SURAU.CO – Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, beliau tidak hanya membawa risalah kenabian. Beliau datang untuk membangun sebuah peradaban baru. Langkah pertama dan paling fundamental yang beliau lakukan adalah mendirikan sebuah masjid. Namun, ini bukanlah sekadar tempat untuk shalat. Pembangunan Masjid Nabawi menjadi cetak biru bagi terbentuknya masyarakat Islam yang kuat, terdidik, dan terorganisir. Masjid ini menjadi jantung yang memompa kehidupan di segala aspek.
Penentuan Lokasi oleh Unta Nabi
Setelah beberapa hari singgah di Quba, Rasulullah melanjutkan perjalanan menuju pusat kota Madinah. Banyak para pembesar kaum Anshar yang menawarkan rumah mereka sebagai tempat tinggal Nabi. Namun, beliau dengan bijaksana menolak semua tawaran itu. Beliau membiarkan unta tunggangannya, Qaswa, yang akan memilih lokasi. Beliau berkata, “Biarkanlah ia (unta) berjalan. Sesungguhnya ia telah diperintah (oleh Allah).”
Akhirnya, unta itu berhenti dan menderum di sebuah tanah lapang. Tanah tersebut milik dua anak yatim dari Bani Najjar, yaitu Sahl dan Suhail. Di sana, terdapat beberapa pohon kurma, puing-puing bangunan, dan beberapa makam kaum musyrikin. Inilah lokasi yang dipilih oleh Allah untuk menjadi pusat peradaban Islam pertama.
Pembelian Tanah dan Awal Pembangunan
Rasulullah kemudian memanggil kedua anak yatim pemilik tanah itu. Beliau menawar tanah tersebut untuk dibeli. Kedua anak yatim itu justru berkata, “Wahai Rasulullah, kami akan memberikannya untukmu.” Namun, Rasulullah menunjukkan integritasnya yang luar biasa. Beliau menolak untuk menerimanya secara gratis karena tanah itu milik anak yatim. Akhirnya, beliau tetap membelinya dengan harga sepuluh dinar. Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu anhu yang membayarkan harganya.
Setelah itu, proses pembangunan pun dimulai. Rasulullah memerintahkan untuk meratakan tanah. Beliau juga meminta agar kuburan-kuburan yang ada dipindahkan. Pohon-pohon kurma pun ditebang untuk dimanfaatkan sebagai tiang masjid.
Semangat Gotong Royong yang Dipimpin Langsung oleh Nabi
Pembangunan Masjid Nabawi adalah proyek komunitas yang luar biasa. Seluruh sahabat, baik dari kaum Muhajirin maupun Anshar, bekerja sama dengan penuh semangat. Mereka memindahkan batu dan pasir dengan tangan mereka sendiri. Hebatnya, Rasulullah tidak hanya memberi perintah. Beliau turun langsung bekerja bersama para sahabatnya. Beliau ikut mengangkat batu bata dan bahan bangunan lainnya.
Keterlibatan langsung sang pemimpin ini membakar semangat para sahabat. Mereka bahkan bersenandung untuk menghilangkan rasa lelah. Salah satu syair yang mereka lantunkan adalah:
Kalau kami duduk-duduk saja, sementara Nabi bekerja. Tentu itu adalah perbuatan yang sesat.
Melihat semangat mereka, Rasulullah pun ikut bersenandung bersama mereka, “Ya Allah! Tidak ada kehidupan (yang hakiki) melainkan kehidupan akhirat, maka ampunilah kaum Anshar dan Muhajirin.”
Masjid Sederhana dengan Fungsi Luar Biasa
Masjid Nabawi yang pertama kali dibangun sangatlah sederhana. Fondasinya terbuat dari batu. Dindingnya terbuat dari batu bata yang terbuat dari tanah liat. Atapnya dari pelepah kurma, sedangkan tiang-tiangnya dari batang kurma. Lantainya masih berupa tanah dan pasir. Tidak ada hiasan mewah atau ornamen yang rumit.
Namun, di balik kesederhanaannya, masjid ini memiliki fungsi yang sangat kompleks dan vital.
-
Pusat Ibadah dan Spiritualitas: Fungsi utamanya tentu sebagai tempat shalat berjamaah, i’tikaf, dan kegiatan ibadah lainnya.
-
Pusat Pendidikan: Masjid Nabawi adalah universitas Islam pertama. Di salah satu sudutnya, terdapat Ash-Shuffah, yaitu tempat bagi para sahabat yang miskin untuk tinggal dan menuntut ilmu langsung dari Rasulullah.
-
Pusat Pemerintahan: Dari masjid inilah Rasulullah mengatur semua urusan negara. Beliau menerima delegasi dari berbagai kabilah dan negara. Beliau juga mengadili perkara dan menetapkan hukum.
-
Markas Militer: Sebelum berangkat jihad, kaum Muslimin berkumpul di masjid. Di sini pula Rasulullah menyusun strategi perang dan memberikan arahan kepada pasukannya.
-
Pusat Kegiatan Sosial: Masjid ini berfungsi sebagai tempat menyalurkan zakat dan sedekah. Ia juga menjadi tempat merawat orang-orang yang sakit.
Dengan demikian, pembangunan Masjid Nabawi adalah langkah jenius dari Rasulullah. Beliau tidak hanya mendirikan sebuah bangunan, tetapi meletakkan pondasi bagi sebuah masyarakat yang berpusat pada ketakwaan, ilmu pengetahuan, keadilan, dan kepedulian sosial.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
