Sosok
Beranda » Berita » Gus Iqdam: Kyai Milenial Idola Kaum “Garangan”

Gus Iqdam: Kyai Milenial Idola Kaum “Garangan”

Gus Iqdam dan Sabilu Taubah: tempat mengaji bagi orang-orang yang berideologi jalanan, marginal, dan kaum “garangan” yang rindu akan jalan pulang

SURAU.CO.Gus Iqdam, atau Muhammad Iqdam Kholid, adalah sosok dai muda yang tengah menjadi pusat perhatian di dunia maya. Ia kahir di Blitar, Jawa Timur, pada 27 September 1993, dan dikenal luas karena gaya dakwahnya yang unik. Ia mampu menarik perhatian publik melalui bahasa yang santai, renyah, dan penuh humor.

Gus Iqdam tidak hanya menyampaikan ajaran agama Islam, tetapi juga merangkul berbagai kalangan. Anak jalanan, anak punk, pengamen, hingga kaum marjinal, semua mendapat tempat di majelisnya. Ia beikhtiar mengajak membuka pintu taubat bagi mereka yang seringkali dipandang sebelah mata karena masa lalu hitamnya.

Gus Iqdam dan Silsilah Keluarga 

Gus Iqdam lahir sebagai putra bungsu dari pasangan KH. Kholid dan Hj. Lam’atul Waridah. Ia tumbuh dalam keluarga besar yang sarat dengan tradisi keilmuan dan keberkahan ulama. Dari garis ibunya, Gus Iqdam merupakan keturunan KH. Zubaidi Abdul Ghofur—ulama kharismatik yang masyhur dengan sebutan Mbah Yai Bad, putra dari Kiai Ghafur, salah satu tokoh penting di jagat pesantren Jawa Timur.

Tak hanya mewarisi darah ulama, Gus Iqdam juga meneruskan perjuangan dakwah melalui pendirian Pondok Pesantren Mambaul Hikam di Blitar, yang akrab dikenal sebagai Pondok Mantenan. Sejak kecil, ia sudah akrab dengan dunia ngaji, dibimbing langsung oleh pamannya, KH. Dliyauddin Azzamzami. Semangat belajarnya kemudian membawanya mondok ke Pesantren Al-Falah Ploso, Kediri—sebuah lembaga pendidikan yang dikenal kuat dalam tradisi keilmuan pesantren.

Profil Singkat Gus Iqdam

  • Nama                    : Muhammad Iqdam Kholid (Gus Iqdam)
  • Tanggal Lahir      : 27 September 1993
  • Istri                        : Nilatin Nihayah (Ning Nila)
  • Anak                      : Ahmad Novel Zubaidi Al-Munawwir
  • Ayah                      : KH. Kholid
  • Ibu                         : Hj. Lam’atul Waridah (Bu Nyai Rid)
  • Kakek                    : KH. Zubaidi Abdul Ghofur (Yai Bad)
  • Kakek Buyut       : KH. Abdul Ghofur
  • Kakek Canggah  : Nyai Solikhah
  • Kakek Wareng    : Kiai Asnawi (Trenggalek)
  • Pesantren            : PP. Al-Falah Ploso Kediri

“Garangan”: Konsep Unik dalam Dakwah Gus Iqdam

Gus Iqdam memiliki cara pandang yang berbeda terhadap istilah “garangan.” Dalam bahasa Jawa, garangan merujuk pada binatang pemakan segala, yang seringkali diasosiasikan dengan sifat ganas dan liar.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Namun, baginya, “garangan” adalah sebutan bagi jamaah Sabilu Taubah (ST) yang “nyell,” berasal dari kalangan anak jalanan dan mereka yang ingin bertobat. Melalui majelisnya, Gus Iqdam ingin memberikan wadah bagi mereka untuk belajar agama dan mendekatkan diri kepada Allah.

Sabilu Taubah: Jalan Taubat ala Gus Iqdam

Gus Iqdam mendirikan Majelis Ta’lim Sabilu Taubah di Desa Karanggayam, Kabupaten Blitar. Nama “Sabilu Taubah” berarti “jalan taubat.” Majelis ini terbuka untuk semua kalangan, bahkan bagi mereka yang belum memiliki pengetahuan agama yang mendalam.

Gus Iqdam mengajak siapa saja—tanpa memandang latar belakang—untuk bersama-sama ngaji dan memperbaiki diri. Baginya, ngaji bukan sekadar rutinitas keagamaan, tapi sumber energi yang menggerakkan jiwa dan raga. Ia sering mengibaratkan ngaji sebagai “bensin kehidupan” yang membuat hati tetap hidup dan langkah tidak kehilangan arah.

Gaya Dakwah yang Memikat Hati

Gus Iqdam memiliki gaya dakwah yang khas dan mudah diterima oleh berbagai kalangan. Ia menggunakan bahasa yang sederhana, penuh humor, dan dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Ia juga kerap menggunakan istilah-istilah unik, seperti “dekengane pusat” (Allah SWT sebagai sandaran utama), “ST Nyell” (Sabilu Taubah Total), “garangan,” dan “wonge teko” (pentingnya hadir ngaji).

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Ia menjelaskan bahwa ngaji menjadi salah satu cara untuk mengatur jiwa, mengolah pikiran dan ruhani.

Dai yang Merangkul Perubahan

Gus Iqdam memanfaatkan platform digital seperti YouTube, TikTok, dan media sosial lainnya untuk menyebarkan dakwahnya. Video ceramahnya seringkali viral dan menjangkau generasi milenial dan Gen Z.  Ia berhasil mengemas pengajian dengan gaya yang kekinian tanpa meninggalkan nilai-nilai keislaman Ahlussunnah wal Jama’ah dan sanad keilmuan ala pesantren salaf.

Pemimpin Markas ST Pusat ini adalah sosok dai muda yang mampu membawa angin segar dalam dunia dakwah. Dengan pendekatan yang unik, ia berhasil merangkul berbagai kalangan dan membuka pintu taubat bagi mereka yang ingin berubah.

Dengan gaya dakwah yang santai, humoris, dan dekat dengan realita kehidupan sehari-hari, Gus Iqdam berhasil mencuri perhatian banyak kalangan. Ia menjadi panutan karena mampu menyampaikan nilai-nilai agama dengan cara yang segar, ringan, namun tetap mendalam. Dengan pendekatan yang khas, ia membuktikan bahwa dakwah tak harus kaku. Justru lewat gaya yang santai dan membumi, Ia mampu menjadikan dakwah terasa dekat, menarik, untuk para santri, anak muda, hingga kaum garangan yang sedang mencari jalan pulang.(kareemustofa)

Meneladani Seni Hidup Imam Nawawi: Kunci Keseimbangan Dunia dan Akhirat

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement