SURAU.CO-Demokrasi digital telah memunculkan fenomena baru: ketika rakyat lebih percaya netizen daripada DPR. Kepercayaan publik terhadap wakil rakyat terus merosot, sementara suara netizen di media sosial justru kian berpengaruh. Fenomena ketika rakyat lebih percaya netizen daripada DPR ini mencerminkan pergeseran opini publik dari lembaga formal ke ruang digital yang lebih terbuka dan partisipatif.
DPR Kehilangan Kepercayaan, Netizen Mengisi Kekosongan Demokrasi
Krisis kepercayaan terhadap DPR mendorong masyarakat mencari alternatif. Alih-alih menunggu klarifikasi dari lembaga resmi, publik kini lebih tertarik mendengarkan suara netizen. Mereka menganggap warganet lebih jujur, responsif, dan terkoneksi dengan realitas sehari-hari.
Kasus-kasus korupsi dan pengesahan undang-undang kontroversial mempercepat proses delegitimasi ini. Banyak orang merasa aspirasi mereka tidak tersampaikan dengan baik melalui mekanisme legislatif. Oleh sebab itu, media sosial menjadi panggung utama untuk menyuarakan kritik dan harapan.
Netizen Menjadi Aktor Politik dalam Demokrasi Digital
Netizen tidak sekadar berkomentar, tetapi juga mendorong gerakan nyata. Mereka menyusun narasi, memviralkan isu, serta menggalang dukungan publik dalam waktu singkat. Sebagai contoh, penolakan terhadap revisi KUHP dan UU KPK berhasil menggerakkan aksi demonstrasi nasional melalui kekuatan media sosial.
Peran netizen dalam menciptakan opini publik makin kuat. Bahkan, para politikus pun mulai menyesuaikan diri dengan dinamika ini agar tetap relevan di mata masyarakat.
Bahaya Jika Demokrasi Bergantung Penuh pada Media Sosial
Meski demokrasi digital membuka ruang partisipasi, ketergantungan pada media sosial menyimpan risiko. Informasi bisa tersebar tanpa verifikasi, sementara emosi kerap mengalahkan logika. Jika semua keputusan berbasis viralitas semata, kualitas kebijakan akan terancam.
Demokrasi yang sehat membutuhkan kombinasi antara partisipasi aktif dan kelembagaan kuat. Ketika lembaga formal seperti DPR kehilangan legitimasi, maka kekacauan opini dapat menggantikan proses deliberatif yang seharusnya terjadi.

Ilustrasi Sosmed Net
Waktunya DPR Menyambut Era Keterbukaan Digital
DPR perlu hadir di ruang digital sebagai mitra dialog, bukan menara gading. Transparansi, komunikasi dua arah, dan keterlibatan langsung bisa memulihkan kepercayaan publik. Beberapa anggota DPR telah memulai dengan membuka kanal YouTube dan aktif di media sosial. Langkah ini patut diperluas agar interaksi politik menjadi lebih dinamis dan terbuka.
Dengan membangun kehadiran digital yang otentik, DPR dapat kembali memperkuat peran representatifnya dalam sistem demokrasi.
Inspirasi dari Negara Lain: Menyatukan Representasi dan Partisipasi
Islandia dan Taiwan memberikan contoh nyata. Di Islandia, penyusunan konstitusi baru melibatkan warga melalui platform digital. Taiwan menggunakan vTaiwan untuk mengundang masyarakat berdiskusi tentang rancangan kebijakan secara daring.
Contoh tersebut menunjukkan bahwa kolaborasi antara parlemen dan warga digital bisa terwujud tanpa harus mengorbankan kualitas kebijakan. Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan pendekatan serupa.
Demokrasi Perlu Kedua Kekuatan
Fenomena ketika rakyat lebih percaya netizen daripada DPR menunjukkan bahwa suara rakyat tetap hidup. Namun, netizen tidak bisa menggantikan fungsi lembaga formal secara total. Justru kolaborasi antara partisipasi digital dan representasi politik yang akan memperkuat demokrasi Indonesia ke depan.
Kepercayaan masyarakat terhadap netizen bukanlah ancaman, melainkan cermin kebutuhan akan perubahan. Demokrasi digital telah membuka saluran baru bagi rakyat untuk terlibat, namun bukan berarti institusi formal harus ditinggalkan. Justru ini saatnya DPR memperbaiki diri dan menyatu dengan denyut publik. Kolaborasi antara suara digital dan representasi politik formal dapat melahirkan kebijakan yang lebih inklusif dan responsif. Bila DPR mampu menyesuaikan diri dengan era keterbukaan ini, kepercayaan publik pun bisa kembali tumbuh. Maka, demokrasi Indonesia akan lebih sehat, kuat, dan mampu menjawab tantangan zaman secara seimbang dan adil. (Hen)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
