SURAU.CO. Sebuah kisah menakjubkan datang dari khazanah klasik Islam. Cerita ini menyoroti kekuatan doa, ketulusan, dan luasnya pengampunan Tuhan. Kisah ini tentang seorang yang gemar meminum khamar dan hamba sahayanya yang patuh. Serta seorang sufi agung yang doanya mustajab.
Semua bermula pada suatu hari yang biasa. Sang tuan peminum khamar hendak mengadakan pesta. Ia menjamu kawan-kawannya dengan meriah. Tentu saja, berbagai hidangan lezat telah disajikan. Namun, dia merasa ada yang kurang. Ia membutuhkan buah-buahan segar sebagai pelengkap jamuan.
Maka, ia memanggil hamba sahayanya. Sang tuan memberikan uang sebesar empat dirham. Ia memerintahkan budaknya untuk segera pergi ke pasar. Uang itu harus dibelanjakan untuk buah-buahan terbaik. Hamba sahaya itu pun menjalankan perintah lokomotif.
Perjumpaan yang Mengubah Segalanya
Dalam perjalanannya menuju pasar, hamba sahaya itu melewati suatu keramaian. Di sana, ia melihat seorang ulama sufi yang sangat dihormati. Sosok itu adalah Syekh Mansur bin Ammar. Nama lengkap beliau Abu Sari Mansur bin Ammar As-Sulami Al-Khurasani. Beliau masyhur dengan gelar Al-Wa’id, sang pemberi peringatan. Nasihat-nasihatnya menggema di tiga kota besar: Irak, Syam, dan Mesir.
Saat itu, Syekh Mansur sedang menggalang dana. Donasi tersebut akan disalurkan kepada kaum fakir miskin. Untuk menarik minat orang bersedekah, Syekh Mansur membuat sebuah penawaran unik.
“Barang siapa yang memberikan empat dirham maka saya akan mendoakannya empat kali,” seru Syekh Mansur.
Hati hamba sahaya itu tergetar hebat. Ia memegang erat empat dirham miliknya. Sebuah pilihan sulit ada di hadapannya. Ia bisa saja membeli buah untuk pesta. Namun, tawaran empat doa mustajab terasa lebih berharga. Tanpa ragu, ia menyerahkan seluruh uangnya kepada Syekh Mansur.
Hamba Sahaya dan Empat Permintaan Mulia
Syekh Mansur menepati janjinya. Ia menatap hamba sahaya itu dengan lembut.
“Apakah apa yang kamu inginkan dariku?” tanya sang sufi.
Hamba sahaya itu menjawab dengan permintaan pertamanya. permintaan yang lahir dari lubuk jantung yang paling dalam.
“Saya ingin merdeka,” jawabnya.
Syekh Mansur mengangguk lalu bertanya lagi.
“Apalagi,” kata Mansur.
“Saya ingin Allah SWT menggantikan beberapa dirhamku,” katanya.
Permintaan kedua ini menunjukkan kepeduliannya pada amanah. Ia tidak ingin Meirugi merugi karena tindakannya.
“Apakah ada yang lain,” ujar Mansur.
“Aku ingin engkau mendoakan agar Allah SWT menerima taubatku,” katanya.
Kemunculan ketiga ini menunjukkan kesadaran spiritualnya. Ia tidak hanya memikirkan dunia, tetapi juga akhirat.
“Setelah itu apalagi?” ujar Mansur.
“Aku inging engkau berdoa agar Allah mengampuniku, tuanku, dirimu dan orang banyak,” ujarnya.
Doa keempat ini sungguh luar biasa. Ia tidak hanya mendoakan dirinya sendiri. Ia juga memohon belas kasihan atas kekeliruan yang melakukan maksiat. Apalagi untuk sang sufi dan seluruh orang yang hadir. Syekh Mansur pun mengangkat tangan. Ia mendoakan semua permintaan mulia itu dengan khusyuk.
Keajaiban yang terjadi secara tiba-tiba
Setelah mengaminkan doanya, hamba sahaya itu pulang. Tentu saja ia terlambat dan tidak membawa apa-apa. Tuannya sudah menunggu dengan wajah masam.
“Kenapa kamu terlambat,” tegur sang tuan.
Hamba sahaya itu menceritakan seluruh kejadian yang baru ia alami. Ia menjelaskan pertemuannya dengan Syekh Mansur bin Ammar. Ia juga mengisahkan tentang sedekah empat dirham dan empat doa sebaliknya.
Tuannya terdiam sejenak, lalu rasa penasarannya mengalahkan amarahnya.
“Apa saja yang didoakan oleh Mansur bin Ammar,” tanya bertanya-tanya.
“Pertama, saya ingin menjadi manusia merdeka,” ucap hamba sahaya itu.
Mendengar itu, hatinya luluh.
“Sekarang kamu telah merdeka maka segeralah pergi,” jawabnya seketika. Hamba sahaya itu melanjutkan penjelasannya.
“Doa kedua agar Allah menggantikan dirham yang sedang aku pegang,” ucapnya.
“Saya akan memberi 4000 dirham,” jawabnya tanpa berpikir panjang. Syekh Mansur kemudiab melanjutkan doa yang ketiga.
“Adapun doa ketiga adalah agar Allah SWT menerima tobatmu,” ucapnya.
“Keempat saya meminta Mansur bin Ammar supaya mendoakan agar menganpuni aku, mengampuni tuanku, dan mengampuni orang banyak,” katanya.
Mimpi
Mendengar doa keempat ini, membuatnya terkejut. Ia merasa tidak berdaya.
“Ini yang tidak aku punya,” jawabnya lirih. Ia bisa memerdekakan budak, memberi harta, dan bernegosiasi. Namun, ampunan bagi banyak orang adalah murni hak prerogatif Allah.
Malam itu, sang tuan tidur dengan hati yang nyaman. Dalam tidurnya, ia bermimpi. Sebuah suara berkata kepadanya, “Engkau telah mengerjakan sesuatu yang kamu pinjamkan untuk kepentinganmu. Dan Aku tidak bekerja untuk kepentingan-Ku. Aku telah mengampunimu, hamba sahayamu, Mansur bin Ammar dan orang-orang yang hadir.”
Kisah agung ini dinukil dari kitabRisalah Qusyairiyah. Kitab ini merupakan karya besar Imam Abu Qasim Abdul Karim Hawazin al-Qusyairi. Dari cerita ini, kita belajar bahwa doa orang saleh sangat mudah dikabulkan Allah SWT. Apalagi dalam kisah ini, doa ijabah terjadi secara langsung dan beruntun.
Wallahu a’lam.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
