SURAU.CO. Istilah “akhlak” sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Istilah ini banyak dipakai ketika sesorang mulai belajar bergaul dan lain sebagainya. Bahkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memakai istilah ini menjadi singkatan. Namun, apa sebenarnya pengertian akhlak yang sebenarnya?
Akhlak merupakan satau kata yang mempunyai makna yang jauh lebih dalam. untuk memahaminya ada beberapa cara antara lain menelusuri asal-usul katanya hingga pendapat para ulama terkemuka. Salah satunya adalah dari Imam Ghazali.
Ajaran Islam
Salah satu ajaran pokok dari agama Islam yang dibawa Rasulullah Muhammad SAW adalah konsepsi penyempurnaan akhlak. Misi ini bersifat universal dan abadi, yaitu untuk seluruh manusia dan berlaku sepanjang masa, karena merupakan inti ajaran Islam yang membimbing kehidupan jiwa serta menentukan hakikat dan martabat manusia. Mengenai misi pokoknya yang berkaitan dengan penyempurnaan akhlak, beliau bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلاَقِ (رواه البيهقي والبزار)
“Sesungguhnya aku diciptakan untuk melengkapi kesempurnaan akhlak”. (HR. Baihaqi, No: 20571, Bazzar, No: 8949).
Kebenaran sabda beliau terbukti dalam seluruh aspek sejarah kehidupannya. Meskipun hidup dalam lingkungan masyarakat jahiliyah, pribadinya yang agung tidak pernah tercela dan justru berhasil mengubah zaman.
Dengan keluhuran akhlaknya, dalam waktu yang relatif singkat, beliau mampu mengubah masyarakat terbelakang menjadi masyarakat maju yang beriman, bertakwa, dan menentukan arah sejarah dunia. Kemuliaan budi pekerti Nabi Muhammad SAW ini bahkan diabadikan langsung oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٖ
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (QS Al-Qalam, 68:4).
Asal-Usul dan Maknanya
Secara etimologis, akar kata khuluq adalah khalaqa. Kata kerja ini berarti “menciptakan”. Hal ini menunjukkan hubungan erat antara akhlak (karakter) dengan penciptaan manusia itu sendiri. Akhlak seolah cermin menjadian dari kondisi batin seseorang. Kata “akhlak” berasal dari bahasa Arab. Kata ini merupakan bentuk jamak (jamak) dari katakhuluq.Khuluq memiliki arti dasar seperti perangai atau adat istiadat. Bahasa Indonesia telah menyerap kata ini secara resmi.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) membuktikan hal tersebut. KBBI mengartikan akhlak secara sederhana. Artinya adalah “budi pekerti” atau “kelakuan”. KBBI juga menyinonimkan budi pekerti dengan tingkah laku dan watak.
Dari sini, kita mendapat gambaran awal. Akhlak mencakup segala perilaku dan tindakan manusia. Baik itu dalam bentuk ucapan maupun perbuatan nyata.
Definisi Mendasar
Secara etimologis, akar katakhuluqadalahkhalaqa. Kata kerja ini berarti “menciptakan”. Hal ini menunjukkan hubungan erat antara akhlak (karakter) dengan penciptaan manusia itu sendiri. Akhlak seolah cermin menjadian dari kondisi batin seseorang.
Para ahli menyimpulkan sebuah definisi mendasar. Akhlak adalah sikap yang telah tertanam kuat dalam jiwa. Sikap ini kemudian terwujud secara spontan dalam perilaku. Artinya, tindakan tersebut muncul tanpa perlu berpikir panjang.
Perilaku spontan ini memiliki dua kategori utama. pertama adalah akhlakul mahmudah atau akhlak terpuji. Jika tindakan spontan itu baik menurut akal dan agama, maka ia disebut akhlak terpuji. Istilah lainnya adalahakhlak mulia.
Sedangkan yang kedua adalah akhlakul madzmumah atau akhlak tercela. penjelasannya terbalik dengan akhlak mahmudah. Akhlak madzmumah jika tindakan yang muncul itu buruk, maka ia disebut akhlak tercela. Jadi, akhlak bukan sekedar tindakan yang dibuat-buat melainkan cerminan sejati dari apa yang ada di dalam jiwa seseorang.
Pengertian Akhlak Menurut Para Ulama Besar
Para cendekiawan Muslim memberikan definisi yang lebih spesifik. Meski redaksinya berbeda, esensinya tetap sama. Mereka semua sepakat bahwa akhlak bersumber dari dalam jiwa. Berikut adalah beberapa pandangan ulama terkemuka tentang pengertian akhlak.
Imam Al-Ghazali, seorang filsuf dan teolog besar, memberikan definisi yang sangat populer. “Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dengan kokoh di dalam jiwa manusia, yang menjadi sumber kahirnya perbuatan-perbuatan, tindakan-tindakan dengan mudah dan mudah tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. Jika keadaan itu menjadi sumber lahirnya perbuatan-perbuatan yang terpuji dan indah, baik menurut akal maupun hukum, menyebutnya dengan akhlak yang baik (khuluq hasan). Namun jika keadaan itu menjadi sumber lahirnya perbuatan-perbuatan jelek dan kotor, maka menyebutnya akhlak kotor (khuluq sayyi’).
Sementara Ibnu Miskawaih, seorang kritikus dan filsuf, juga tekanan aspek kejiwaan menyebut sebagai berikut,” Akhlak ialah keadaan yang dimiliki jiwa yang dapat mendorongnya untuk berbuat demikian tanpa ada pemikiran dan pertimbangan.” sedangkan Abu Bakar Jabir al-Jazairimenjelaskan bahwa akhlak adalah sumber dari segala perbuatan.
“Akhlak ialah keadaan yang sangat kokoh di dalam jiwa yang menjadi sumber lahirnya perbuatan-perbuatan yang dikehendaki dan yang diinginkan, baik perbuatan yang baik maupun yang buruk, perbuatan yang indah maupun yang jelek.” ujarnya dalam Minhaj al-Muslim
Ulama lain seperti Al-Qurthubi mendefiniksikan akhlak dengan tata krama yang menyatu dengan diri. “Akhlak adalah segala sesuatu yang dijadikan manusia di dalam dirinya sebagai tata krama, kesantunan, (adab) sebagai bagian dari penciptaannya,” katanya dalam tafsir al-Qurthuby, Juz VIII.
Sementara itu,Muhammad bin Ilaan asy-Shadieqymenyoroti kemudahan dalam berbuat baik. “Pengertian akhlak adalah kemampuan yang terdapat di dalam jiwa manusia yang menyebabkan ia mampu melahirkan perbuatan-perbuatan yang baik dengan cara yang mudah (tanpa dorongan dari orang lain),” ungkapnya
Inti Sari dari Berbagai Pandangan
Meskipun definisinya beragam, para ulama menyetujui beberapa unsur esensial. Semua pengertian akhlak mengandung beberapa catatan yaitu bersumber dari kondisi jiwa yang stabil, perilaku yang muncul bersifat spontan dan mudah. Selain itu akhlak adalah tindakan tersebut berlangsung tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan yang mendalam.
Kemudian unsur akhlak lainnya adalah perilaku sudah menjadi sebuah kebiasaan yang disadari. Pada hakikatnya, akhlak adalah kualitas jiwa. Kualitas inilah yang secara otomatis membentuk perilaku sehari-hari seseorang. Ia adalah cerminan asli dari karakter, bukan sekedar penampilan luar yang sesaat. Pemahaman hal ini membantu kita untuk fokus memperbaiki diri dari dalam, bukan hanya dari luar.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
