Sosok
Beranda » Berita » KH Abbas Abdul Jamil, Ulama Kharismatis yang Diusulkan Menjadi Pahlawan Nasional

KH Abbas Abdul Jamil, Ulama Kharismatis yang Diusulkan Menjadi Pahlawan Nasional

Kiai Abbas Abdul Jamil adalah ulama kharsimatis yang perannya penting dalam pertempuran 10 November
KH Abbas Abdul Jamil, ulama Buntet yang diusulkan menjadi Pahlawan Nasional salah satu alasannya adalah kiprah dalam Pertempuran Surabaya. ( Foto dok. buntetpesantren.id)

SURAU.CO. Kementerian Sosial (Kemensos) bergerak maju. Mereka menyampaikan usulan gelar Pahlawan Nasional kepada KH Abbas Abdul Jamil.  beberapa waktu lalu Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Tingkat Pusat (TP2GP)  mengunjungi Pesantren Pondok Buntet untuk mengonfirmasi data dan peninggalan sang kiai.

Menurut Edy Suharto, Staf Ahli Menteri Bidang Perubahan dan Dinamika Sosial, memberikan penjelasan. Ia menyatakan berkas usulan Kiai Abbas sudah lengkap dan syarat-syarat yang disampaikan oleh Kemensos telah terpenuhi.  Tim menemukan kesesuaian antara data usulan dengan fakta di lapangan. Hal ini memperkuat argumen kelayakan Kiai Abbas. Bupati Cirebon, Imron Rosyadi, juga mendukung. Ia menyebut Kiai Abbas sebagai tokoh besar. Peranannya tidak hanya diakui di Cirebon. Kiprahnya bahkan menggema secara nasional. Banyak peristiwa penting kemerdekaan yang melibatkan peran sentral beliau. Salah satunya adalah Pertempuran 10 November di Surabaya.

Sosok Ulama Multidimensi: Dari Pertempuran hingga Kitab Kuning

Nama KH Abbas Abdul Jamil identik dengan karomah dan keilmuan. Banyak orang yang mengenalnya sebagai ulama sakti. Berbagai cerita lisan mengisahkan peran heroiknya dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.  Kisah kesaktiannya melegenda. Ada cerita sorban dan tasbihnya menjatuhkan pesawat tempur. Ada pula yang menyebut lemparan kacang hijaunya begitu dahsyat. Bahkan, alu penumbuk padi disebut beterbangan atas izin Allah.

Semua itu berkat doa yang beliau panjatkan. Warga Nahdliyin meyakini Kiai Abbas berhasil merontokkan pesawat musuh. Beliau dijuluki “Singa Jawa Barat” yang dinanti oleh KH Hasyim Asy’ari. Tidak hanya itu, Kiai Abbas juga ahli bela diri. H Ahmad Zaeni Hasan menceritakan sebuah peristiwa dimana preman menodongkan pisau ke leher Kiai Abbas. Saat itu, beliau tengah memegang Al-Qur’an. Para santri bermaksud menyergap, namun beliau mencegahnya. Dengan gerakan kilat, Kiai Abbas berhasil melumpuhkan preman itu. 

Di balik sosoknya yang heroik, Kiai Abbas adalah seorang alim. Beliau menguasai berbagai cabang ilmu agama. Pengetahuannya dalam ilmu perbandingan mazhab fiqih sangat luas. KH Ibrahim Hosen mengaku terinspirasi olehnya. Hal itu mendorongnya studi perbandingan mazhab di Al-Azhar, Mesir. “Fiqih itu luas. Jangan dibahas pada satu mazhab saja,” pesan Kiai Abbas kepadanya.

Membangun Etos Kerja Muslim yang Unggul Berdasarkan Kitab Riyadus Shalihin

Kiai Abbas juga mengajar kitab-kitab tingkat tinggi. Ia pernah mengajarkan Tafsir al-Jawahir dan Tafsir Fakhrurrozi. Gus Nadirsyah Hosen putra Kiai Ibrahim Hosen mencatat sebuah kisah menarik. Ayahnya, Kiai Ibrahim, ingin belajar kitab Jam’ul Jawami’. Kiai Abbas meminta waktu untuk mempelajarinya terlebih dahulu. “Kiai Abbas mengaku belum terlalu menguasai kitab itu,” tulis Gus Nadir. Beberapa hari kemudian, Kiai Abbas memanggil kembali Kiai Ibrahim. Beliau pun mengajarkan kitab ushul fiqih karya Imam al-Subki itu dengan sangat lancar.

Pemimpin Spiritual dan Pribadi yang Tawadhu

Ilmunya yang luas (tabahhur) adalah hasil perjalanan panjang. Beliau berkelana dari pesantren ke pesantren di Jawa. Rihlah ilmiahnya bahkan sampai ke Makkah. Di sana, ia belajar dari ulama terkemuka, termasuk Syekh Mahfudz Termas. Syekh Yasin bin Isa al-Fadani bahkan menyebut Kiai Abbas sebagai ulama hebat hasil didikan Syekh Mahfudz.

Selain alim, Kiai Abbas adalah seorang mursyid tarekat. Beliau merupakan Mursyid Tarekat Syatariyah. Sanadnya tersambung dari ayahnya, KH Abdul Jamil. Konon, beliau juga seorang Muqaddam Tarekat Tijaniyah. Hal ini tampak dari sebuah ijazah mengangkat mursyid yang beliau tulis.

Sifat tawadhu (rendah hati) Kiai Abbas sangat luar biasa. Beliau juga ahli dalam Qira’at atau seni membaca Al-Qur’an. Namun, ada fakta yang mencengangkan. Kiai Abbas justru mengambil sanad Al-Qur’an dari santrinya sendiri. Santri itu adalah KH Tb Sholeh Ma’mun. Ini menunjukkan bahwa Kiai Abbas tidak pernah merasa lebih tinggi dari orang lain.

Peran simbolis dan praktisnya dalam perjuangan sangat jelas. Beliau mendukung penuh Resolusi Jihad KH Hasyim Asy’ari. Beliau juga menggerakkan laskar Hizbullah untuk mewujudkannya. Dengan segala kontribusi besarnya, usulan gelar Pahlawan Nasional untuk Kiai Abbas menjadi sangat pantas.

Frugal Living Ala Nabi: Menemukan Kebahagiaan Lewat Pintu Qanaah


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement