SURAU.CO – Sejarah Islam mengukir banyak nama pahlawan besar. Salah satu yang paling monumental adalah Thariq bin Ziyad. Ia bukanlah seorang khalifah atau pangeran. Ia adalah panglima yang memimpin salah satu penaklukan paling berpengaruh dalam sejarah. Dengan keberaniannya, ia berhasil membuka gerbang Eropa bagi peradaban Islam pada era Bani Umayyah. Kisahnya adalah bukti nyata tentang kekuatan iman dan strategi brilian.
Thariq bin Ziyad memiliki latar belakang yang sederhana. Sebagian besar sejarawan mencatat ia berasal dari suku Berber di Afrika Utara. Ia memulai kariernya sebagai seorang maula atau klien dari Musa bin Nusayr. Musa saat itu menjabat sebagai Gubernur Umayyah di Afrika Utara. Ia melihat potensi luar biasa dalam diri Thariq. Kecerdasan, keberanian, dan kesalehan Thariq membuatnya cepat naik pangkat. Akhirnya, Musa memberinya kepercayaan penuh untuk memimpin pasukan.
Misi Besar Menyeberangi Selat
Kisah penaklukan ini dimulai dari kekacauan di Semenanjung Iberia. Saat itu, wilayah tersebut dikuasai oleh Kerajaan Visigoth. Rajanya yang berkuasa adalah Roderick yang tiran. Seorang bangsawan Visigoth bernama Count Julian meminta bantuan kepada Musa bin Nusayr. Ia ingin membalas dendam atas perlakuan tidak adil dari Raja Roderick.
Melihat peluang ini, Musa segera menyusun rencana. Setelah mendapat izin dari Khalifah Al-Walid I di Damaskus, ia mempersiapkan ekspedisi. Akhirnya, Musa menunjuk Thariq bin Ziyad untuk memimpin misi besar ini. Pada tahun 711 M, Thariq membawa pasukan yang relatif kecil. Sejarah mencatat pasukannya berjumlah antara 7.000 hingga 12.000 tentara. Sebagian besar dari mereka adalah muallaf dari suku Berber.
Mereka menyeberangi selat yang memisahkan Afrika dan Eropa. Mereka mendarat di sebuah gunung batu yang kokoh. Tempat pendaratan itu kini kita kenal dengan nama Gibraltar. Nama itu sendiri berasal dari bahasa Arab, Jabal Thariq, yang berarti Gunung Thariq.
Pidato Pembakar Semangat dan Kapal yang Dibakar
Setelah semua pasukannya mendarat dengan selamat, Thariq melakukan sebuah aksi yang sangat radikal. Ia memerintahkan pasukannya untuk membakar semua kapal yang mereka gunakan. Tindakan ini mengejutkan seluruh pasukannya. Asap hitam membubung ke langit. Kini, tidak ada lagi jalan bagi mereka untuk mundur atau kembali.
Di hadapan pasukannya yang cemas, Thariq menyampaikan pidatonya yang legendaris. Pidato itu membakar semangat jihad mereka hingga ke puncaknya. Ia berseru, “Wahai pasukanku, ke mana kalian akan lari? Lautan ada di belakang kalian, dan musuh ada di hadapan kalian. Demi Allah, kalian hanya punya satu pilihan: kejujuran dan kesabaran!”
Pidato singkat namun kuat itu mengubah ketakutan menjadi keberanian. Pasukan Muslim sadar bahwa mereka hanya bisa maju. Mereka harus bertempur demi kemenangan atau mati syahid. Pilihan untuk lari sudah tidak ada lagi di benak mereka.
Pertempuran Penentu Melawan Roderick
Kabar kedatangan pasukan Muslim segera sampai ke telinga Raja Roderick. Ia menganggap remeh pasukan kecil itu. Dengan sombong, ia mengumpulkan pasukan besar yang berjumlah sekitar 100.000 tentara. Pasukan Muslim kalah jumlah secara telak. Namun, mereka memiliki keunggulan dalam hal semangat dan keyakinan.
Pertempuran dahsyat pun tak terhindarkan. Kedua pasukan bertemu di dekat lembah Sungai Guadalete. Pasukan Visigoth yang besar mengandalkan kekuatan jumlah mereka. Sementara itu, pasukan Muslim bertempur dengan strategi dan disiplin tinggi. Di bawah komando Thariq yang brilian, mereka bertarung dengan gagah berani.
Dengan izin Allah, pasukan Muslim meraih kemenangan yang gemilang. Pasukan Roderick porak-poranda. Sang raja sendiri tewas dalam pertempuran. Kemenangan ini secara efektif meruntuhkan Kerajaan Visigoth yang telah berkuasa selama berabad-abad.
Warisan Sang Penakluk Andalusia
Kemenangan di Guadalete membuka seluruh Spanyol bagi pasukan Islam. Thariq bin Ziyad dan pasukannya terus bergerak maju. Mereka menaklukkan kota-kota penting seperti Cordoba, Granada, dan ibu kota Visigoth, Toledo. Penaklukan ini menjadi fondasi bagi peradaban Islam di Andalusia.
Selama hampir delapan abad berikutnya, Andalusia menjadi pusat ilmu pengetahuan, seni, dan budaya. Warisan Thariq bin Ziyad mengubah wajah Eropa selamanya. Ia bukan sekadar panglima perang. Ia adalah seorang visioner yang taat. Keberanian dan keteguhannya menjadi inspirasi abadi bagi generasi setelahnya.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
