Khazanah
Beranda » Berita » Turots Nusantara dan Pelestarian Warisan Intelektual Ulama

Turots Nusantara dan Pelestarian Warisan Intelektual Ulama

Nahdlatut Turots meluncurkan Jelajah Turots Nusantara
Nahdlatut Turots meluncurkan Jelajah Turots Nusantara yang bertujuan memuliakan warisan intelektual ulama, dimulai dari Kudus. ( foto dok. nu.or.id)

SURAU.CO. Asosiasi Nahdlatut Turots (NT) menginisiasi sebuah gerakan nasional terhadap warisan intelektual ulama Organisasi yang mewadahi para pegiat, peneliti, dan pemilik naskah keilmuan pesantren akan menggelar gerakan Jelajah Turots Nusantara (Jalantara). Inisiatif besar ini lahir atas dorongan kuat dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Rais Aam PBNU, KH. Miftachul Akhyar, secara khusus memberikan perhatian serius terhadap gerakan ini.

Selama ini, Nahdlatut Turots aktif  dalam beberpa keigatan terkait pelestarian turots antara lain dengan inventarisasi, konservasi, hingga revitalisasi manuskrip. Mereka juga mengerjakan cetak tua dan karya tulis ulama lainnya. Kiprah NT ini sejalan dengan visi besar PBNU. “Menurut Romo Kiai Miftah, apa yang dilakukan Nahdlatut Turots ini selaras dengan visi Nahdlatul Ulama dalam membangun peradaban. Turots ulama inilah yang harus mengisi peradaban tersebut,” ungkap Ketua Nahdlatut Turots, KH. Ustman Hasan Al-Akhyari, dalam konferensi pers pada Sabtu (5/7/2025).

Perluasan Gerakan ke Seluruh Indonesia

Karena kesamaan visi tersebut, Kiai Miftachul Akhyar mendorong NT lebih berkembang.  Beliau ingin gerakan ini kaku dan memperluas  jangkauannya tidak boleh hanya sebagian di Jawa dan Madura. Gerakan ini harus menyebar ke seluruh pelosok Indonesia. “Dorongan ini kami wujudkan dengan menggelar Jelajah Turots Nusantara yang nantinya akan mencakup seluruh Indonesia,” terang Kiai Ustman.

Jelajah Turots Nusantara akan berlangsung pada lima zona besar. Zona tersebut meliputi Jawa-Madura, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, dan Indonesia Timur. Setiap zona akan menjadi lokus gerakan turots yang terstruktur dan masif.

Sebagai gelaran perdana, Jalantara akan dimulai dari Zona Jawa-Madura. Panitia memilih Kabupaten Kudus sebagai lokasipermulaan. Acara ini akan dipusatkan di kawasan Masjid Menara Kudus. Kegiatan pembukaan dimulai pada 13 Juli mendatang.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Mulai dari Kudus

Ketua Panitia Jalantara, Ayung Notonegoro, menjelaskan alasan pemilihan Kudus. Kota ini memiliki posisi historis yang sangat penting. “Kudus memiliki positioning penting dalam lanskap turots ulama Nusantara. Di kota ini, tidak hanya ada Sunan Kudus sebagai sosok Walisongo yang masyhur. Tapi, dari kota ini juga banyak melahirkan para ulama mumpuni yang memiliki peninggalan karya tulis ilmiah. Ini bisa menjadi inspirasi gerakan pemuliaan turots di Zona Jawa-Madura,” ungkapnya.

Salah satu fokus utama dalam acara di Kudus adalah Syaikh Abdul Hamid Kudus (w. 1334 H). Beliau merupakan ulama besar asli Kudus yang berkarier di Makkah. Di sana, beliau mengajar di Masjidil Haram dan menulis banyak kitab.
“Selama ini, Syaikh Abdul Hamid Kudus ini sering kali babyang yang menyangka sebagai ulama asal Timur Tengah. Padahal dari sejumlah bukti yang kuat, dia merupakan keturunan Kudus, Jawa Tengah. Dengan kegiatan ini, kami bermaksud menghadirkannya kembali di kampung halamannya,” terang Ayung.

Dalam acara ada berbagai kegiatan menarik. Akan ada Pengajian Akbar, seminar nasional, hingga pameran turots. Puncaknya adalah peluncuran kitab yang mengangkat sosok Syaikh Abdul Hamid Kudus. “Akan banyak kiai, cendekiawan, akademisi, hingga peneliti yang akan terlibat dalam kegiatan ini.Di antaranya adalah KH.Miftahul Achyar sendiri, Kiai Zulfa Mustofa, Gus Rozin, dan lain sebagainya,” imbuh pendiri Komunitas Pegon itu.

Meningkatkan Kapasitas Pelestari Naskah

Selain acara utama, panitia juga mengadakan Workshop Jalantara. Lokakarya ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis bagi pegiat turot. Sasarannya adalah para pemilik naskah, pengurus pesantren, dan komunitas pernaskahan. “Setelah dibekali ilmu, mereka nanti akan diaktivasi untuk pemuliaan turots di daerahnya masing-masing. Mulai dari tahapan preservasi, digitalisasi hingga desiminasinya,” papar Ayung.

Kegiatan ini berlangsung secara terbuka dan umum. Harapannya, kesadaran masyarakat untuk menjaga warisan intelektual ulama akan meningkat. Kerja bersama semua pihak menjadi kunci keberhasilan gerakan ini. “Kami berterima kasih secara khusus kepada Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK), Pemkab Kudus, UIN Sunan Kudus, Struktural Nahdlatul Ulama, Pesantren Bendan dan seluruh pemangku kepentingan yang terlibat menyukseskan kegiatan ini,” pungkas Ayung.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Turots dan  Nahdlatut Turats

Turots adalah sebuah istilah yang mungkin banyak dari kita yang sempat nyantri di pondok pernah bersinggungan dengan istilah turots ini. berbagai kitab kuning yang ada di pesantren merupakan bagian dari turots itu sendiri. Walaupun pada dasarnya makna turots tidak melulu harus berupa teks.

Dalam bahasa Arab, “turats” berarti warisan, sering terkait juga dengan kebudayaan dan peradaban. Turats adalah sesuatu yang bernilai tinggi, khususnya berupa tulisan, karya sastra, dan pengetahuan yang terwariskan secara temurun dari generasi ke generasi.

KH Makruf Amin menyebut bahwa turots atau karya tertulis warisan budaya Islam menjadi penanda Islam di Indonesia yang kaya dengan pengetahuan dan kebudayaan zaman dahulu. Untuk itu, Turots Ulama Indonesia dapat menjadi identitas keislaman bangsa sebagai dasar dalam mengembangkan konsep membangun Indonesia maju sesuai dengan keadaan yang terjadi saat ini.

Koordinator Nahdlatut Turats Lora Usman Kholil menyampaikan bahwa pembentukan organisasinya bertujuan mendakwahkan karya-karya ulama Nusantara yang masih berserakan. Karya tersebut akan didigitalisasi selain juga memelihara  kitab fisiknya hingga mencetak dan menyebarkan ke masyarakat.

Empat langkah

Melansir laman nu.or.id. filolog Pesantren Ahmad Ginanjar Sya’ban menjelaskan pembentukan Nahdlatut Turats dalam rangka membumikan dan menyebarkan ajaran para ulama Nusantara. Untuk mencapai tujuan itu, ia kedepan ada empat langkah prigram. Pertama, melakukan pendataan pesantren tua, karya-karya ulamanya, kitab cetakan lama yang sudah tidak ada manuskripnya, arsip, dokumen dan lainnya.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Kedua, Nahdlatut Turats akan membuat pola dan pemetaan dari data yang sudah terkumpul.Selama ini belum terpetakan secara baik.  Ketiga, rutin mengadakan pameran turats, membuka jaringan intelektual, sehingga wacana mengenai sanad dan pengetahuan keagamaan menjadi utuh. Keempat, mengupayakan untuk meningkatkan penerbitan karya ulama Nusantara.

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement