Ilmu untuk Mengangkat Syubhat: Cahaya yang Menyingkap Kegelapan.
Dalam perjalanan iman, seorang muslim pasti akan menghadapi berbagai tantangan. Salah satu tantangan besar adalah munculnya syubhat—kerancuan, kesamaran, atau keraguan dalam memahami ajaran agama. Syubhat bisa datang dari dalam diri (kebodohan atau hawa nafsu), bisa juga dari luar (propaganda, penyimpangan, atau penyusupan ideologi sesat). Dalam kondisi seperti ini, ilmu syar’i menjadi cahaya yang akan mengangkat kabut syubhat dan mengembalikan seseorang kepada jalan yang lurus.
Apa Itu Syubhat?
Syubhat secara bahasa berasal dari kata syabaha (شَبَهَ) yang berarti “menyerupai” atau “menyamarkan.” Dalam istilah agama, syubhat adalah perkara yang samar antara yang haq dan yang batil. Ia tidak terang seperti kebenaran, dan tidak nyata seperti kebatilan. Karena itu, ia sangat berbahaya: ia membingungkan dan menggelincirkan.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
“Syubhat adalah penyakit yang sangat mematikan, sebab ia mematikan hati, mencemari fitrah, dan menjauhkan dari kebenaran.”
Sumber-Sumber Syubhat
Syubhat tidak muncul begitu saja. Ia memiliki sumber dan penyebab, di antaranya:
- Kebodohan (Jahlu): Tidak tahu ilmu agama menyebabkan seseorang mudah tertipu oleh syubhat. Misalnya, orang yang tidak paham akidah bisa mengira semua agama itu sama benarnya.
-
Taklid Buta: Mengikuti tokoh, ustaz, atau kelompok tertentu tanpa ilmu dan tanpa kritis. Syubhat akan cepat menyebar bila diikuti secara fanatik.
-
Syahwat Dunia: Ketika cinta dunia menutupi hati, maka seseorang cenderung mencari pembenaran terhadap penyimpangannya dengan dalih-dalih agama yang samar.
-
Media dan Teknologi: Banyak konten yang menyamaratakan semua pendapat, menyebarkan pemikiran liberal, relativisme kebenaran, hingga paham-paham yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Ilmu adalah Obat Syubhat
Syubhat itu penyakit, dan ilmu adalah obatnya. Allah ﷻ berfirman:
> “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) melainkan Allah.”
(QS. Muhammad: 19)
Ayat ini menunjukkan bahwa ilmu mendahului ucapan dan amal. Ilmu adalah syarat sah dan lurusnya amal.
Rasulullah ﷺ bersabda:
> “Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Allah akan pahamkan ia dalam agama.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Ini menandakan bahwa pemahaman agama adalah benteng terkuat dari syubhat.
Ilmu yang Bagaimana?
Bukan sembarang ilmu yang bisa mengangkat syubhat. Ilmu yang dimaksud adalah ilmu syar’i yang bersumber dari:
- Al-Qur’an yang difahami sesuai pemahaman salaf (generasi awal umat Islam).
-
As-Sunnah yang shahih dan dipahami dengan penjelasan ulama.
-
Ijma’ dan Qiyas yang mu’tabar (diakui).
-
Pemahaman para ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah, yang lurus manhaj-nya dan dikenal keilmuannya.
Tanpa metode ini, orang bisa mengutip ayat dan hadis, tetapi justru menyebarkan syubhat.
Contoh Syubhat yang Sering Muncul
- “Semua agama sama, yang penting berbuat baik.”
→ Padahal Islam mengajarkan bahwa kebenaran itu satu, dan amal baik tanpa akidah yang lurus tidak akan diterima (QS. Ali Imran: 85). -
“Islam jangan dipakai untuk mengatur semua aspek hidup.”
→ Ini pemikiran sekularisme yang menyusup dalam syubhat. Islam adalah way of life yang menyentuh seluruh sisi kehidupan. -
“Hadis tidak usah dipakai, cukup Al-Qur’an saja.”
→ Ini pemikiran ingkar sunnah. Padahal Allah memerintahkan kita mengikuti Rasul (QS. An-Nisa: 80). -
“Kita tidak boleh menyalahkan aliran lain, semua punya dalil.”
→ Dalil bukan sekadar teks, tapi harus sesuai manhaj. Kesesatan tidak bisa ditoleransi hanya karena punya ‘dalil’.
Strategi Mengangkat Syubhat
-
Menuntut Ilmu dengan Tertib
Pelajari akidah terlebih dahulu. Ketahui tauhid, syirik, bid’ah, dan sunnah. Lalu pelajari fiqih, akhlak, dan ilmu-ilmu lainnya. -
Bersahabat dengan Ulama dan Guru yang Lurus
Jangan mencari ilmu dari media sosial saja. Datangi majelis ilmu, ikuti halaqah, atau minimal belajar melalui buku dan kajian terpercaya. -
Membangun Ketajaman Berfikir Islami (fikrah Islamiyyah)
Latih diri membedakan antara dalil dan pendapat pribadi. Jangan cepat percaya pada ucapan yang viral tapi belum tentu benar. -
Berdoa agar Ditetapkan di Atas Kebenaran
Doa paling sering dipanjatkan Nabi ﷺ adalah:
“Yā Muqallibal-qulūb, tsabbit qalbī ‘alā dīnik.”
(“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.”) -
Berpikir Kritis, Bukan Suka Mengkritik
Berpikir kritis bukan berarti suka membantah, tetapi mampu menilai dalil, memisahkan pendapat dari syubhat.
Penutup: Ilmu Adalah Nur
Ibnu Taimiyyah berkata:
“Setiap ucapan yang menyelisihi wahyu adalah syubhat, dan tidak ada yang bisa menghilangkannya kecuali ilmu yang benar.”
Dalam dunia yang penuh kabut syubhat, hanya ilmu yang benar yang menjadi lentera. Ilmu itu bukan hanya menambah wawasan, tapi menyelamatkan akidah, memperkokoh iman, dan menyucikan jiwa.
Mari terus belajar, mengaji, dan menggali ilmu dari sumber yang shahih, agar kita tidak terseret arus syubhat yang menyesatkan. (Iskandar)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
