Nasional
Beranda » Berita » Benarkah Aphelion Bikin Cuaca Jadi Dingin? Ini Fakta Sebenarnya

Benarkah Aphelion Bikin Cuaca Jadi Dingin? Ini Fakta Sebenarnya

Fenomena Aphelion

SURAU.CO – Setiap tahun, Bumi mencapai titik terjauhnya dari Matahari. Banyak orang menyalahkan fenomena yang disebut aphelion ini sebagai penyebab utama cuaca dingin. Informasi ini menyebar dengan cepat, terutama melalui media sosial dan aplikasi percakapan. Namun, sains dan para ahli cuaca memberikan penjelasan yang sama sekali berbeda. Mari kita bedah fakta sebenarnya di balik peristiwa astronomi yang rutin ini.

Apa Sebenarnya Aphelion Itu?

Pertama-tama, kita perlu memahami cara Bumi bergerak. Orbit Bumi yang mengelilingi Matahari tidaklah bulat sempurna, melainkan berbentuk elips. Anda bisa membayangkannya seperti lingkaran yang sedikit lonjong. Bentuk elips ini membuat jarak antara Bumi dan Matahari selalu berubah sepanjang tahun. Saat Bumi berada di titik terdekatnya dengan Matahari, para astronom menyebutnya perihelion. Sebaliknya, saat Bumi mencapai jarak paling jauh dari Matahari, itulah yang kita sebut aphelion. Fenomena ini merupakan siklus alamiah yang sangat normal.

Membongkar Mitos: Aphelion Bukan Penyebab Suhu Dingin

Informasi keliru sering mengklaim bahwa jarak Bumi yang jauh saat aphelion akan menurunkan suhu secara drastis. Secara logika sederhana, gagasan ini mungkin terdengar masuk akal. Namun, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dengan tegas menepis mitos tersebut. BMKG menegaskan bahwa dampak aphelion terhadap suhu permukaan Bumi sangatlah kecil dan tidak signifikan. Jadi, fenomena ini bukanlah penyebab utama hawa dingin yang kita rasakan.

Sutradara Utama Musim: Kemiringan Sumbu Bumi

Lalu, apa yang sebenarnya mengatur pergantian musim dan suhu di planet kita? Penyebab utamanya bukanlah jarak, melainkan kemiringan sumbu rotasi Bumi sebesar 23,5 derajat. Kemiringan inilah yang menjadi sutradara utama perubahan musim. Saat belahan Bumi utara miring ke arah Matahari, wilayah itu menerima sinar matahari lebih langsung dan mengalami musim panas. Ironisnya, ini justru terjadi saat aphelion pada bulan Juli. Sebaliknya, belahan Bumi selatan yang posisinya menjauh dari Matahari akan mengalami musim dingin. Artinya, kemiringan sumbu memberikan pengaruh yang jauh lebih besar daripada perubahan jarak.

Lalu, Mengapa Indonesia Terasa Dingin di Pertengahan Tahun?

BMKG memberikan penjelasan yang sangat jelas mengenai fenomena ini. Suhu dingin yang sering kita rasakan di Indonesia, khususnya di Jawa hingga Nusa Tenggara, pada bulan Juli-Agustus memiliki penyebab lain. Menurut BMKG, angin muson Australia menjadi penyebab utamanya.

Peduli Sumatera: Saat Saudara Kita Menjerit, Hati Kita Harus Bangkit

Pada periode tersebut, benua Australia sedang mengalami puncak musim dingin. Angin yang bertiup dari benua itu kemudian membawa massa udara yang bersifat kering dan dingin. Angin inilah yang bergerak menuju wilayah Indonesia. Selain itu, musim kemarau membuat langit cenderung bersih dari awan pada malam hari. Tanpa tutupan awan, panas dari permukaan Bumi lebih cepat lepas ke atmosfer. Kombinasi dari angin dingin Australia dan pelepasan panas yang cepat inilah yang menciptakan hawa dingin yang khas, bukan aphelion.

Angin dingin dan kering inilah yang bergerak melintasi Indonesia. Fenomena ini sering disebut “bediding” oleh masyarakat lokal. Udara yang kering juga berarti lebih sedikit awan di langit. Saat malam hari, langit yang bersih tanpa “selimut” awan membuat panas yang diserap permukaan Bumi sepanjang hari lebih cepat lepas kembali ke atmosfer. Kombinasi dari hembusan angin dingin Australia dan pelepasan panas yang cepat inilah yang menciptakan hawa sejuk hingga dingin, terutama pada dini hari. Di beberapa dataran tinggi seperti Dieng, fenomena ini bahkan bisa memunculkan embun es.

Fenomena Normal, Bukan Ancaman

Aphelion adalah fenomena astronomi yang normal dan terjadi setiap tahun. Ia bukanlah biang keladi di balik cuaca dingin yang kita rasakan. Faktor utama yang memengaruhi suhu kita adalah kemiringan sumbu Bumi dan pergerakan angin muson lokal. Jadi, kita tidak perlu khawatir. Anggap saja aphelion sebagai pengingat menakjubkan tentang cara kerja alam semesta kita yang sangat teratur.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement