Opinion Pendidikan
Beranda » Berita » Menguatkan Transisi PAUD ke SD Yang Menyenangkan

Menguatkan Transisi PAUD ke SD Yang Menyenangkan

AI

AI

Oleh : Ika Rinawati, S.Pd. 

Menguatkan transisi PAUD ke SD yang menyenangkan.

Itulah yang dicanangkan saat dimulainya Tahun Pelajaran Baru.  Hal ini menjadi  tantangan saat adanya peralihan masa sekolah dari jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) atau TK menuju Sekolah Dasar (SD) menjadi hal yang ditekankan dalam pendidikan yang ada saat ini. Maka munculah Gerakan transisi PAUD ke SD yang menyenangkan.

Mengapa harus adanya transisi PAUD ke SD?. Bukankah sejak dulu masuk SD di kelas 1 dari TK menjadi sesuatu yang alamiah. Ritme waktu yang selalu terulang disetiap tahun Pelajaran baru.

Tidak Calistung

Generasi Sandwich dan Birrul Walidain: Mengurai Dilema dengan Solusi Langit

Transisi PAUD ke SD yang menyenangkan nampaknya berangkat dari pandangan di masyarakat jika masuk SD itu murid harus sudah bisa membaca dan berhitung. Jadi masuk SD harus sudah bisa baca dan hitung.

Justru pandangan seperti itu adalah keliru, sebab saat ini untuk PAUD tidak diwajibakan anak harus bisa baca tulis dan hitung (calistung). Sebab keberhasilan belajar pada anak-anak PAUD bukan pada kemampuan calistung semata.

Maka jika ada anak PAUD yang masuk  SD, tetapi belum bisa calistung hal itu tidak masalah. Juga jangan dianggap anak tersebut tidak pintar.  Fokus pada calistung memang tidak salah, namun bagi anak-anak yang masa transisi dari PAUD ke SD, harus dilakukan secara bertahap.

Untuk mewujudkan hal itu setidaknya ada beberapa penguatan yang bisa mendorng transisi PAUD ke SD bisa berjalan dengan optimal;

Penyiapan SDM

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Sumber daya Manusia, dalam hal ini guru yang mengajar di kelas 1 harus benar-benar mengerti betul akan psikologis anak dan pembelajaran anak. Kondisi saat ini, masih cukup banyak guru kelas 1 yang masih berpikiran konservatif.  Padahal saat masuk dikelas satu, karakter anak beragam, ada yang sudah bisa calistung, bahkan ada yang masih belum bisa.

Penyiapan SDM ini harus dimulai dengan memberikan pelatihan khusus bagi guru yang mengajar di kelas awal. Pelatihan ini penting, agar ada kesamaan pandangan dalam menerapkan pembelajaran pada masa tahapan MPLS kelas 1 SD sampai tahun ajaran selesai.

Alat Peraga Edukatif

Menyediakan alat peraga edukatif (APE) utuk kelas 1. Kenapa harus ada APE? APE ini akan dijadikan sarana pembelajaran masa trasisi dan membuat anak merasa nyaman berada di sekolah.

Ini memag menduplikasi pembelajaran yang ada di PAUD (TK) secara bertahap sebelum mengenalkan pembelajaran SD. Anak-anak tentu masih terbawa nuansa di PAUD (TK). Maka guru kelas 1 harus dituntut kreatif dan inovatif dalam pembelajaran.

Menerapkan Parenting Nabawi: Panduan Mendidik Karakter Anak Lewat Riyadus Shalihin

Selain adanya APE, guru kelas 1 harus kreatif dalam membuat bahan ajar edukatif agar anak-anak lebih mudah dalam belajar, baik itu berhitung, menulis dan membaca. Memberikan tanda atau stempel Bintang kepada siswa yang mampu menyelesaikan pembelajaran di kelas.

Mendapatkan stempel ini anak-anak sangat senang dan merasa mendapatkan perhatian. Sehingga memunculkan kalau sekolah itu menyenangkan.

Pendekatan Personal

Pendekatan personal dengan orang tua, caranya dengan melaporkan kegiatan anak kepada orang tua setiap harinya atau setidaknya seminggu sekali. Cara ini bisa menciptakan rasa saling peduli dan keterbukaan.

Orang tua tidak akan segan-segan bertanya kepada guru dan begitu juga sebaliknya.  Ini akan  menjadi media untuk saling konsultasi yang bebas dalam rangka progres perkembangan anak saat disekolah.

Informasi itu bukan hanya hal akademik tetapi juga prilaku dan minat anak. Mengirimkan video saat anak-anak melakukan aktifitas di kelas atau di luar ruangan. Meski terkesan biasa, jika dilakukan kontinyu orang tua dan anak akan merasa senang. Karena ada hubungan dan ikatan yang dekat antara anak dan orang tua.

Tidak Memarahi

Terkait dengan pembelajaran yang menyenangkan itu, selaras dengan salah satu adega  dalam Film Sang Pencerah. Ada salah satu murid yang dikelas tiba-tiba kentut denga suara keras sekali.  Aak yang lain langsung melihat kearahnya dan tertawa.

Ada rasa takut akan dimarahi oleh guru, sang guru yang tak lain Ahmad Dahlan, hanya tersenyum, bahkan tidak memarahi anak yang kentut tadi.  Mengajak anak tersebut  dan satu kelas untuk bersyukur karena bisa kentut. Bagaimana jika seandainya tidak bisa kentut, maka akan mengalami sakit. Jadi harus sering bersyukur.

Pada pembelajaran di kelas 1,  konsep menjelaskan dan tidak memarahi anak didik harus dikedepankan.  Saat masuk kelas, tentu anak-anak masih ada yang seenaknya dan rasa takut atau tidak nyaman jika melakukan hal yang salah.

Pendekatan humanis dan berinteraksi langsung inilah yang bisa menjadi salah satu kunci dalam mewujudkan transisi PAUD ke SD yang smart dan berkemajuan.  Mengutip Ki Hajar Dewantara bahwa Pendidikan itu bukan hanya sekadar memberikan pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter.

 

*Ika Rinawati, S.Pd. Guru SDN Bacem Kecamatan Jepon

 

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement