SURAU.CO – Nabi Ibrahim ‘Alaihissallam memegang peran sentral dalam sejarah tauhid. Beliau adalah bapak para nabi atau Abul Anbiya. Kisah hidupnya penuh dengan ujian ketaatan yang luar biasa. Salah satu perintah terberat adalah saat beliau harus meninggalkan keluarganya. Beliau juga mendapat tugas agung untuk membangun Ka’bah. Peristiwa ini menjadi fondasi bagi kota suci Mekah dan ibadah haji dan panggilan haji pertama untuk manusia.
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam adalah bapak para nabi dan teladan utama dalam ketaatan. Kisahnya penuh dengan ujian iman yang luar biasa. Salah satu perintah terberat yang beliau terima adalah hijrah ke Mekkah. Perjalanan ini bukan sekadar berpindah tempat. Perjalanan ini menjadi awal dari pembangunan pusat ibadah pertama bagi seluruh umat manusia, yaitu Ka’bah yang mulia.
Perintah Hijrah ke Lembah Tandus
Semuanya berawal dari perintah Allah kepada Nabi Ibrahim. Saat itu, beliau tinggal di Palestina bersama istrinya, Sarah dan Hajar. Allah memerintahkannya untuk membawa Hajar dan putra mereka yang masih bayi, Ismail. Tujuan mereka adalah sebuah lembah yang jauh, tandus, dan tidak berpenghuni. Tidak ada air, tanaman, atau kehidupan di sana.
Nabi Ibrahim, sebagai hamba yang taat, melaksanakan perintah ini tanpa ragu. Beliau menempatkan Hajar dan Ismail di dekat lokasi bakal Ka’bah. Beliau meninggalkan mereka hanya dengan sekantong kurma dan sekantong air. Saat Ibrahim berbalik untuk pergi, Hajar bertanya dengan cemas, “Wahai Ibrâhîm, kemanakah engkau akan pergi? Apakah engkau akan meninggalkan kami di lembah yang tidak ada seorang manusia dan tidak ada sesuatu apapun ini?”
Hajar terus bertanya, namun Ibrahim tidak menoleh. Akhirnya, Hajar bertanya, “Apakah Allah yang memerintahkanmu melakukan ini?” Ibrahim pun menjawab, “Iya.” Dengan penuh keyakinan, Hajar berkata, “Kalau begitu, Allâh tidak akan menyia-nyiakan kami.”
Mukjizat Zamzam dan Lahirnya Kehidupan
Setelah Ibrahim pergi, persediaan air dan makanan pun habis. Ismail kecil mulai menangis karena kehausan. Dalam kepanikan, Hajar berlari-lari kecil antara bukit Shafa dan Marwah. Ia melakukannya sebanyak tujuh kali sambil mencari sumber air atau pertolongan. Peristiwa inilah yang menjadi asal mula ibadah sa’i dalam haji.
Di puncak keputusasaannya, Allah menunjukkan kekuasaan-Nya. Tiba-tiba, malaikat Jibril datang dan menghentakkan kakinya ke tanah. Dari bekas hentakan itu, air pun memancar dengan deras. Hajar segera menampung air itu sambil berkata, “Zam, zam,” yang berarti “berkumpulah.” Sejak saat itu, sumber mata air ini dikenal sebagai sumur Zamzam.
Pembangunan Ka’bah: Proyek Ayah dan Anak
Sumber air Zamzam menarik perhatian para musafir. Sebuah kabilah dari Yaman, Suku Jurhum, melintas di dekat lembah itu. Mereka meminta izin kepada Hajar untuk tinggal dan menetap di sana. Hajar mengizinkan mereka. Sejak saat itulah, lembah Mekkah yang semula sepi mulai ramai. Nabi Ismail pun tumbuh besar di tengah komunitas Suku Jurhum.
Setelah Ismail dewasa, Nabi Ibrahim kembali ke Mekkah. Kali ini, Allah memberinya sebuah tugas yang lebih agung. Allah berfirman:
“Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrâhîm di tempat Baitullâh (dengan mengatakan), ‘Janganlah kamu mempersekutukan sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadah dan orang-orang yang ruku’ dan sujud.’” [al-Hajj/22:26]
Nabi Ibrahim pun menyampaikan perintah ini kepada putranya. Ismail dengan sigap menjawab, “Lakukanlah apa yang diperintahkan Rabb-mu kepadamu. Engkau akan mendapatiku, insya Allâh, termasuk orang-orang yang sabar.”
Maka, dimulailah proyek agung itu. Ibrahim mulai membangun fondasi, sementara Ismail membantunya mengangkut dan menyerahkan batu. Ketika bangunan semakin tinggi, Ismail membawakan sebuah batu pijakan untuk ayahnya. Batu inilah yang kini dikenal sebagai Maqam Ibrahim. Mereka berdua terus bekerja sambil berdoa:
“Ya Rabb kami, terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [al-Baqarah/2:127]
Panggilan Haji untuk Seluruh Umat Manusia
Setelah Ka’bah selesai, Allah memberi perintah baru. Allah meminta Ibrahim untuk menyerukan panggilan haji kepada seluruh umat manusia. Nabi Ibrahim sempat ragu bagaimana suaranya bisa sampai ke seluruh penjuru dunia. Namun, Allah meyakinkannya bahwa tugasnya hanya memanggil. Allahlah yang akan menyampaikan panggilan itu.
Nabi Ibrahim pun naik ke atas bukit dan menyerukan panggilan haji. Ajaibnya, Allah membuat semua yang ada di bumi mendengar panggilannya. Sejak saat itulah, manusia dari berbagai belahan dunia datang memenuhi panggilan itu. Mereka datang untuk beribadah di rumah pertama yang dibangun untuk menyembah Allah.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
