YANG TERBAIK: Belajar Ridha atas Takdir Allah.
📖 “Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik untukmu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu.” (QS Al-Baqarah: 216)
Mencari Kebaikan dalam Skenario Ilahi
Tidak semua jalan yang kita tempuh tampak menyenangkan. Tidak semua keputusan yang Allah tetapkan terasa menguntungkan secara kasat mata. Namun, dalam setiap jalinan takdir, ada hikmah dan pelajaran yang tersembunyi. Ayat di atas bukan sekadar petikan Al-Qur’an yang indah dibaca, tetapi merupakan prinsip hidup yang sangat penting dalam mengarungi dinamika kehidupan.
Ayat ini mengajarkan kepada kita tentang husnudzan (berbaik sangka) kepada Allah. Bahwa tidak selamanya yang menurut kita baik itu benar-benar baik. Dan tidak selamanya yang terasa pahit itu membawa keburukan. Karena Allah-lah yang Maha Mengetahui, sedang kita tidak tahu apa-apa
- Tafsir Singkat QS Al-Baqarah Ayat 216.
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan bahwa ayat ini turun berkaitan dengan perintah berjihad yang terasa berat bagi sebagian sahabat. Namun, Allah menjelaskan bahwa bisa jadi sesuatu yang tidak disukai—seperti jihad yang berisiko tinggi—justru mengandung kebaikan yang besar di sisi-Nya.
Inilah esensi dari ayat tersebut: manusia sering kali menilai sesuatu dengan kaca mata duniawi, bukan dengan hikmah ilahiyah. Maka dari itu, ayat ini menanamkan kesadaran bahwa takdir Allah selalu berada dalam koridor kebaikan, meskipun terkadang tersamar oleh penderitaan atau kesulitan.
- Realita Kehidupan: Tidak Semua yang Kita Inginkan adalah Kebaikan.
Setiap manusia pasti memiliki keinginan dan cita-cita. Namun, dalam perjalanan mewujudkannya, tidak semua terkabul. Ada yang gagal dalam pendidikan, ada yang kandas dalam percintaan, ada yang tidak diterima kerja meskipun telah berusaha maksimal, bahkan ada yang kehilangan orang yang paling dicintainya.
Pada momen seperti itu, hati mudah goyah. Timbul keluh kesah, protes, bahkan mempertanyakan keadilan Allah. Padahal bisa jadi, kegagalan tersebut adalah bentuk penjagaan Allah dari sesuatu yang lebih buruk.
Sebagai contoh, seorang pemuda yang gagal menikahi wanita idamannya, lalu beberapa tahun kemudian ia mendapati wanita tersebut terjerumus dalam kesesatan. Bukankah itu bentuk kasih sayang Allah? Bukankah itu pelajaran tentang keterbatasan pengetahuan kita?
- Menyikapi Ujian Hidup dengan Ridha.
Ridha adalah sikap menerima takdir dengan hati yang lapang, meskipun tidak sesuai dengan keinginan. Ini bukan bentuk pasrah yang lemah, tetapi bentuk kekuatan iman yang luar biasa. Seorang mukmin yang ridha terhadap ketetapan Allah akan tenang dalam menghadapi ujian, tidak tergesa-gesa menyimpulkan buruknya takdir, dan tidak membenci hidup hanya karena hal yang tidak ia miliki.
Rasulullah ﷺ bersabda:
> “Sungguh menakjubkan urusan orang yang beriman. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik. Jika ia mendapat kesenangan, maka ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia ditimpa kesusahan, maka ia bersabar, dan itu juga baik baginya.”
(HR. Muslim)
Ridha bukanlah tanda kelemahan, tapi bentuk pengakuan bahwa Allah-lah yang paling tahu mana yang terbaik untuk kita.
- Pelajaran dari Para Nabi dan Salihin.
Nabi Yusuf ‘alayhis salam pernah dijebloskan ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya, dijual sebagai budak, difitnah hingga dipenjara. Namun, pada akhirnya beliau diangkat sebagai menteri dan pemimpin. Semua kisah pahit itu adalah jalan panjang menuju kemuliaan. Dan beliau tidak pernah mengeluh kepada Allah, bahkan justru berkata:
> “Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki.”
(QS Yusuf: 100)
Begitu pula dengan Nabi Musa, Nabi Ayub, dan Nabi Muhammad ﷺ—semuanya diuji dengan hal-hal yang tampak buruk di permukaan, namun hakikatnya adalah rahmat dan pelatihan spiritual.
Kita pun, sebagai hamba Allah, perlu merenung: bisa jadi jalan hidup yang penuh onak duri adalah sarana Allah untuk menghapus dosa, mengangkat derajat, atau menyiapkan kita untuk tugas besar yang belum kita ketahui.
- Mengubah Perspektif: Dari Kesedihan Menuju Hikmah.
Saat hati diliputi kecewa dan duka, kita perlu berhenti sejenak dan bertanya:
Apakah ini benar-benar buruk?
Apakah saya sudah melihat dari sisi keimanan?
Apa hikmah yang bisa saya petik dari peristiwa ini?
Mengubah cara pandang adalah langkah awal menuju ketenangan. Ketika kita memandang ujian sebagai kasih sayang Allah, maka luka pun menjadi cahaya. Ketika kita yakin bahwa Allah tidak pernah menzalimi hamba-Nya, maka air mata pun menjadi doa yang lembut.
Allah berfirman:
> “Dan Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (QS Al-Baqarah: 185)
- Tips Menanamkan Keyakinan bahwa Takdir Allah adalah yang Terbaik.
Berikut beberapa cara agar kita mampu membiasakan diri menerima takdir Allah dengan penuh keimanan:
✅ Perkuat Tauhid dan Keimanan. Yakini bahwa Allah Mahabijaksana dan Mahatahu. Ia tidak akan menimpakan sesuatu kecuali mengandung maslahat.
✅ Sering membaca kisah-kisah Nabi dan para sahabat. Dari sana kita belajar bahwa semua orang mulia pun pernah mengalami pahitnya takdir.
✅ Bersyukur dalam segala keadaan. Latih diri untuk tetap bersyukur meskipun sedang tidak mendapatkan yang diinginkan.
✅ Berserah diri melalui doa dan munajat. Sampaikan keluh kesah hanya kepada Allah, bukan dengan menggerutu di media sosial atau menyalahkan orang lain.
✅ Dekatkan diri dengan lingkungan yang saleh. Lingkungan berpengaruh besar dalam membentuk sikap batin kita dalam menghadapi takdir.
Penutup: Allah Tahu, Kita Tidak Tahu
Saudaraku, hidup bukan tentang selalu mendapat apa yang kita mau. Hidup adalah tentang belajar mencintai takdir yang Allah pilihkan, karena Dia Maha Tahu apa yang kita butuhkan.
Mungkin hari ini kita menangis karena kehilangan, tapi kelak kita akan tertawa karena telah diselamatkan dari sesuatu yang lebih buruk.
Mungkin hari ini kita kecewa karena doa belum terkabul, tapi kelak kita akan bersyukur karena Allah menggantinya dengan yang lebih baik.
Allah berfirman:
> “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”
(QS An-Nisa’: 19)
Maka teruslah percaya. Allah tidak pernah keliru menetapkan jalan hidup hamba-Nya. Yang terbaik bukanlah yang sesuai keinginanmu, tapi yang dipilih oleh Allah untukmu. Yakinlah, yang terbaik adalah takdir dari-Nya. Yayasan Al-Ummahat | www.alummahat.or.id. (Tengku Iskandar)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
