SURAU.CO. Segala masalah dan rintangan dalam hidup, hanya bisa diatasi dengan mempertajam pikiran dan hati melalui belajar dan terus belajar. Edukasi tanpa henti.
Seiring perkembangan dan kebutuhan penikmat konten, maka konten juga berkembang sesuai segmentasi masing-masing platform dan pembuat konten (konten kreator). Kreator konten mengembangkan konten mereka dalam bentuk teks, gambar, atau video menjadi beberapa jenis yang berbeda. Sebut saja konten hiburan, motivasi, edukasi, reaksi, daily activity dan sebagainya. Tidak ada aturan yang menjelaskan ciri-ciri atau definisi dari masing-masing jenis konten tersebut. Konten kreator mengklasifikasikan kontennya menjadi beberapa kategori berdasarkan jenis konten yang sering ia buat, atau penikmat konten yang menentukan kategorinya berdasarkan preferensi mereka.
Jenis Konten
Dari beberapa ulasan dan artikel yang ada, kita dapat menyimpulkan beberapa jenis konten menurut tujuannya, yaitu:
1. Konten hiburan, yaitu konten yang dibuat untuk tujuan menghibur baik dalam bentuk cerita, gambar, atau video. Biasanya isi konten ini bersifat lucu atau sesuatu yang menyenangkan.
2. Konten inspirasi, yaitu konten yang menginspirasi penikmat konten dengan ide-ide kreatif. Konten ini bisa berupa motivasi atau dorongan agar penikmat konten dapat melakukan hal yang lebih baik atau mengeluarkan ide-ide kreatifnya, baik dalam membuat konten baru atau dalam menjalani aktifitas lain dalam hidup di dunia nyata.
3. Konten interaktif, yaitu konten yang mendorong penikmat konten untuk berinteraksi melalui survey, game, tanya jawab, dan bentuk interaktif lainnya.
4. Konten edukasi, yaitu konten yang menyajikan pengetahuan dan informasi yang berguna untuk penikmat konten. Konten ini biasanya berupa panduan, tutorial, tips, atau infografis yang membantu penikmat konten mengembangkan keterampilan atau pengetahuan mereka di bidang tertentu, atau dapat juga untuk mempelajari hal-hal baru.
5. Konten promosi, yaitu konten yang memperkenalkan dan menjualkan suatu barang melalui iklan, promosi, dan penawaran eksklusif untuk menarik perhatian penikmat konten dan mendorong mereka membeli produk tersebut.
6. Konten awareness atau konten kesadaran, yaitu konten yang dibuat dengan tujuan untuk membangun kesadaran penikmat konten guna memperkenalkan merek atau produk kepada penikmat konten. Konten awareness dapat berupa berita, tips, atau informasi yang menarik perhatian penikmat konten, namun tidak mengandung unsur penjualan secara langsung. Pada tahap awal perencanaan pemasaran, merek memanfaatkan jenis konten ini untuk memperkenalkan produk atau brand mereka kepada audiens target.
Konten Edukasi
Kreator konten edukasi menciptakan konten yang informatif dan menarik dengan mengumpulkan serta mengolah informasi dari sumber yang valid untuk memberikan pengetahuan kepada audiens. Konten edukasi mampu memberi manfaat bagi penikmat konten yang mengkonsumsinya. Pembuat konten harus memiliki rasa tanggung jawab saat memublikasikan konten edukasi, serta dapat menyajikannya dengan cara yang menarik dan menghibur tanpa mengorbankan keakuratan informasi.
Sebut saja “Jerome Pollin” di platform media sosial Instagram, salah satu akun yang mengusung konten edukasi. Dalam kontennya Jerome Pollin memberikan tips dan trik dalam menyelesaikan soal-soal matematika dan konten lain seputaran matematika. Konten ini menyajikan materi matematika dengan cara yang santai dan menarik, sehingga membuat belajar matematika terasa mudah dan menyenangkan.
Atau ada juga akun “Guitar Intensive” di platform media social Facebook, dalam akunnya berisikan konten tutorial belajar memainkan kunci gitar. Guitar Intensive menghadirkan tema belajar gitar yang menarik, meskipun banyak orang mengasumsikannya sebagai konten hiburan, namun kenyataannya konten ini justru serius dan tetap menghibur. Dan banyak lagi konten kreator lainnya yang mengusung konsep konten edukasi dalam setiap kontennya.
Konten Kekinian, Butuh Kebijaksanaan Penikmat Konten.
Belakangan banyak konten kreator yang bermunculan bahkan tanpa mengetahui jenis konten mereka dan tujuan dari konten yang mereka buat. Beberapa kreator konten mengabaikan nilai-nilai penting dan etika saat membuat dan memublikasikan konten. Kreator konten yang tidak bertanggung jawab dapat menciptakan konten yang memicu keresahan masyarakat. Hendaknya sebuah konten tidak hanya sekedar menghibur tetapi memuat nilai edukasi berupa informasi yang bermanfaat bagi penikmat konten.
Di beberapa platform media sosial, banyak bermunculan konten yang menamakan hasil karyanya sebagai konten edukasi. Apakah benar konten tersebut adalah konten edukasi? Atau adalah konten yang melakukan pembohongan publik? Atau jangan-jangan judul atau penamaan sebagai konten edukasi hanyalah strategi yang dilakukan untuk meningkatkan viewer dan engagement konten saja? Penikmat konten perlu memiliki kebijaksanaan untuk menilai apakah sebuah konten edukasi benar-benar bermanfaat atau hanya strategi pemasaran untuk meningkatkan engagement.
Dunia perkontenan yang makin hiruk pikuk membuat proses penyaringan informasi menjadi semakin sulit. Banyak konten kreator yang tidak bertanggungjawab dengan konten mereka. Bagi penikmat konten makin sulit untuk membedakan kebenaran dan kebohongan untuk engagement belaka. Tidak jarang label atau penamaan konten edukasi menjadi strategi untuk meningkatkan viewer, padahal isi konten tidak bermakna.
Kreator konten biasanya menempatkan konten edukasi yang berkualitas dan rinci pada konten eksklusif, yang hanya dapat diakses oleh penikmat konten yang berlangganan dan bersedia membayar nilai ekonomi tertentu. Konten eksklusif seringkali menawarkan informasi berkualitas dengan biaya berlangganan, tapi tidak semua konten eksklusif memenuhi harapan penikmatnya. Tidak semua konten eksklusif memberikan informasi yang bermanfaat dan dapat dipertanggungjawabkan, sehingga banyak penikmat konten merasa kecewa setelah membayar biaya berlangganan karena kualitas konten yang tidak sesuai harapan.
Kesimpulan
Inti dari konten edukasi tidak hanya berbagi informasi, tetapi konten yang bertanggungjawab dan memiliki sumber yang valid. Konten kreator yang membuat konten edukasi harus memiliki rasa tanggung jawab terhadap konten yang mereka produksi. Jangan sampai konten yang dikatakan edukasi ternyata memberikan informasi yang sesat dan menyesatkan.
Tidak hanya bagi konten kreatornya, penikmat konten juga perlu bijaksana dalam memahami setiap konten edukasi, karena banyak yang membagikan informasi yang menyesatkan. Pada akhirnya penikmat konten juga perlu memiliki pengetahuan dan kemampuan menganalisa dan menilai sebuah konten dalam mengkonsumsi konten edukasi. (om)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
