Opinion
Beranda » Berita » Memahami Struktur dan Pola Kerja Otak Pria dan Wanita

Memahami Struktur dan Pola Kerja Otak Pria dan Wanita

Memahami Struktur dan Pola Kerja Otak Pria dan Wanita

Memahami Struktur dan Pola Kerja Otak Pria dan Wanita.

 

Pernahkah anda membaca buku berjudul “Men are from Mars, Women are from Venus”? Buku karya John Gray ini menjadi rujukan bagi pegiat sosiologi dan psikologi sosial, sekaligus pecinta karya sastra. Buku ini dimaksudkan untuk memahami dan menganalisis relasi antara pria dan wanita. Tentunya, buku ini bukan sekadar tentang hasil pengamatan tetapi juga hasil kajian ilmiah.

Berada dalam zona kesamaan memberi kenyamanan (same to comfort). Namun demikian, berada dalam pergaulan dan komunikasi multi-arah di zona sosial yang sekultur, regional dan global acapkali menimbulkan gesekan yang boleh jadi tidak penting, tetapi juga bahkan sangat remeh temeh. Salah satu musababnya boleh jadi bersumber dari ketidakmampuan memahami bagaimana otak pria dan otak wanita bekerja. Kerja otak dalam psikologi disebut pula perilaku psikologis otak. Perilaku psikologis pikiran dalam otak melahirkan perilaku tindakan yang teramati (observable) oleh dirinya sendiri maupun orang lain di sekitarnya. Darinya, lahir kali pertamanya persepsi diikuti prasangka yang kemudian menimbulkan perbedaan sikap, pola pikir dan narasi pikiran antara pria dan wanita yang berpotensi menimbulkan kesalahpahaman dan konflik. Pola pikir yang tidak dikendalikan dengan baik bisa mengarah pada segregasi kehidupan sosial, bahkan konflik sosial. Mitigasinya, gali dan gali lagi ontologi hingga aksiologi, termasuk jika penting genealogi, struktur biologi otak pria dan wanita beserta fungsinya.

Benarkah perbedaan sikap dan cara berpikir itu akibat dari pola kerja otak pria dan wanita yang beroperasi secara berbeda?

Mari tengok ke belakang sejarah masa lampau, tepatnya pada pertengahan abad ke-19. Para peneliti mampu membedakan antara pria dan wanita hanya dengan melihat struktur fisik otaknya. Meskipun demikian, seiring dengan berjalannya waktu riset terbaru menyatakan bahwa antara otak pria dan otak wanita secara fisik tidak ada perbedaan. Riset tidak hanya berhenti di sini. Kajian yang dilakukan di University of Pennsylvania menemukan adanya perbedaan signifikan antara sirkuit otak pria dan wanita. Pada 2015 dilanjutkan penelitian serupa dan bahkan lebih detil lagi untuk membandingkan otak pria dan wanita, yang kali ini respondennya berjumlah 1400 orang. Para peneliti menemukan pola pikir ilmiah itu sebagai brain road map. Temuannya menyebutkan tentang perbedaan cara berpikir pria dan wanita, yakni wanita cenderung lebih sering menggunakan otak kanannya. Hal ini yang kemudian menjadi alasan mengapa wanita lebih mampu melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang dan detil. Kesimpulan lain menyebutkan bahwa otak wanita itu lebih bisa mengaitkan memori dengan fakta sosial. Alasan ini yang menjadi dasar argumentasi bahwa wanita lebih sering mengandalkan perasaan dibandingkan rasional otaknya. Dari riset itu di-mention pula bahwa wanita dapat menyerap informasi 5 kali lebih cepat dibandingkan pria. Ini yang kemudian menjadi alasan mengapa wanita lebih cepat menyimpulkan sesuatu dibandingkan pria. Penyimpulan terhadap sesuatu itu melibatkan rasa sebagai hasil perenungan mendalam dengan menggunakan indra rasa. Darinya pula, derivatifnya bisa berupa wanita itu mudah merasakan, menghayati, mengkhayal atau berandai-andai, termasuk di dalamnya detil. Keinginan lebih menonjol daripada kebutuhan. Kalkulator dan alarm yang menghentikan perilaku atributif tentang keindahan tidak berjalan. Halusinasi tentang keindahan menjadi nomor satu. Kosakata welas asih, berderma, keindahan, atribut yang menyenangkan mata, kenyamanan, keadilan dan sejenisnya menjadi primus interpares. Diskursus tentang drama, seni, fesyen, kuliner, keindahan, selebriti beserta atributifnya lebih dominan dalam percakapan pikiran dan tindakannya.

Riyadus Shalihin: Antidot Ampuh Mengobati Fenomena Sick Society di Era Modern

Berbeda dari wanita, pria memiliki kemampuan psikosensorik yang jauh lebih kuat dibandingkan wanita. Kemampuan ini dapat digunakan untuk aktivitas yang memerlukan koordinasi yang sempurna antara indra taktil tangan dan mata. Inilah yang menjadikan salah satu alasan mengapa pria lebih baik dalam aktivitas yang menggunakan kekuatan fisiknya. Koordinasi indra itu menjadi daya ungkit bagaimana rasional otaknya bekerja. Kemampuan taktis dan strategis lebih dominan dimiliki pria. Kecepatan dalam melakukan determinasi tujuan juga menjadi ciri perilaku otak pria. Aktivitas motorik dan kalkulasi rasional otak pria kemudian menjadi lingkup pergumulan kosakatanya. Kosakata politik, perang, bela diri, permainan bola, kekuasaan, dan sejenisnya menjadi primus interpares dalam narasi pikiran otak pria. Dengannya, diskursus tentang filsafat, politik, debat, perang dengan atributifnya lebih dominan dalam percakapan pikiran dan tindakannya.

Memang, dalam kajian “The Power of the Female Brain”, disebutkan otak pria memiliki struktur fisik 10% lebih besar daripada wanita. Namun demikian, ia bukan bermakna pria menjadi lebih pandai dibandingkan dengan wanita. Ukuran otak tidak mempengaruhi kepandaian ataupun IQ seseorang. Dari besarnya ukuran otak pria tersebut, ia semata dipengaruhi oleh hormon testosteron. Meskipun ukuran otaknya lebih besar dibanding ukuran otak wanita, hippocampus pada wanita lebih besar dibanding pria. Hippocampus merupakan bagian dari struktur otak yang berperan terhadap daya memori dan belajar, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang, dan yang membangun kesadaran terhadap lingkungan. Salah satu alasan mengapa wanita bisa mengolah informasi lebih cepat adalah peran dari hippocampus ini. Selain hippocampus, ada verbal centre yang berada di kedua bagian otaknya yang menjadikan perbedaan respon yang lebih cepat pada wanita.

Otak bagian kiri wanita berfungsi untuk mengartikulasikan perasaan. Itu sebabnya mengapa wanita lebih dominan menyukai berdiskusi, bergosip, bercerita bahkan menggunjing dibanding pria. Wanita memiliki koneksi yang baik tentang hal hal yang melibatkan perasaan emosi atau curahan hati. Itu sebabnya wanita lebih menyukai untuk mengeluh tentang pria yang tidak cukup peka dan melupakan hal-hal yang dianggap penting oleh wanita. Pria sebaliknya, otak kirinya difungsikan untuk mengeksekusi pikiran menjadi tindakan. Darinya dapat diketahui wanita lebih lama dan optimal dalam mengungkapkan isi hatinya atau perasaannya dengan kata-kata, sedangkan pria lebih optimal dalam mengungkapkan isi pikirannya dengan tindakan. Ini tidak bermakna pria abai dengan perasaannya. Studi menunjukkan pria mampu bekerja ketika ada seseorang yang menunjukkan perasaannya. Memang, otak pria tidak didesain untuk melibatkan perasaan. Namun bukan bermakna pria tidak memiliki rasa empati. Hasil studi menyebutkan pria memiliki respon emosional yang baik. Hanya saja saat pria menyadari perasaannya, pria memilih untuk tidak memperlihatkannya.

Penelitian Functional MRI

Dari penelitian functional MRI, pria memiliki program bahasa dan bicara hanya di otak kirinya, sedangkan wanita memiliki program bahasa dan bicara di otak kiri dan kanannya. Itu sebabnya mengapa wanita lebih pandai bicara dan bisa bekerja dengan tetap terus berbicara. Darinya pula, karena hanya di otak kiri, pria dalam sehari hanya mampu memproduksi 2000 hingga 4000 kata, 1000 hingga 2000 bunyi vokal dan 2000 hingga 3000 bahasa tubuh. Jika dikalkulasi, rata-rata pria dalam sehari mampu berbicara sekitar 7 ribu kata, pria yang passion dan profesinya menuntut berbicara mampu memproduksi 9 ribu kata, dan khusus pria pendiam berbicara maksimal hanya 5 ribu kata. Itu sebabnya, ekspresi wajah pria dalam berbicara umumnya lebih datar dibandingkan wanita, bahkan tidak sedikit pria yang berbicara dengan tanpa ekspresi wajah. Sebaliknya, wanita lebih optimal dalam memproduksi kata dalam berbicara. Dalam sehari, wanita pendiam memproduksi 16 ribu kata, sedangkan wanita yang aktif berbicara mampu memproduksi 24 ribu kata dalam sehari. Normalitas wanita dalam berbicara jika mengalami gangguan bisa menyebabkan gangguan psikis, seperti sulit tidur, tidur tidak nyenyak dan lebih ekspresif. Itu sebabnya menjadi alasan mengapa wanita lebih banyak menggunakan aktivitas fisik disertai berbicara.

Apakah bisa terjadi mutan?

Dalam genetika, istilah mutan disematkan pada ciri sifat individu yang mengalami perubahan akibat mutasi gen atau kromosom yang diakibatkan faktor kimiawi atau fisika. Sebagaimana gen yang bisa mengalami mutasi dan individu memperlihatkan perubahan sifat fenotipnya, atau disebut mutan, pria dan wanita bisa menjadi ‘mutan’ akibat habit dan mencampurkan kodrat alamiah otaknya. Akibatnya, ditemukan fenomena pria dengan ciri perilaku psikologis otak wanita, dan sebaliknya fenomena wanita dengan ciri perilaku psikologis otak pria. Simptom tersebut dapat diamati oleh diri sendiri atau gejala sosial yang teramati. Diskursus yang secara alamiah itu adalah bagian dari fungsi struktur otak wanita beralih peran oleh tindakan dari kaum pria. Diskursus yang secara natural itu merupakan bagian dari fungsi biologis struktur otak pria bergeser peran oleh tindakan dari kaum wanita. Faktor penyebabnya dapat teridentifikasi dengan mudah, seperti kebiasaan, pergaulan, pola asuh, lingkungan, atau sejenisnya yang lain.

Budaya Hustle Culture vs Berkah: Meninjau Ulang Definisi Sukses

Nah, diskursus mana yang menjadi kendali bersama? The Rabat Plan of Action Istanbul menyebutkan kriteria di mana diskursus itu menjadi ruang bersama tanpa berpotensi menimbulkan gesekan. Diskursus itu dibatasi oleh salah satunya tentang “the likelihood and imminence of violence, discrimination or hostility as consequence of the expression”.

Memahami dan menganalisa struktur otak pria dan wanita merupakan cara terbaik mengenal penduduk Planet Mars dan Venus dalam interaksi sosial. (Kôh Gé Oñg 莫 哿)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement