positif
Pikiran anak-anak seperti spons yang menyerap segala sesuatu di sekitarnya. Segala sesuatu yang mereka lihat dan dengar akan membentuk imajinasi serta cara berpikir mereka. Maka dari itu, orang tua perlu memperhatikan lingkungan yang dilingkungi anak. Jauhkan anak dari film horor, video misteri di internet, atau cerita hantu yang menakutkan, meskipun hanya untuk bercanda.
Konten yang berupa cerita menakutkan dapat menyisakan kesan buruk yang sulit untuk dihilangkan.
Dalam bidang psikologi Islam, ada penelitian yang menunjukkan bahwa anak-anak yang sering mendengar cerita menakutkan cenderung menyimpan bayangan negatif tersebut lebih lama. Akibatnya, mereka menjadi lebih takut dan cemas.
Sebagai pengganti, isi pikiran anak dengan cerita yang positif dan membangun.
Ceritakan kisah-kisah para Nabi dan Rasul yang penuh semangat keberanian dan keimanan. Misalnya, kisah Nabi Ibrahim AS yang berani diuji dengan dilempar ke dalam api. Atau, kisah Nabi Musa AS yang berani menghadapi Firaun yang tirani. Kisah-kisah seperti ini secara tidak langsung membentuk rasa aman dan yakin dalam diri anak bahwa Allah selalu melindungi hamba-Nya yang beriman. Dengan mendengar kisah yang positif, anak akan lebih percaya pada kekuatan Allah dan keberanian yang ada dalam diri mereka sendiri.
4. Keteladanan Orang Tua: Cerminan Keberanian bagi Anak
Anak adalah peniru ulung. Mereka belajar lebih banyak dari apa yang mereka lihat, bukan dari apa yang mereka dengar. Maka dari itu, orang tua harus menjadi contoh yang tenang dan berani. Hindari menakut-nakuti anak dengan sosok hantu untuk membuat mereka patuh. Selain itu, jangan pernah menunjukkan ketakutan yang berlebihan terhadap hal-hal gaib di hadapan mereka.
Ketika orang tua terlihat santai dan yakin bahwa Allah selalu melindungi keluarga, anak pun akan tertular dengan perasaan aman tersebut. Jika anak terbangun di malam hari karena mimpi buruk, jangan panik. Peluk mereka dengan lembut, lalu ajak mereka membaca doa bersama. Jika Anda sendiri terkejut karena suatu hal, ucapkan “Astaghfirullah” dengan tenang, bukan berteriak histeris.
Sikap ini mengajarkan anak tentang konsep tawakkal, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah setelah berusaha. Seperti yang disebutkan dalam sebuah hadits, “Tidak ada yang bisa mencelakakan manusia kecuali atas takdir Allah”. Dengan mempercayakan segala urusan kepada Allah, orang tua mendidik anak untuk menjadi pribadi yang berani dan tidak cemas tanpa alasan yang jelas.
Lalu, Kita Sebagai Orang Tua Harus Melakukan Apa?
Mengatasi ketakutan anak pada hantu memerlukan pendekatan yang menyeluruh. Ini bukan sekadar solusi instan, melainkan proses pendidikan iman. Dengan penjelasan yang lembut sesuai ajaran Islam dan penanaman akidah yang kuat, insyaAllah ketakutan anak terhadap hantu bisa berkurang, bahkan hilang. Ajarkan pada mereka untuk mengarahkan rasa takutnya hanya kepada Allah SWT dan selalu memohon perlindungan-Nya dalam setiap keadaan.
Semoga Allah SWT senantiasa memberi kita kemudahan dalam mendidik anak-anak kita. Sehingga, mereka dapat tumbuh menjadi generasi Muslim yang berani, cerdas, dan bertawakkal.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
