Opinion
Beranda » Berita » Tidak Punya Waktu untuk Sholat dan Ngaji: Benarkah Sibuk atau Terhalangi dari Kebaikan

Tidak Punya Waktu untuk Sholat dan Ngaji: Benarkah Sibuk atau Terhalangi dari Kebaikan

Tidak Punya Waktu” untuk Sholat dan Ngaji: Benarkah Sibuk atau Terhalangi dari Kebaikan

⏳ “Tidak Punya Waktu” untuk Sholat dan Ngaji: Benarkah Sibuk atau Terhalangi dari Kebaikan?

Di tengah era digital yang begitu cepat dan penuh distraksi, kita sering mendengar alasan klasik dari banyak orang: “Aku sibuk, tidak sempat sholat” atau “Belum ada waktu untuk ngaji.” Padahal, dalam waktu yang sama, jemari masih aktif menari di atas layar ponsel, berselancar dari satu media sosial ke media sosial lainnya, menyaksikan video demi video, membaca gosip, atau hanya sekadar scrolling tanpa arah.

Penyampaikan pesan yang sangat kuat dan menyentil: > “Jika kamu tidak punya waktu untuk sholat dan ngaji, tapi masih bisa mengisi waktu dengan main HP, maka ketahuilah bahwa kamu bukan orang yang sibuk, tapi orang yang terhalangi dari kebaikan.”

📍 Sibuk atau Lalai? Sebuah Introspeksi

Manusia modern saat ini tidak kekurangan waktu, tetapi kekurangan manajemen waktu dan arah hidup. Betul bahwa aktivitas harian semakin padat—bekerja, kuliah, urusan keluarga, bahkan tugas sosial. Namun jika ditanya: “Berapa lama waktu yang kamu habiskan di depan HP setiap hari?” Maka jawabannya bisa mencapai 4–6 jam, bahkan lebih.

Jadi sebenarnya kita sibuk atau melalaikan waktu?
Yang terjadi bukanlah kekurangan waktu untuk ibadah, tetapi kita tidak memprioritaskan ibadah dalam daftar aktivitas harian kita. Allah Ta’ala berfirman:

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

> “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”
(QS. Adz-Dzariyat: 56)

Artinya, tujuan utama kita hidup di dunia adalah untuk beribadah kepada Allah. Bukan untuk bekerja siang dan malam tanpa waktu sholat. Bukan untuk bermain gawai hingga lupa mengaji. Maka saat kita merasa tidak punya waktu untuk sholat dan ngaji, sesungguhnya kita sedang melalaikan amanah utama kehidupan.

⚠️ Terhalangi dari Kebaikan: Istidraj atau Ujian?

Ada dua kemungkinan saat seseorang bisa aktif bermain HP dan beraktivitas, namun hatinya berat untuk sholat dan malas mengaji:

1. Terkena Istidraj
Istidraj adalah bentuk istimewa dari hukuman Allah. Ia diberikan kepada hamba yang terus bermaksiat, namun tetap diberi nikmat dunia, hingga ia semakin jauh dari Allah.

> “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.”
(QS. Al-An’am: 44)

Menerapkan Parenting Nabawi: Panduan Mendidik Karakter Anak Lewat Riyadus Shalihin

Ketika kita merasa ‘nyaman’ dalam kelalaian—tak sholat tapi rezeki lancar, tak ngaji tapi hidup enak—waspadalah! Bisa jadi itu adalah istidraj, bukan kenikmatan sejati.

2. Ujian Kemalasan dan Hawa Nafsu
Tidak semua orang langsung mendapat istidraj. Bisa juga itu bentuk ujian dari Allah, apakah kita mau berjuang melawan kemalasan dan hawa nafsu. Imam Ibnul Qayyim menyebutkan:

> “Kelalaian dan kemalasan adalah dua sebab pokok terhalangnya seseorang dari meraih kebaikan.”
(Miftah Dar As-Sa’adah, 1/377)

Maka penting bagi kita untuk melakukan muhasabah (introspeksi diri): apakah kita benar-benar sibuk karena urusan penting? Atau hanya sedang kalah dari hawa nafsu dan kemalasan?

📖 Mengaji: Pintu Ilmu dan Cahaya Hidup

Mengaji—baik membaca Al-Qur’an maupun menghadiri kajian ilmu—bukan hanya rutinitas keagamaan. Ia adalah sumber kehidupan hati dan pembimbing jalan hidup. Allah menyebut Al-Qur’an sebagai:

Manajemen Waktu: Refleksi Mendalam Bab Bersegera dalam Kebaikan

> “Cahaya yang nyata”
(QS. An-Nisa: 174)

Dan Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”
(HR. Muslim)

Lalu bagaimana mungkin kita merasa tidak punya waktu untuk belajar ilmu Allah, sedangkan setiap hari kita menyerap puluhan informasi duniawi tanpa filter, dari media sosial, YouTube, hingga gosip viral?

🕋 Sholat: Tiang Agama, Bukan Tambahan Opsional

Sholat adalah tiang agama, bukan sekadar rutinitas opsional. Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Perjanjian antara kami dan mereka adalah sholat, barang siapa yang meninggalkannya maka dia telah kafir.”
(HR. At-Tirmidzi, hasan shahih)

Maka siapa yang meninggalkan sholat dengan sengaja, ia telah menjatuhkan dirinya dalam dosa besar yang paling parah. Lebih celaka lagi jika waktu digunakan untuk hal sia-sia, namun untuk sujud kepada Allah saja terasa berat.

📱 HP: Antara Alat dan Jerat

Tidak bisa dipungkiri bahwa HP adalah alat. Ia bisa membawa manfaat, namun juga bisa menjadi jerat kebinasaan. Saat ia membuat kita lalai dari sholat dan menunda-nunda ngaji, maka kita sedang menjadikannya berhala digital yang menggeser Allah dari hati kita.

Ingatlah firman Allah:

> “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya…” (QS. Al-Jatsiyah: 23)

🧠 Solusi: Meningkatkan Kesadaran dan Disiplin Ibadah

Lantas, apa yang bisa dilakukan? Berikut beberapa langkah praktis agar kita tidak lagi ‘terhalangi dari kebaikan’:

1. Bangun Kesadaran Diri (Tafakkur):
Sadari bahwa waktu hidup ini terbatas. Kita tidak tahu kapan ajal akan menjemput. Buat target harian: “Aku harus sholat tepat waktu dan membaca Al-Qur’an minimal 1 halaman per hari.”

2. Batasi Waktu Digital:
Gunakan aplikasi pembatas waktu media sosial. Atur jadwal tanpa HP, terutama menjelang waktu sholat dan malam hari sebelum tidur.

3. Jadikan Ibadah sebagai Rutinitas Wajib:
Seperti makan dan tidur, jadikan sholat dan ngaji sebagai sesuatu yang wajib dan tak boleh ditunda. Buat alarm, reminder, atau ajak keluarga saling mengingatkan.

4. Cari Lingkungan yang Baik:
Teman dan komunitas sangat memengaruhi. Bergabunglah dengan grup ngaji atau lingkungan yang menumbuhkan semangat beribadah.

5. Berdoa Minta Bimbingan:
Jangan remehkan doa. Mintalah kepada Allah agar diberi kekuatan untuk istiqamah dalam ibadah dan dijauhkan dari kemalasan.

✨ Penutup: Waktu Adalah Amanah

Waktu adalah nikmat besar sekaligus amanah yang akan ditanya di akhirat. Jangan sampai kita menyia-nyiakan waktu untuk hal yang tidak bermanfaat, sementara ibadah dan ilmu agama justru diabaikan.

Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Dua nikmat yang banyak manusia tertipu karenanya: kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari)

Jika hari ini kita masih bisa menatap layar HP selama berjam-jam, tetapi berat untuk sujud dan membuka mushaf, maka sesungguhnya kita bukan sedang sibuk—kita sedang terhalangi dari kebaikan. Mari kembali kepada Allah, sebelum waktu kita habis untuk hal-hal yang tak berguna di hadapan-Nya. Semoga tulisan ini menjadi cermin untuk kita semua. Aamiin. (Tengku Iskandar)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement