Sosok
Beranda » Berita » Rasuna Said dalam Politik dan Memperjuangkan Hak Perempuan

Rasuna Said dalam Politik dan Memperjuangkan Hak Perempuan

Rasuna Said dalam Politik dan Memperjuangkan Hak Perempuan.
Hj. Rangkayo Rasuna Said. Sumber foto: Siswamedia

SURAU.CO. Banyak kota di Indonesia menggunakan nama Rasuna Said untuk penamaan jalan. Siapa Rasuna Said? Banyak orang mengira beliau adalah pahlawan Indonesia seorang laki-laki. Tidak ada feminisme dari namanya. Rasuna said adalah tokoh pejuang perempuan dari tanah Minangkabau. Mengapa banyak nama jalan di Indonesia menggunakan nama Rasuna Said sebagai bentuk penghormatan? Siapa rasuna said sesungguhnya dan apa kontribusinya untuk Indonesia?

Dalam sejarah Indonesia, banyak perempuan yang telah menunjukkan kekuatan, ketangguhan, dan keberanian mereka dalam memperjuangkan hak-hak perempuan serta perubahan sosial yang lebih adil. Salah satu tokoh pahlawan perempuan itu adalah Hj Rangkayo Rasuna Said atau yang dikenal dengan Rasuna Said. Rasuna Said terus memperjuangkan untuk memperoleh kesetaraan gender meskipun kerap kali menghadapi tantangan berupa diskriminasi dan ketidaksetaraan. Dengan begitu, Rasuna said membuktikan bahwa kepintaran dan kemahiran perempuan mampu berkontribusi membangun bangsa

Siapa Rasuna Said?

Rasuna Said adalah seorang pahlawan wanita dari tanah Minang. Ia tumbuh dalam keluarga terpandang yang mendukung pendidikan di bawah asuhan ayahnya, H. Said, seorang pengusaha sukses pemilik perusahaan keluarga C.V. Tunaro Yunus. Keluarga H. Said terkenal sebagai keluarga yang taat beragama Islam dan sangat peduli pada pendidikan anak-anaknya. Setelah menikah, Rasuna Said menyandang gelar Rangkayo sebagai simbol kebangsawanan. Rasuna Said lahir pada 14 September 1910 di Maninjau, sebuah desa kecil di Sumatera Barat.

Rasuna Said mendapatkan kesempatan untuk menempuh pendidikan sekolah agama serta terus berkembang mendalami politik. Ia menempuh sekolah dasarnya pada sekolah agama di Maninjau pada tahun 1916 sampai 1921. Setelahnya, Rasuna menempuh pendidikan di Pesantren Ar Rasyidiyah selama 2 tahun, mulai 1921 sampai dengan 1923. Pada saat itu, Syekh Abdul Rasyid memimpin Pesantren ar-Rasyidiyah. Rasuna seorang diri anak perempuan di mayoritas anak laki-laki, namun tidak sekalipun mematahkan semangatnya dalam mengikuti pendidikannya.

Kemudian, Rasuna Said melanjutkan pendidikannya ke sekolah Diniyah Putri Padang Panjang tahun 1923. Pada saat itu, Sekolah Diniyah Putri  dipimpin oleh Zainuddin Labai el-Yanusi.

Hidup Lambat (Slow Living) ala Rasulullah: Menemukan Ketenangan di Kitab Nawawi

Pendidikan Rasuna Said terus berlanjut. Rasuna terus belajar dari tokoh pembaharuan Sumatera Barat, hingga kemudian kembali menempuh pendidikan di Sekolah Putri (Meisjes School) dan Sekolah Sumatera Thawalib.

Rasuna Said Kritis Sejak Muda

Dalam menjalani proses belajar dari tokoh pembaharuan Minangkabau, Rasuna tetap kritis dan terus mencari ilmu yang dia inginkan. Demikian juga saat menempuh pendidikan formal, Rasuna berusaha memasukkan pemikiran-pemikirannya tentang perjuangan perempuan dan politik.

Sekolah Diniyah Putri yang saat itu mengalami pergantian pengelola. Adik Zainuddin, Rahmah el-Yunusiah, melanjutkan pengelolaan sekolah tersebut. Rasuna berteman baik dengan Rahmah dan kemudian menjadi pengajar di sekolah itu. Ketika Rasuna mencoba memasukkan pelajaran politik, Rahmah menolaknya dengan menyatakan bahwa pendidikan lebih strategis daripada politik yang sering kali menimbulkan perpecahan. Maka dari perdebatan itu, Rasuna memilih keluar dari Sekolah Diniyah Putri.

Setelah itu Rasuna belajar kepada tokoh pembaharuan Minangkabau, seperti Haji Rasul (Dr. H. Abdullah Amrullah). Dari sinilah, Rasuna mendapatkan pembaharuan mengenai pemikiran keagamaan dan kebebasan berpikir.

Saat terjadinya bencana letusan Gunung Merapi di Padang panjang, Rasuna balik ke kampung halamannya. Rasuna kembali belajar di  sekolah yang dipimpin oleh H Abdul Majid, seorang kaum tua di desanya. Namun, akibat pengaruh Rasuna belajar di Padang Panjang membuatnya tidak memiliki kecocokan terhadap pemikiran H. Abdul Majid. Di mana menurut Rasuna, pemikiran H. Abdul Majid tidak menerapkan sebuah kemajuan, kebebasan, serta kemerdekaan. Kemudian Rasuna kembali lagi ke Padang Panjang dan mengikuti kajian-kajian dari Haji Rasul.

Riyadus Shalihin dan Fenomena FOMO: Mengapa Kita Takut Tertinggal?

Rasuna menyadari pentingnya keahlian khusus bagi perempuan. Kemudian, Rasuna mempelajari keterampilan perempuan, seperti menjahit, memasak dan keterampilan lain di Meisjes School (Sekolah Putri).

Tahun 1930, Rasuna memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya di Sekolah Sumatra Thawalib. Rasuna berharap agar dapat meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dalam bidang agama dan pendidikan agar bisa memberikan kontribusi kepada masyarakat terhadap pendidikan serta kemajuan kaum perempuan.

Di bawah kepemimpinan Haji Udin Rahmadani, salah satu anggota Sarekat Islam dan tokoh pergerakan Kaum Muda, membentuk kepribadian pejuang Rasuna. Ketika gurunya berpidato, di mana menceritakan pergerakan-pergerakan pemimpin bangsa demi mencapai Indonesia merdeka membuatnya terbakar oleh semangat perjuangan.

Rasuna Said Tokoh yang Memperjuangkan Hak Perempuan

Dalam masyarakat Minangkabau, perempuan memegang peranan penting dalam kehidupan sosial dan budaya. Hal ini memengaruhi pandangan hidup Rasuna sejak usia dini. Rasuna kecil memiliki ketertarikan terhadap isu-isu sosial dan ketidakadilan gender. Kemudian Rasuna sudah mulai tumbuh dewasa dan terlibat dalam dunia jurnalistik dan aktivisme. Dengan pendidikan formal dan nonformal yang Rasuna dapatkan, membekalinya kemampuan berpikir kritis yang menjadikannya fondasi perjuangannya dalam melawan penjajah dan ketidakadilan.

Rasuna Said memulai perjuangannya terhadap kaum perenpuan dari kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi kaum perempuan. Melalui berbagai pidato dan tulisannya di surat kabar, ia terus menyuarakan pentingnya kesetaraan gender dalam akses pendidikan. Rasuna Said meyakini bahwa pendidikan adalah kunci utama untuk mengangkat derajat kaum perempuan dan membebaskan mereka dari diskriminasi sosial.

Urgensi Riyadhus Shalihin sebagai Pondasi Utama Pendidikan Karakter Bangsa

Dalam upayanya memperjuangkan hak-hak perempuan, Rasuna Said aktif dalam organisasi Sarekat Rakyat. Melalui organisasi ini, ia gencar mengkampanyekan pentingnya peran perempuan dalam kehidupan sosial dan politik. Ia menentang keras sistem poligami yang menurutnya sering merugikan kaum perempuan. Kemudian, Rasuna Said juga memperjuangkan hak-hak perempuan dalam bidang ekonomi, dengan mendorong kaum perempuan untuk mandiri secara finansial dengan mengembangkan keterampilan dan berwirausaha

Pada tahun 1930, Rasuna Said mendirikan organisasi Persatuan Muslimin Indonesia (PERMI) cabang wanita. Melalui organisasi ini, ia aktif memberikan pendidikan politik kepada kaum perempuan dan mengajarkan mereka untuk berani menyuarakan pendapat. Kemudian, Rasuna juga mendorong kaum perempuan untuk aktif dalam kegiatan sosial dan politik, tidak hanya berkutat pada urusan rumah tangga. Pemikiran-pemikiran progresifnya ini sering mendapat tantangan dari kaum konservatif. Namun hal tersebut tidak menyurutkan semangatnya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan

Kiprah Rasuna Said dalam Politik

Rasuna Said memulai kiprahnya dalam dunia politik sejak ia aktif dalam organisasi Persatuan Muslimin Indonesia (PERMI). Melalui organisasi ini, ia mulai menyuarakan pemikiran-pemikiran politiknya yang progresif dan nasionalis. Pidato-pidatonya yang berapi-api sering mengkritik kebijakan pemerintah kolonial Belanda yang diskriminatif terhadap pribumi. Namun, aktivitas politik Rasuna Said dianggap membahayakan. Pada tahun 1932 pemerintah kolonial memenjarakan Rasuna di Semarang.

Rasuna sendiri merupakan salah satu perempuan yang aktif dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, terutama dalam melawan penjajahan. Rasuna bergabung dalam pergerakan politik yang menentang kolonialisme yaitu, Sarekat Rakyat tahun 1926 dan kemudian berubah menjadi Partai Sarekat Islam tahun 1930.

Setelah Indonesia merdeka, Rasuna Said semakin aktif dalam dunia politik. Kemudian, Ia terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) periode 1945-1950. Dalam posisinya sebagai anggota DPR-RI, ia terus memperjuangkan hak-hak perempuan dan mendorong keterlibatan perempuan dalam politik. Rasuna Said juga aktif dalam Konstituante (Badan Pembuat Undang-Undang Dasar) pada tahun 1956-1959. Dalam lembaga ini, ia memperjuangkan agar hak-hak perempuan mendapat jaminan konstitusional.

Pemerintah Orde Lama mengangkat Rasuna Said menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA). Dalam posisinya ini, ia sering memberikan masukan-masukan kritis kepada pemerintah terkait kebijakan-kebijakan yang menyangkut kepentingan rakyat, khususnya kaum perempuan. Ia aktif mengkritik kebijakan pemerintah yang dianggap merugikan rakyat kecil. Pemikiran politik Rasuna Said yang progresif dan berani membuatnya dikenal luas sebagai politisi perempuan yang vokal dan berintegritas. Dengan keberaniannya menyuarakan pendapat, Rasuna menunjukkan komitmennya terhadap keadilan dan kesejahteraan rakyat.

Gelar Pahlawan Rasuna Said

Presiden Soeharto menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada Rasuna Said pada 13 Desember 1974 sesuai Surat Keputusan Presiden RI No. 084/TK/Tahun 1974.

Rasuna Said dikenal sebagai “Singa Betina” dari Minangkabau karena perjuangannya yang gigih dalam menyuarakan hak-hak perempuan. Ia percaya bahwa perempuan memiliki peran yang sama pentingnya dengan laki-laki, terutama dalam hal pendidikan dan politik. Rasuna menyuarakan pentingnya akses pendidikan yang layak dan kesetaraan hak politik bagi perempuan melalui tulisan-tulisannya di berbagai media dan pidato-pidato yang disampaikan. Dengan suara yang lantang dan keberanian yang tak tergoyahkan, Rasuna menjadi salah satu aktivis perempuan terkemuka pada masanya.

Rasuna menunjukkan kemampuan oratornya yang luar biasa dan semangat perjuangannya yang gigih dalam dunia politik. Sebagai seorang politisi perempuan, Rasuna Said selalu menekankan pentingnya pendidikan politik bagi kaum perempuan. Ia percaya bahwa keterlibatan perempuan dalam politik adalah hal yang penting untuk memastikan bahwa kepentingan kaum perempuan terwakili dalam pengambilan kebijakan. Melalui berbagai forum dan pertemuan politik, ia terus mendorong kaum perempuan untuk berani terjun ke dunia politik dan mengambil peran dalam pembangunan bangsa.

Warisan pemikirannya tentang kesetaraan gender dan pentingnya peran perempuan dalam pembangunan bangsa masih relevan hingga saat ini dan terus menginspirasi generasi mendatang.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement