Surau.co — Bak belakang sebuah mobil truk yang muncul di hadapan saya, dalam perjalanan di Pantura Cirebon pekan lalu cukup menarik. Jika pada umumnya bak mobil truk memajang kata-kata saru atau jorok, truk ini berbeda. Pendek, namun sarat makna.
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”
Sebuah kalimat yang amat akrab di telinga banyak orang islam. Sebab, ini ayat dalam Al-Quran, yang kerap keluar dari mulut pendakwah saat menguatkan jamaah yang tengah dirundung kesulitan.
Ayat Al-Quran Surat Al-Insyirah pada truk itu seperti pengingat diam-diam. Seolah ingin mencolok mata siapa saja yang sedang kelelahan oleh kehidupan di sepanjang jalan yang di lewatinya, untuk tidak menyerah. Sekeras apapun masalah yang datang dalam kehidupannya.
Kalimat Janji Bukan Motivasi
Ahli tafsir, K.H Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah menjelaskan bahwa Allah SWT dalam ayat itu bermaksud menegaskan salah satu sunnah-Nya yang bersifat umum dan konsisten. Yaitu, memastikan setiap kesulitan pasti disertai oleh kemudahan. Janji itu Allah sampaikan setelah pada ayat sebelumnya, menguraikan anugerah Allah SWT.
Ayat tersebut, kemudian oleh para ahli hukum Islam, menjadi salah satu dasar dalam merumuskan sejumlah kaidah. Antara lain kaidah al-Masyaqqah Tajlibu at-Taisir (kesulitan mendatangkan kemudahan) dan kaidah Idza Dhaqa asy-Syai’u Ittasa (apabila sesuatu telah menyempit, maka ia menjadi luas).
Meski ada salah satu isu yang menjadi perbedaan pendapat para ulama dalam memaknai kata ma’a. sebagian mengartikan bersama, sebagian lain mengartikan setelah. Pakar tafsir az-Zamakhsyari, kata Quraish, menjelaskan bahwa penggunaan kata “bersama” walaupun diartikan sesudah adalah untuk menggambarkan betapa dekat kemudahan dengan kesulitan.
Janji yang dikuatkan Sabda Nabi
Kekasih Allah, Nabi Muhammad SAW meneguhkan janji itu dalam sabdanya :
“Ketahuilah, sesungguhnya pertolongan itu bersama kesabaran, kemenangan bersama kesungguhan, dan sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (HR. Tirmidzi)
Hadits ini memperjelas makna Al-Qur’an bahwa Allah tidak membiarkan hamba-Nya terjerembab dalam kesulitan tanpa jalan keluar. Selalu ada pintu terbuka bagi mereka yang sabar, tawakal, dan terus melangkah.
Bahkan, Nabi sendiri melalui masa-masa tersulit: ditolak kaumnya, kehilangan orang-orang tercinta, hingga terusir dari tanah kelahirannya. Tapi beliau tidak pernah berhenti, dan justru dari itulah Islam tumbuh dan menyebar.
Banyak Bukti di Kehidupan
Bila kita memikirkan secara logika, pilihan diksi bersama kesulitan ada kemudahan terkesan aneh. Bagaimana bisa, kemudahan hadir bersama saat kesulitan masih berlangsung?
Namun, apa yang terlihat dalam kehidupan sering memberi buktinya. Di antara luka, muncul pelajaran. Di tengah kegagalan, tumbuh ketabahan. Dalam kepedihan, lahir kekuatan yang sebelumnya tak pernah disadari seseorang.
Ada banyak kisah yang menggambarkan janji nyata Allah tersebut. Misalnya seorang buruh pabrik yang pernah mengalami PHK saat pandemi, kini justru memiliki rejeki lebih besar sebagai pengusaha. Atau seorang yang gagal skripsi dua kali, tapi justru di masa-masa gagal itu ia menemukan minat baru di bidang fotografi. Dari iseng-iseng memotret teman, kini ia jadi fotografer lepas yang karyanya membuat media melirik bakatnya. Kisah-kisah bangkit dalam keterpurukan itu berseliweran dalam beranda sosial media kita bukan?
Kesulitan itu memang pahit, tapi ia terkadang membawa kita kepada tempat-tempat yang tidak pernah kita sangka. Mungkin itulah maksud ayat itu, bahwa kesulitan dan kemudahan bukan dua fase yang terpisah, melainkan dua sisi dari satu kejadian. Seperti siang dan malam dalam rotasi waktu. Kita hanya perlu bertahan sedikit lebih lama untuk melihat terang.
Yang istimewa, Al-Qur’an sampai menyebut ayat ini dua kali berturut-turut dalam ayat 5 dan 6 surat Al-Insyirah. Seakan ingin menegaskan bahwa ini bukan sekadar hiburan. Ini janji yang pasti datangnya.
Berlaku Bagi yang Ikhtiar
Namun tentu, janji ini berlaku bagi mereka yang mau berusaha dan bersabar. Bukan duduk pasrah dalam keterpurukan. Ayat ini bukan dalih untuk menyerah, melainkan dorongan untuk bangkit. Karena pada setiap kesulitan, ada kemungkinan baru yang sedang menanti.
Jadi jika hari ini hidup terasa berat, kita perlu meyakini, mungkin kita hanya tinggal satu langkah lagi menuju kemudahan. Langit sudah menjanjikannya, tugas kita menjemputnya dengan ikhtiar maksimal.
Penulis : Folly Akbar, Alumni Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga, dan Ponpes Tarbiyatul Banin, Kramat, Cirebon
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
