SURAU.CO – Setiap orang mendambakan kebahagiaan dan ketenangan dalam hidup. Kita sibuk merawat tubuh agar tetap sehat dan bugar. Kita menjaga pola makan dan rutin berolahraga. Namun, seringkali kita melupakan satu organ vital yang tak terlihat. Organ itu adalah hati atau qalb. Dalam ajaran Islam, kesehatan hati bukanlah urusan fisik semata. Ia memiliki dimensi spiritual yang jauh lebih dalam. Proses merawat dan membersihkan hati inilah yang dikenal sebagai Tazkiyatun Nafs atau penyucian jiwa.
Apa Sebenarnya Tazkiyatun Nafs Itu?
Secara sederhana, Tazkiyatun Nafs adalah sebuah upaya sungguh-sungguh untuk membersihkan jiwa. Proses ini bertujuan mengikis habis segala sifat buruk dan penyakit batin. Kemudian, kita menghiasi jiwa dengan akhlak mulia dan sifat-sifat terpuji. Ini bukan sebuah perbaikan instan. Melainkan, ini adalah sebuah proyek seumur hidup. Ia menuntut komitmen, kesabaran, dan kesadaran penuh. Tujuan akhirnya adalah kembali kepada Allah dengan membawa qalbun salim, yaitu hati yang bersih, suci, dan selamat. Hati yang seperti inilah yang akan merasakan ketenangan sejati.
Mengapa Hati Menjadi Pusat Perhatian?
Dalam Islam, hati memegang peranan sebagai pusat kendali. Ia adalah raja yang memerintah seluruh anggota tubuh. Sebuah hadis terkenal menggambarkan hal ini dengan sangat indah. Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa ada segumpal daging di dalam tubuh. Jika ia baik, maka seluruh tubuh akan ikut baik. Jika ia rusak, maka seluruh tubuh pun akan rusak. Segumpal daging itu tidak lain adalah hati.
Dari sini kita belajar sebuah pelajaran penting. Setiap tindakan, ucapan, dan pikiran kita berawal dari kondisi hati. Hati yang bersih akan memancarkan perilaku yang mulia. Ia akan mendorong kita untuk berbuat jujur, adil, dan penuh kasih sayang. Sebaliknya, hati yang kotor akan menjadi sumber keburukan. Ia akan memicu perbuatan tercela dan merusak.
Mengenali Kotoran dan Penyakit Hati
Untuk bisa membersihkan sesuatu, kita harus tahu dulu apa saja kotorannya. Dalam konteks jiwa, kotoran ini adalah penyakit-penyakit hati. Penyakit ini seringkali tidak kita sadari, namun dampaknya sangat merusak. Beberapa di antaranya adalah:
-
Sombong (Kibr): Merasa diri lebih hebat, lebih baik, atau lebih suci dari orang lain. Penyakit ini membuat seseorang sulit menerima kebenaran dan nasihat.
-
Riya’ (Pamer): Melakukan ibadah atau kebaikan bukan karena Allah. Melainkan, ia melakukannya demi pujian dan pengakuan dari manusia.
-
Hasad (Dengki): Merasa benci dan tidak suka saat melihat orang lain mendapatkan nikmat. Bahkan, ia berharap nikmat itu lenyap dari orang tersebut.
-
Bakhil (Kikir): Rasa cinta yang berlebihan terhadap harta. Rasa cinta ini membuatnya sangat enggan untuk berbagi atau menunaikan hak orang lain.
Penyakit-penyakit inilah yang membuat hati menjadi keras dan gelap. Ia menghalangi cahaya petunjuk untuk masuk ke dalam jiwa kita.
Langkah Praktis Menuju Hati yang Bersih
Tazkiyatun Nafs bukanlah konsep teoretis semata. Islam memberikan panduan praktis untuk melakukannya. Beberapa langkah yang bisa kita tempuh antara lain:
-
Bertaubat dengan Sungguh-sungguh: Langkah pertama adalah mengakui kesalahan dan dosa. Kita menyesalinya, lalu berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Taubat membuka pintu ampunan Allah.
-
Melakukan Muhasabah (Evaluasi Diri): Kita perlu meluangkan waktu setiap hari untuk merenung. Kita mengevaluasi setiap perkataan dan perbuatan kita. Apa yang sudah baik? Apa yang masih perlu diperbaiki?
-
Memperbanyak Dzikir (Mengingat Allah): Dzikir ibarat air yang menyirami taman hati yang kering. Mengingat Allah akan melembutkan hati yang keras dan memberikan ketenangan.
-
Menuntut Ilmu Agama: Ilmu adalah cahaya. Dengan belajar, kita bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Kita jadi tahu cara mengobati penyakit hati kita.
-
Beramal Saleh secara Ikhlas: Melakukan kebaikan secara rutin akan membiasakan jiwa pada hal-hal positif. Kuncinya adalah menjaga keikhlasan agar tidak terjerumus pada riya’.
Pada akhirnya, Tazkiyatun Nafs adalah perjalanan personal setiap hamba. Ini adalah sebuah perjuangan mulia untuk memurnikan esensi kemanusiaan kita. Dengan hati yang bersih, kita tidak hanya meraih kebahagiaan di dunia. Lebih dari itu, kita berharap meraih keselamatan abadi di akhirat kelak.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
