Mengenal Shalawat Nariyah: Sejarah, Sanad, dan Khasiatnya yang Luar Biasa

SURAU.CO. Shalawat Nariyah sangat populer di kalangan warga Nahdlatul Ulama (NU). Umat Islam sering mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Terutama saat mereka menghadapi masalah hidup yang pelik. Shalawat ini menjadi sarana spiritual untuk memohon pertolongan Allah SWT. Ia menjadi jembatan untuk mengadukan segala persoalan kepada Sang Pencipta.

Banyak yang mempertanyakan asal-usul dan keabsahan amalan ini. Namun, para ulama telah memberikan penjelasan yang sangat jelas. Mereka memaparkan sejarah, sanad, hingga khasiatnya. Hal ini membantah keraguan yang muncul di sebagian kalangan.

Bacaan Lengkap Shalawat Nariyah

Berikut adalah lafal, tulisan latin, dan terjemahan Shalawat Nariyah.

اَللّٰهُمَّ صَلِّ صَلَاةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلَامًا تَامًّا عَلىٰ سَيِّدِنَا مُحَــمَّدِ ࣙالَّذِيْ تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضٰى بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَحُسْنُ الْخَوَاتِمِ وَيُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلىٰ اٰلِهِ وِصَحْبِهِ فِيْ كُلِّ لَمْحَةٍ وَ نَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُوْمٍ لَكَ

Allâhumma shalli shalâtan kâmilatan wa sallim salâman tâmman alâ sayyidinâ Muḫammadinil-ladzi tanḫallu bihil-uqadu wa tanfariju bihil-kurabu wa tuqdlâ bihil-ḫawâiju wa tunâlu bihir-raghâ’ibu wa ḫusnul-khawâtimi wa yustasqal-ghamâmu biwajhihil-karîmi wa alâ âlihi wa shaḫbihi fî kulli lamḫatin wa nafasin biadadi kulli ma`lûmilak(a).

Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat yang sempurna dan curahkanlah salam kesejahteraan yang penuh kepada junjungan kami Nabi Muhammad, yang dengan sebab beliau semua kesulitan dapat terpecahkan, semua kesusahan dapat dilenyapkan, semua keperluan dapat terpenuhi, dan semua yang didambakan serta husnul khatimah dapat diraih, dan berkat dirinya yang mulia hujanpun turun, dan semoga terlimpahkan kepada keluarganya serta para sahabatnya, di setiap detik dan hembusan nafas sebanyak bilangan semua yang diketahui oleh Engkau.”

Mengungkap Sanad dan Nama Shalawat Nariyah

Beberapa orang meragukan shalawat ini. Mereka beralasan pengarangnya tidak jelas. Dewan Pakar Aswaja NU Center Jawa Timur, KH Ma’ruf Khozin, membantah hal ini. Beliau menjelaskan sanad shalawat ini sangat jelas dan bersambung. “Jika beralasan karena ketidakjelasan siapa pengarangnya, maka Mufti Mesir, Syaikh Ali Jumah yang digelari Allamah Ad-Dunya, mendapat sanad yang sempurna dari gurunya Syaikh Abdullah al-Ghummar. Syaikh Abdullah al-Ghummar, menurut Ma’ruf, adalah seorang ahli hadits dari Maroko, yang sampai kepada muallif (pengarang) Shalawat Nariyah Syaikh Ahmad At-Tazi al-Maghribi (Maroko). Kesemuanya secara musyafahah, menyampaikan bacaan shalawat tersebut dari guru kepada muridnya secara langsung,” katanya.

Kontroversi juga muncul terkait nama “Nariyah”. Ada kalangan yang alergi dengan kata ‘nar’ dan menagratikannya dengan neraka. Lalu mereka menyimpulkan pengamal Nariyah adalah pengikut neraka. Anggapan ini sangat keliru Para ulama besar juga memberinya nama lain. Syaikh Al-Qurthubi menamainya Shalawat Tafrijiyah. Nama ini diambil dari kata tanfariju (terurai) dalam teks shalawat. Syaikh Yusuf bin Ismail An-Nabhani juga menyebutnya Shalawat At-Tafrijiyah.

Khasiat dan Keutamaan Mengamalkan Shalawat Nariyah

Para ulama meyakini shalawat ini memiliki banyak khasiat. Syaikh Muhammad At Tunisii mengatakan shalawat ini memiliki manfaat menakjubkan. Berikut beberapa keutamaannya:
1. Membacanya 11 kali setiap hari dapat memudahkan rezeki. Allah juga akan mengangkat derajatnya di masyarakat.
2. Membacanya 31 kali setelah shalat Subuh dapat memudahkan urusan. Allah akan melancarkan setiap usahanya.
3. Membacanya 90 kali setiap hari akan mengangkat kedudukan. Allah juga akan menjauhkannya dari penyakit. Pintu kebijakan akan terbuka untuknya.
4. Membacanya 300 kali dalam majelis akan mengabulkan hajat besar. Allah juga akan menjauhkannya dari marabahaya.
Dalam Kitab Khazinatul Asrar karya Sayyid Muhammad Haqqi An-Nazili juga menguatkan hal ini. “Salah satu shalawat yang mustajab ialah shalawat Tafrijiyah Qurthubiyah, yang disebut orang Maroko dengan shalawat Nariyah karena jika mereka (umat Islam) mengharapkan apa yang dicita-citakan, atau ingin menolak yang tidak disukai, mereka berkumpul dalam satu majelis untuk membaca shalawat Nariyah ini sebanyak 4444 kali, tercapailah apa yang dikehendaki dengan cepat (bi idznillah).”

Sementara itu Imam Dainuri juga memberikan komentar penting. “Siapa membaca shalawat ini sehabis shalat (Fardhu) 11 kali digunakan sebagai wiridan maka rezekinya tidak akan putus, di samping mendapatkan pangkat kedudukan dan tingkatan orang kaya.”

Mengenal Sosok Syaikh Ibrahim At-Tazi, Sang Pengarang

Ulama berbeda pendapat mengenai nama lengkap pengarangnya. Namun, banyak yang menyebut nama Syekh Ibrahim bin Muhammad bin Ali At-Tazi. Beliau adalah seorang wali agung dari kota Taza, Maroko. Beliau lahir sekitar abad ke-8 Hijriah. Lalu wafat pada 9 Sya’ban 866 H.
Awalnya, beliau dimakamkan di Wahran, Aljazair. Makamnya berdekatan dengan makam gurunya, Al-Hawwari. Namun, muridnya memindahkan jasadnya secara sembunyi-sembunyi. Hal ini terjadi karena Spanyol menjajah Oran. Mereka tidak menghormati makam sang wali.

Syaikh Ibrahim At-Tazi adalah sosok yang sangat alim. Beliau menuntut ilmu di Maroko atas keinginan ayahnya. Kemudian beliau melanjutkan perjalanan ke Hijaz untuk berhaji. Di Mekkah dan Madinah, beliau berguru kepada banyak ulama besar. Beliau menguasai berbagai disiplin ilmu. Mulai dari hadits, mantiq, usuluddin, hingga tajwid. Suaranya sangat merdu dan akhlaknya begitu mulia. Beliau dikenal sabar, santun, dan sangat ramah kepada sesama.