Menyelaraskan Pikiran dan Perbuatan: Kunci Hidup yang Autentik dan Bermakna.
Dalam kehidupan ini, banyak orang terjebak dalam jurang antara apa yang mereka pikirkan dan apa yang mereka lakukan. Pikiran melayang ke satu arah, namun perbuatan melangkah ke arah lain. Ketidaksinkronan ini menciptakan kegelisahan, konflik batin, dan rasa tidak puas yang sulit dijelaskan. Padahal, menyelaraskan pikiran dan perbuatan adalah salah satu kunci untuk menjalani hidup yang lebih damai, jujur, dan bermakna.
Makna Penyelarasan Pikiran dan Perbuatan
Pikiran adalah cerminan dari nilai, prinsip, dan keyakinan yang kita anut. Sementara perbuatan adalah manifestasi nyata dari semua itu. Ketika seseorang berpikir tentang kejujuran, namun memilih untuk berdusta dalam praktiknya, maka ia sedang menciptakan celah yang bisa merusak integritas dirinya sendiri.
Penyelarasan berarti tidak hanya memikirkan yang benar, tetapi juga melakukan yang benar. Dalam Islam, hal ini dikenal dengan istilah ikhlas dan istiqamah. Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
> “Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung niatnya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Namun amal tak cukup berhenti pada niat. Ia harus diwujudkan dengan tindakan nyata yang selaras.
Dampak Ketidaksinkronan
Ketika pikiran dan perbuatan tidak selaras, timbul berbagai akibat negatif, antara lain:
Kehilangan kepercayaan diri, karena seseorang tahu bahwa dirinya sedang tidak jujur terhadap dirinya sendiri.
Rasa bersalah dan gelisah, sebab hati tidak tenang saat perbuatan melanggar hati nurani.
Hubungan yang tidak sehat, karena orang lain bisa merasakan ketidaktulusan kita.
Kehilangan arah hidup, karena sulit menentukan prioritas ketika tindakan tidak mencerminkan nilai yang diyakini.
Penyelarasan sebagai Bentuk Keimanan
Dalam Al-Qur’an, Allah memperingatkan keras terhadap orang-orang yang hanya berkata tetapi tidak melakukannya:
> “Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Sangat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. Ash-Shaff: 2-3)
Ayat ini mengajarkan bahwa keimanan yang sejati harus tampak dalam amal nyata. Orang yang mengaku beriman namun tidak mencerminkan imannya dalam tindakan adalah seperti pohon yang tidak berbuah.
Langkah Menyelaraskan Pikiran dan Perbuatan
a. Introspeksi Diri (Muhasabah)
Luangkan waktu untuk mengamati apakah tindakan sehari-hari sudah mencerminkan nilai yang kita anut. Apakah saya berlaku jujur, seperti yang saya yakini penting? Apakah saya adil, seperti yang sering saya ucapkan?
b. Memperkuat Niat dan Komitmen
Pikiran bisa berubah-ubah, tapi komitmen adalah penegas arah. Buat keputusan yang jelas tentang nilai apa yang ingin dijunjung tinggi dalam hidup.
c. Mengurangi Kemunafikan Sosial
Terkadang kita tergoda untuk “menampilkan citra” di hadapan orang lain yang tidak sesuai kenyataan. Latih diri untuk hidup apa adanya, bukan sekadar “tampak baik”, tetapi benar-benar menjadi baik.
d. Bertindak Sekecil Apapun
Perubahan besar dimulai dari tindakan kecil. Bila kita percaya pentingnya disiplin, mulai dari membenahi jadwal tidur. Bila kita yakin akan pentingnya silaturahmi, mulailah dari menyapa keluarga dekat.
e. Berserah Diri dan Berdoa
Mohon bimbingan Allah agar diberikan kekuatan untuk mengamalkan apa yang diyakini. Doa Nabi yang sering dipanjatkan adalah:
> “Ya Allah, tunjukkanlah aku kepada kebenaran, dan anugerahkanlah kekuatan untuk mengikutinya.” (HR. Tirmidzi)
Contoh Nyata dalam Kehidupan
Seorang guru yang mengajarkan kejujuran kepada murid-muridnya, tapi juga berlaku jujur dalam laporan keuangan sekolah.
Seorang pejabat yang percaya pada pentingnya pelayanan, dan benar-benar melayani masyarakat tanpa pungli.
Seorang ayah yang menasihati anaknya untuk shalat, dan ia sendiri selalu menjaga shalat berjamaah di masjid.
Contoh-contoh sederhana ini menunjukkan bahwa menyelaraskan pikiran dan perbuatan bukan hal mustahil, asalkan ada kesungguhan.
Pentingnya Keteladanan
Dalam Islam, Rasulullah ﷺ adalah teladan terbaik dalam hal menyelaraskan ucapan dan perbuatan. Allah menyatakan:
> “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu…” (QS. Al-Ahzab: 21)
Rasulullah bukan hanya menyampaikan wahyu dengan lisan, tetapi mewujudkannya dalam amal. Ia tidak pernah menyuruh sesuatu yang tidak ia lakukan, bahkan lebih dahulu mengamalkannya sebelum mengajak orang lain.
Buah dari Penyelarasan
Ketika pikiran dan perbuatan selaras, maka:
Hati menjadi damai.
Diri menjadi lebih jujur dan kuat.
Orang lain pun lebih menghormati dan percaya.
Kita menjadi pribadi yang bertumbuh secara utuh, bukan sekadar pencitraan.
Hidup menjadi lebih ringan karena kita tidak terus-menerus memakai “topeng” sosial. Kita hidup sebagaimana adanya, bukan sebagaimana yang diharapkan orang lain.
Penutup, Menyelaraskan pikiran dan perbuatan adalah perjuangan seumur hidup, namun di sanalah letak kemuliaan dan ketulusan seorang insan. Jangan takut untuk berubah ke arah yang lebih selaras. Semakin kita jujur pada diri sendiri, semakin Allah bukakan jalan keberkahan dalam hidup kita.
> “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11)
Mari kita mulai hari ini, dari hal kecil: satu pikiran baik yang kita wujudkan dalam satu perbuatan nyata. Dan dari situlah jalan keberkahan. (Tengku Iskandar)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
