Khazanah
Beranda » Berita » Madinat al-Zahra, Warisan Dunia yang Terkubur Sejarah

Madinat al-Zahra, Warisan Dunia yang Terkubur Sejarah

Kota Madinah az Zahra merupakan simbol kegemilangan Islam di Spanyol
Keajaiban kota Madinat al-Zahra yang legendaris yang menjadikan peninggalan bersejarah ini sebagai warisan dunia.

SURAU.CO. Badan Kebudayaan PBB atau UNESCO ini memberikan gelar warisan dunia untuk situs kota kuno kota Madinat al-Zahra. Berlokasi di Andalusia, dekat Cordoba, Spanyol reruntuhan megah kota zaman keemasan Islan ini usianya sudah lebih dari seribu tahun dan menjadi bukti puncak kejayaan peradaban Islam di Eropa.

Situs ini menyimpan banyak sekali sejarah. Di dalamnya terdapat sisa bangunan megah dan jalan kuno. Ada juga jembatan kokoh dan sistem perairan yang canggih. Para arkeolog menemukan banyak benda keseharian dari abad ke-10. Semua ini menjadikan kota Madinat al-Zahra sebagai kapsul waktu yang luar biasa. Ia menceritakan sebuah kisah kemegahan yang hilang.

Awal Mula Simbol Kekuasaan Bani Umayyah

Sejarah kota Madinat al-Zahra tidak bisa lepas dari Dinasti Umayyah. Kisahnya dimulai jauh sebelum kota ini ada. Mulanya adalah kekuasaan Umayyah di Damaskus runtuh pada 132 H. Kala itu Abdurrahman bin Muawiyah berhasil melarikan diri dan menyeberang ke Maroko di Afrika Utara. Dari sana, ia melihat peluang ada pada Andalusia, sebuah daerah yang ada di Spanyol sekarang.

Abdurrahman memanfaatkan konflik antar kabilah di Spanyol yang kemduian mendapat dukungan dari sisa pendukung Bani Umayyah. Kabilah-kabilah Yaman juga membantunya. Pada tahun 755 M, ia berhasil memasuki Andalusia. Kemudian berhasil merebut kota Cordoba (Qurtuba). Di sanalah ia mendirikan pemerintahan baru. Pemerintahan ini dikenal sebagai Kekhalifahan Bani Umayyah Andalus.

Membangun Etos Kerja Muslim yang Unggul Berdasarkan Kitab Riyadus Shalihin

Beberapa generasi kemudian, Abdurrahman III naik takhta. Ia mendeklarasikan dirinya sebagai Khalifah. Untuk mengukuhkan statusnya, ia butuh simbol kekuasaan baru. Karena itu, ia memerintahkan pembangunan sebuah kota istana yang megah. Itulah awal mula kota Madinat al-Zahra lahir sebagai pusat pemerintahan.

Legenda Nama

Menurut penulis sejarah seperti al-Maqqari nama Az Zahra  atau atau Azahara dalam bahasa Spanyol, berasal dari istri kesayangan Abd ar-Rahman III dan bahwa sebuah patungnya berdiri di atas pintu masuk.

Sementara ada ahli yang berpendapat bahwa penjelasan yang lebih sederhana adalah bahwa nama kota itu, yang juga berarti “Kota Berbunga” atau “Kota Bercahaya”. hal ini  meniru gaya kota-kota khalifah lain yang didirikan oleh Abbasiyah (misalnya Madinat as-Salam , “Kota Damai”, sekarang Baghdad dan Fatimiyah (misalnya Madinat al-Qahira , “Kota Kemenangan”, sekarang Kairo ).

Sementara sarjana memberikan penjelasan bahwa nama tersebut mungkin dipilih sebagai balasan terhadap pesaing utama Abd ar-Rahman, yaitu Fatimiyah, karena Fatimiyah mengklaim sebagai keturunan putri Muhammad, Fatimah , yang juga dikenal sebagai az-Zahra (“Yang Bercahaya”).

Mahakarya Arsitektur dan Perencanaan Kota

Pembangunan kota Madinat al-Zahra adalah proyek ambisius. Khalifah Abdurrahman III memulainya antara tahun 936 dan 940 M. Proyek ini menghabiskan sepertiga dari seluruh pendapatan negara. Pembangunannya bahkan berlanjut hingga masa putranya, Al-Hakam II. Total waktu pembangunan mencapai sekitar 40 tahun. Arsitek merancang kota ini dengan sangat cerdas. Kota ini berdiri di atas tiga teras di kaki bukit. Setiap teras memiliki fungsi yang berbeda.

Frugal Living Ala Nabi: Menemukan Kebahagiaan Lewat Pintu Qanaah

Pada teras atas terkenal sebagai istana khalifah atau Dar al-Mulk. Area ini merupakan zona paling pribadi dan aman. Kemudian teras tengah yang terdiri dari gedung-gedung pemerintahan. Terdapat juga ruang resepsi untuk tamu penting. Selanjutnya adalah teras atau bagian bawah yaitu bagian kota untuk rakyat. Terdapat masjid agung, pasar, dan perumahan.
Infrastrukturnya juga sangat maju. Sistem saluran air (akueduk) membawa air bersih ke seluruh kota. Air mengalir ke air mancur, kolam, dan pemandian umum.

Pandangan Ahli: Suara dari Reruntuhan

Meskipun kini hanya reruntuhan, situs ini menyimpan informasi berharga. Pakar arkeologi Alberto Montejo menjelaskan pentingnya kota ini. Ia mengungkap bahwa ilmu pengetahuan berkembang pesat di sini. “Di kota itu berkembang ilmu matematika, astronomi, kedokteran, kesusasteraan, dan yang paling penting, ilmu filsafat, yang merintis jalan ke zaman kebangkitan kembali Eropa pada abad 15 dan 16. Kota itu dibangun antara tahun 936 dan 940 oleh Kekhalifahan Abdurrahman III, dan menjadi ibukota kerajaan yang disebut Al-Andalus, yang menguasai lebih dari dua pertiga jazirah Iberia,” ungkap Montejo.

Ia menambahkan bahwa kondisi reruntuhan masih sangat baik. Kota ini tidak pernah dibangun ulang seperti kota kuno lainnya. Hal ini menjadikannya laboratorium arkeologi yang sempurna. “ Dari sudut ilmiah dan arkeologi, semua gaya perkotaan, dan semua dekorasi bangunan masih bisa ada temuan untuk memahami bagaimana sebuah kota kekhalifahan berfungsi dalam abad ke-10,” tambah Montejo.

Kehancuran Tragis dan Penemuan Kembali

Kemakmuran kota Madinat al-Zahra tidak bertahan lama. Setelah puluhan tahun berjaya, perang saudara melanda Andalusia. Pada tahun 1010, kelompok pemberontak Berber menyerang Cordoba. Mereka menghancurkan dan menjarah kota Madinat al-Zahra. Simbol kekhalifahan itu luluh lantak.

Setelah kehancuran itu, kota ini benar-benar terlupakan. Material berharganya seperti marmer dan gading menjadi barang jarahan selama berabad-abad. Lokasinya tertutup tanah hingga abad ke-19. Reruntuhannya baru ketemu kembali secara tidak sengaja. Kini, penggalian terus berlanjut. Para arkeolog memperkirakan baru sekitar 10 persen dari total area 115 hektar yang telah tergali.

Menyelaraskan Minimalisme dan Konsep Zuhud: Relevansi Kitab Riyadhus Shalihin di Era Modern

Penemuan ini mengungkap kembali sebuah peradaban agung. Artefak seperti barang pecah belah dan ukiran gading kini tersimpan di museum. Setiap penemuan baru terus menambah pemahaman kita tentang kemegahan kota Madinat al-Zahra, warisan dunia yang bangkit dari tidur panjangnya.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement